Selasa, 06 Maret 2018

Kerajaan Allah Menurut Kisah Para Rasul


by: Elisabet
Kerajaan Allah Menurut Kisah Para Rasul

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Kitab Kisah Para Rasul merupakan buku terpenting di dalam Perjanjian Baru. Kita biasanya menyebut Kisah Para Rasul disingkat menjadi “Kisah” saja. Akan tetapi, ternyata bku ini tidak memberikan atau mengklaim memberikan suatu catatan lengkap tentang perbuatan-perbuatan para rasul. Dalam bahasa Yunani tidak ada kata the (katang sandang tertentu) di depan kata Kisah. Judul sebenarnya dari Kitab ini adalah “Perbuatan-perbuatan Para Rasul (Acts of Apostolic Men); dan tujuan kitab ini ialah memberikan kepada kita serangkaian perbuatan berani dari figur-figur kepahlawanan yang besar pada masa Gereja Perdana. Walaupun buku ini sendiri tidak mengatakannya, sejak awal Lukas diyakini sebagai penulisnya. Tentang Lukas sendiri, Lukas adalah seorang dokter, Lukas adalah seorang pembantu yang sangat berharga bagi Paulus dan seorang rekan yang paling setia, sebab Lukas telah menemani Paulus ketika ia terakhir di penjarakan. Satu hal yang dapat disimpulkan, bahwa Lukas adalah seorang bukan Yahudi. Lukas menulis bukunya, baik Injil Lukas maupun Kisah Para Rasul, kepada seseorang yang bernama Teofilus (Luk.1:3; Kis.1:1). Kita hanya dapat menduga siapa Teofilus itu. Lukas 1:3 menyebeutnya “Teofilus yang mulia”. Ungkapan ini sebenarnya berarti “Paduka yang Mulia”, yang menandakan Teofilus pastilah seorang yang berkedudukan tinggi dalam pemerintahan Romawi. Ada tiga kemungkinan: pertama, mungkin saja Teofilus bukan nama sebenarnya. Kedua, jika Teofilus adalah nama yang sebenarnya, pastilah ia seorang pejabat tinggi Kerajaan Romawi. Ketiga, ada satu teori yang lebih romantis daripada dua hal tersebut. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa Lukas adalah seorang dokter. Pada masa itu, para dokter biasanya berstatus sebagai budak-budak. Mungkin Lukas adalah dokter pribadi Teofilus. Ketika Teofilus sakit keras dan hampir mati, Lukas dengan kemampuan dan pengabdiannya telah menyembhkan Teofilus. Dan sebagai tanda terimakasih, Teofilus memerdekakan Lukas.
Ada beberapa tujuan Lukas menulis kitab Kisah Para Rasul ini, yaitu untuk merekomendasikan kekristenan kepada pemerintah Romawi; menunjukan bahwa kekristenan itu untuk semua manusia di setiap negara; Kis.1:8 penyebarluasan kekristenan, yang saat itu sudah sampai ke Roma.[1] Tahun penulisan kitab Kisah Para Rasul ini diperkirakan antara tahun 70-80 sesudah Kristus. Hal ini sesuai dengan penahanan Paulus di Roma (Kis.28:30) suatu peristiwa, yang mestinya terjadi kira-kira pada tahun 60 sesudah Kristus.[2]

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan paper ini adalah Bagaimanakah Kerajaan Allah menurut kitab Kisah Para Rasul?

1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk menjelaskan tentang Kerajaan Allah menurut kitab Kisah Para Rasul.













BAB II
ISI
Kerajaan Allah Menurut Kisah Para Rasul
2.1. Analisa dari Segi Retorika
2.1.1. Repetisi dan Inklusio
Pada bagian awal Kisah Para Rasul, istilah “Kerajaan Allah” muncul dua kali, yaitu pada Kisah Para Rasul 1:3 dan 6. Istilah ini tampaknya menjadi tema dasar di awal Kisah Para Rasul. Hal ini didukung oleh fakta bahwa hal “Kerajaan Allah” menjadi pokok pembicaraan antara Yesus dan murid-murid-Nya, yang kini dinamakan rasul-rasul. Yesus mengajarkan mereka perihal Kerajaan Allah dan menjelaskan bahwa waktu dan saat pemulihan Kerajaan Allah secara genap akan ditentukan Allah sendiri. Disini “Kerajaan Allah” dipandang dari segi “ke-akan-an”.
Pokok mengenai “Kerajaan Allah akan dipulihkan sepenuhnya” didukung juga oleh ucapan dua malaikat yang tiba-tiba hadir sesudah Yesus diangkat naik ke surga. Menurut mereka, Yesus akan datang kembali sebagaimana Ia pergi. Kedatangan-Nya kembali tentu mengingatkan pembaca pada ramalan di dalam Lukas bahwa pada saat kedatangan-Nya kembali, Kerajaan Allah secara genap akan dipulihkan (Luk.19:11-27; 21:27).
Tema “Kerajaan Allah” juga didukung oleh detail lain dalam episode kenaikan ini, yaitu “awan” (Kis.1:9). Awan yang menyertai Yesus naik ke surga menggambarkan awan yang akan menyertai Yesus turun pada kedatangan-Nya kembali, ketika Ia datang sebagai raja dari Kerajaan Allah. Hal ini dikatakan (tokoh) Yesus sendiri di dalam Lukas 21:27, “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
Jadi, pada episode kenaikan di dalam Kisah Para Rasul, tema dasarnya ialah “Kerajaan Allah”. Dalam hal ini Kerajaan Allah dilihat dari dimensi keakanan. Sebagaimana di dalam Lukas, Kerajaan Allah pada prinsipnya memiliki dua dimensi, yaitu dimensi “sudah hadir” (Luk.4:21; 11:20; 16:16; 17:21) dan dimensi “akan hadir” (Luk.12:40; 17:24; 19:11-27; 21:27; 22:16, 18, 30; 23:42). Dengan demikian, bila kedua dimensi ini dipadukan, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Allah telah hadir pada saat Yesus berkarya di bumi dan akan terus digenapi secara sempurna sampai pada kedatangan-Nya kembali ke bumi.
Dimensi keakanan Kerajaan Allah pun tersirat dalam harapan para rasul akan kehadiran Kerajaan itu secara penuh. Harapan ini tersirat di dalam episode yang terjadi tak lama sesudah episode kenaikan yaitu “Matias dipilih menggantikan Yudas” (Kis.1:15-26). Pada dirinya, kisah ini memang bercerita tentang pengangkatan Matias sebagai rasul kedua belas untuk menggantikan Yudas Iskariot yang berkhianat dan telah mati. Namun, secara tersirat, kisah ini mengungkapkan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah secara penuh. Dasar penafsiran ini ialah keterangan Lukas 22:30 bahwa para rasul akan menghakimi kedua belas suku Israel di dalam Kerajaan Allah yang akan datang. Penalarannya adalah bahwa untuk menghakimi kedua belas suku dibutuhkan kedua belas rasul sehingga “harus” diangkat rasul kedua belas mencerminkan pengharapan para rasul akan datangnya Kerajaan Allah secara penuh.
Selain itu, istilah “Kerajaan Allah” juga muncul dua kali secara eksplisit dibagian akhir Kisah Para Rasul (28:23 dan 31). Konteks dari istilah ini “Kerajaan Allah” ini adalah pemberitaan Paulus di Roma. Dalam konteks ini, berita tentang Kerajaan Allah selalu disertai dengan berita tentang Yesus. Artinya, “Kerajaan Allah” di sini lebih dipandang dari dimensi “kesudahan”, yaitu Kerajaan Allah sudah datang melalui diri Yesus.
Namun, tema “Kerajaan Allah” juga secara implisit diungkapkan dibagian akhir Kisah Para Rasul. Di dalam Kisah Para Rasul 28:20 diungkapkan bahwa Israel mengharapkan pemulihan Kerajaan Allah secara penuh (bnd. Kis.1:6). Dalam hal ini Kerajaan Allah lebih dipandang dari dimensi keakanan.
Jadi, pada bagian awal maupun diakhir Kisah Para Rasul tampaknya tema “Kerajaan Allah” ingin ditekankan. Namun, karena muncul diawal dan diakhir, maka terbentuklah struktur pemelukan (inklusio), yang secara tak langsung mengungkapkan bahwa berita mengenai Yesus – yang diberitakan baik melalui perkataan maupun perbuatan para rasul disepanjang cerita Kisah Para Rasul – adalah berita mengenai Kerajaan Allah (bnd. Kis.8:12; 14:22; 19:8; 20:25). Maka diagram inklusio Kerajaan Allah di seluruh Kisah Para Rasul adalah sebagai berikut:
AWAL                               TENGAH                       AKHIR
Kerajaan Allah  -  karya dan ajaran para rasul  -  Kerajaan Allah
Kerajaan Allah telah hadir dan akan hadir secara penuh, maka salah satu efek retorika yang diharapkan terjadi pada pembaca ialah pembaca diajak untuk percaya pada kehadiran-Nya dan berpartisipasi dalam Kerajaan Allah yang sedang berkembang menuju penggenapannya secara sempurna. Pembaca diajak untuk berpartisipasi penuh sebab keterlibatan mereka mengandung resiko sebagaimana yang sudah mereka saksikan sendiri dalam hidup Yesus (di Injil Lukas) dan para rasulnya (di Kisah Para Rasul), misalnya dimusuhi, dianiaya, dibunuh, atau dipenjarakan.
2.1.2. Peramalan
Ramalan mengenai kenaikan Yesus ke surga sudah diungkapkan di dalam Lukas 24:25-27. Dalam ramalan yang telah dinyatakan oleh para nabi dan seluruh Kitab Suci itu sekarang digenapi. Yesus sendiri juga sudah meramalkan, dalam bentuk cerita perumpamaan, bahwa Ia akan pergi kepada Allah untuk dinobatkan menjadi raja dan akan datang kembali sebagai raja (Luk.19:12). Jadi, pada dasarnya kenaikan ke surga merupakan kepergiaan-Nya untuk dinobatkan menjadi raja.
Namun, dalam episode kenaikan di dalam Kisah Para Rasul bukan kepergiaan-Nya itu yang ditekankan. Di dalam Kisah Para Rasul 1 hal yang ditekankan justru beberapa ramalan yang masih akan digenapi. Ada empat ramalan, yang disebutkan dalam pasal pertama:
1.      Ayat 5: ramalan bahwa rasul-rasul akan dibaptis dengan Roh Kudus sesuai dengan janji Bapa;
2.      Ayat 7: ramalan bahwa Kerajaan Allah akan dipulihkan, tetapi mengenai waktu dan saatnya Allah Bapa sendiri yang menentukan;
3.      Ayat 8: ramalan bahwa para saksi akan bersaksi sampai ke ujung bumi;
4.      Ayat 11: ramalan bahwa Yesus yang diangkat naik ke surga itu akan datang dengan cara yang sama sebagaimana Ia pergi.
Keempat ramalan itu memiliki kaitan erat satu sama lain. ramalan kedua mengenai pemulihan Kerajaan Allah, akan terjadi pada saat ramalan keempat digenapi yaitu saat Yesus datang kembali. Kerajaan Allah akan digenapi secara penuh pada kedatangan Yesus kembali. Sebab, pada kedatangan-Nya kembali, Yesus akan datang sebagai raja dalam kemuliaan-Nya untuk secara penuh memerintah Kerajaan Allah itu (Luk.19:11-29; 23:42; Kis.3:21; 17:31).
Namun, sebelum pengenapan kedua ramalan tersebut, ramalan pertama dan ketiga akan digenapi terlebih dahulu. Sebab, berita mengenai Injil Kerajaan Allah harus diberitakan lebih dahulu sampai ke ujung bumi; dan sehubungan dengan tugas pemberitaan Injil ini para rasul perlu diperlengkapi dulu dengan Roh Kudus, sebagaimana yang dialami Yesus dahulu (Luk.3:22; 21:12-13; Kis.1:5; 2:17-20).[3]
2.1.3. Transposisi adalah pergeseran dalam ruang dan waktu
Menurut laporan Lukas dalam Kisah para Rasul, mengira bahwa Kerajaan Allah akan diwujudkan tanpa suatu transposisi iman dari Yerusalem ke seluruh dunia. Mereka bertanya kepada Yesus, mungkin dengan rasa tidak sabar dan prihatin,: Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” perhatian mereka terutama sekali masih tertuju pada kedaulatan politis. Yesus dengan segera menekan pengharapan ini dan menjelaskan kepada mereka bahwa transposisi iman harus terjadi terlebih dulu. Katanya, “kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis.1:6-8).[4]
2.1.4. Karya Kristus melalui umat
Sebagaimana Injil Lukas mengetengahkan penggenapan janji-janji Perjanjian Lama, Kisah Para Rasul menceritakan realisasi janji Kristus kepada murid-Nya. Kisah Para Rasul merupakan lanjutan dari semua “yang dikerjakan dan diajarkan Yesus” (Kis.1:1), yang direalisasikan dan hidup dan pelayanan para rasul. Injil Lukas berakhir dengan perintah untuk “tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi” (Luk.24:49); Kisah Para Rasul dimulai dengan turunnya kuasa tersebut (Kis.2). Selain itu, pengajaran para rasul dalam Kisah Para Rasul berakar pada perbuatan-perbuatan Allah dalam Kristus yang memuncak kepada pencurahan Roh Kudus, dengan cara yang sama seperti pelayanan Yesus berkembang dalam terang perbuatan-perbuatan Allah dalam Perjanjian Lama. Apa yang Yesus kerjakan dan ajarkan itu merupakan awal dari Kerajaan Allah, yang disempurnakan ketika Ia datang kembali. Namun waktu diantara kedua kejadian itu bukan sekedar masa antara di mana kesaksian-kesaksian lisan dikemukakan, melainkan lebih merupakan perluasaan Kerajaan Allah yang diperkenalkan Yesus melalui kuasa Roh Kudus.[5]

Kisah Para Rasul 1:6
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?
Seluruh pelayanan Yesus seolah-olah sangat tidak menguntungkan. Pusat dari berita-Nya adalah Kerajaan Allah (Mrk.1:14); tetapi, kesulitan yang ada adalah bahwa hal yang dimaksud Yesus dengan Kerajaan Allah itu berbeda dengan Kerajaan Allah bagi orang lain. Orang-orang Yahudi selalu membanggakan dirinya sebagai umat pilihan Allah. Dengan demikian mereka bermaksud menyatakan bahwa mereka ditentukan secara pasti menerima kesempatan yang istimewa dan sebagai bangsa yang mendominasi dunia. Seluruh bagian sejarah membuktikan, bahwa secara manusia hal itu tidak akan pernah terjadi. Palestina adalah sebuah negeri yang kecil, tidak lebih dari 120 mil panjangnya dan 40 mil lebarnya. Negeri ini merdeka, tetapi kemudian menjadi bagian dari kerajaan Babel, Persia, Yunani dan Romawi. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi mengharapkan suatu saat nanti, di mana Allah akan memasuki sejarah manusia secara langsung dan saat itu Dia dengan kekuatan-Nya akan menciptakan kedaulatan dunia yang mereka impikan. Mereka memahami kerajaan secara politis. Bagaimana pemahaman Yesus tentang kerajaan? Mari kita lihat Doa Bapa Kami. Dalam doa ini ada dua petisi yang berdampingan:”Datanglah Kerajaan-Mu; Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”. Sekarang, menurut corak karakteristik Ibrani, seperti dalam mazmur, bila ada dua hal yang mengambil bentuk paralel, maka yang kedua akan menguatkan yang pertama. Demikian juga dengan dua petisi ini. Petisi kedua adalah arti dari petisi pertama. Oleh karena itu, kita lihat bahwa kerajaan yang Yesus maksudkan ialah suatu masyarakat di dunia, di mana kehendak Allah akan terjadi secara sempurna, seperti di surga. Oleh karena itu, nyata sekali bahwa kerajaan itu didasari bukan oleh kekuasaan, melainkan oleh kasih.[6]
Kedatangan kerajaan-Nya, Kisah Para Rasul 1:3b. Hal ini mengacu kepada pemerintahan Allah atas hati dan kehidupan orang yang percaya kepada-Nya (Mat.6:33; 1 Yoh.3:1-9; Rm.14:17). Jika kita membaca keempat Injil, kita akan mendapati bahwa para rasul memiliki pandangan politik yang kuat atas kerajaan itu dan terutama memperhatikan kedudukan dan hak-hak mereka. Sebagai orang Yahudi yang loyal, mereka ingin mengalahkan musuh-musuh mereka dan membangun suatu kerajaan yang kokoh di bawah pemerintahan Mesias sebagai raja mereka. Mereka tidak menyadari bahwa pertama-tama harus ada perubahan spiritual di dalam hati bangsa itu (Luk.1:67-69). Tuhan Yesus tidak memarahi mereka karena mereka “banyak tanya” mengenai kerajaan yahudi yang akan datang (Kis.1:6). Bagaimanapun juga, Ia telah membuka pikiran mereka untuk memahami kitab suci (Luk.24:44). Jadi, seharusnya mereka sudah mengerti apa yang mereka tanyakan itu. Tetapi Allah tidak mengungkapkan kepada kita jadwal-Nya, maka sia-sia saja kalau kita berspekulasi. Yang penting bukanlah ingin tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi justru bergiat pada masa kini untuk menyebarkan berita tentang Kerajaan rohani Allah. Inilah penekanan lain dari Kisah Para Rasul.[7]




BAB III
KESIMPULAN

Jadi Kerajaan Allah dalam Kisah Para Rasul adalah Kerajaan yang akan datang dan sudah datang. Kerajaan yang akan datang dapat dilihat dalam Kisah Para Rasul 28:20 yang diungkapkan dibagian akhir bahwa Israel mengharapkan pemulihan Kerajaan Allah secara penuh. Dalam hal ini Kerajaan Allah lebih dipandang dari bagian Kerajaan Allah yang akan datang.
Kerajaan yang sudah datang  dapat dilihat dalam Kisah Para Rasul 28:23 dan 31, dalam konteks ini berita tentang Kerajaan Allah selalu disertai dengan berita tentang Yesus. Artinya, Kerajaan Allah di sini lebih dipandang dari Kerajaan Allah yang sudah datang, yaitu Kerajaan Allah sudah datang melalui diri Yesus.
Jadi bila dipadukan Kerajaan Allah yang akan datang dan Kerajaan Allah yang sudah datang, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Allah telah hadir pada saat Yesus berkarya di bumi dan akan terus digenapi secara sempurna sampai pada kedatangan-Nya kembali ke bumi.











DAFTAR PUSTAKA
Barclay, William, 2010. Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Brink, 1993. Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Wiersbe, Warren W. 2002. Dinamis Di dalam Kristus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup


[1] William Barclay, 2010. Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal.1-6.
[2] Ds. H. V. D. Brink, 1993. Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 11.
[6] Ibid. Hal. 14-15
[7] Warren W. Wiersbe, 2002. Dinamis Di dalam Kristus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Hal. 11-12

1 komentar:

  1. Terimakasih untuk tulisannya yang sangat membantu saya memahami lebih dalam mengenai Kerajaan Allah menurut Lukas di Kis Para Rasul 1. Tuhan Yesus memberkati pelayanan bapak dimanapun Tuhan utus dan selalu diberkati dgn Jasmani yg sehat dan dana yang mencukupi untuk hidup sehari hari dan didalam pelayanan. GBu

    BalasHapus