by: Elisabet
Kerajaan Allah Menurut Kisah Para
Rasul
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang Masalah
Kitab Kisah Para Rasul merupakan buku terpenting di dalam
Perjanjian Baru. Kita biasanya menyebut Kisah Para Rasul disingkat menjadi
“Kisah” saja. Akan tetapi, ternyata bku ini tidak memberikan atau mengklaim
memberikan suatu catatan lengkap tentang perbuatan-perbuatan para rasul. Dalam
bahasa Yunani tidak ada kata the (katang
sandang tertentu) di depan kata Kisah. Judul sebenarnya dari Kitab ini adalah
“Perbuatan-perbuatan Para Rasul (Acts of
Apostolic Men); dan tujuan kitab ini ialah memberikan kepada kita
serangkaian perbuatan berani dari figur-figur kepahlawanan yang besar pada masa
Gereja Perdana. Walaupun buku ini sendiri tidak mengatakannya, sejak awal Lukas
diyakini sebagai penulisnya. Tentang Lukas sendiri, Lukas adalah seorang
dokter, Lukas adalah seorang pembantu yang sangat berharga bagi Paulus dan
seorang rekan yang paling setia, sebab Lukas telah menemani Paulus ketika ia
terakhir di penjarakan. Satu hal yang dapat disimpulkan, bahwa Lukas adalah
seorang bukan Yahudi. Lukas menulis bukunya, baik Injil Lukas maupun Kisah Para
Rasul, kepada seseorang yang bernama Teofilus (Luk.1:3; Kis.1:1). Kita hanya
dapat menduga siapa Teofilus itu. Lukas 1:3 menyebeutnya “Teofilus yang mulia”.
Ungkapan ini sebenarnya berarti “Paduka yang Mulia”, yang menandakan Teofilus
pastilah seorang yang berkedudukan tinggi dalam pemerintahan Romawi. Ada tiga
kemungkinan: pertama, mungkin saja
Teofilus bukan nama sebenarnya. Kedua, jika
Teofilus adalah nama yang sebenarnya, pastilah ia seorang pejabat tinggi
Kerajaan Romawi. Ketiga, ada satu
teori yang lebih romantis daripada dua hal tersebut. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa Lukas adalah seorang dokter. Pada masa itu, para dokter
biasanya berstatus sebagai budak-budak. Mungkin Lukas adalah dokter pribadi
Teofilus. Ketika Teofilus sakit keras dan hampir mati, Lukas dengan kemampuan
dan pengabdiannya telah menyembhkan Teofilus. Dan sebagai tanda terimakasih,
Teofilus memerdekakan Lukas.
Ada beberapa tujuan Lukas menulis kitab Kisah Para Rasul
ini, yaitu untuk merekomendasikan kekristenan kepada pemerintah Romawi;
menunjukan bahwa kekristenan itu untuk semua manusia di setiap negara; Kis.1:8
penyebarluasan kekristenan, yang saat itu sudah sampai ke Roma.[1]
Tahun penulisan kitab Kisah Para Rasul ini diperkirakan antara tahun 70-80
sesudah Kristus. Hal ini sesuai dengan penahanan Paulus di Roma (Kis.28:30)
suatu peristiwa, yang mestinya terjadi kira-kira pada tahun 60 sesudah Kristus.[2]
1.2.Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penulisan paper ini adalah Bagaimanakah Kerajaan Allah menurut kitab Kisah
Para Rasul?
1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penulisan paper ini adalah untuk menjelaskan tentang Kerajaan Allah menurut kitab
Kisah Para Rasul.
BAB
II
ISI
Kerajaan
Allah Menurut Kisah Para Rasul
2.1.
Analisa dari Segi Retorika
2.1.1.
Repetisi dan Inklusio
Pada bagian awal Kisah Para Rasul, istilah “Kerajaan
Allah” muncul dua kali, yaitu pada Kisah Para Rasul 1:3 dan 6. Istilah ini
tampaknya menjadi tema dasar di awal Kisah Para Rasul. Hal ini didukung oleh
fakta bahwa hal “Kerajaan Allah” menjadi pokok pembicaraan antara Yesus dan
murid-murid-Nya, yang kini dinamakan rasul-rasul. Yesus mengajarkan mereka
perihal Kerajaan Allah dan menjelaskan bahwa waktu dan saat pemulihan Kerajaan
Allah secara genap akan ditentukan Allah sendiri. Disini “Kerajaan Allah” dipandang
dari segi “ke-akan-an”.
Pokok mengenai “Kerajaan Allah akan dipulihkan
sepenuhnya” didukung juga oleh ucapan dua malaikat yang tiba-tiba hadir sesudah
Yesus diangkat naik ke surga. Menurut mereka, Yesus akan datang kembali
sebagaimana Ia pergi. Kedatangan-Nya kembali tentu mengingatkan pembaca pada
ramalan di dalam Lukas bahwa pada saat kedatangan-Nya kembali, Kerajaan Allah
secara genap akan dipulihkan (Luk.19:11-27; 21:27).
Tema “Kerajaan Allah” juga didukung oleh detail lain
dalam episode kenaikan ini, yaitu “awan” (Kis.1:9). Awan yang menyertai Yesus
naik ke surga menggambarkan awan yang akan menyertai Yesus turun pada
kedatangan-Nya kembali, ketika Ia datang sebagai raja dari Kerajaan Allah. Hal
ini dikatakan (tokoh) Yesus sendiri di dalam Lukas 21:27, “Pada waktu itu orang
akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan
kemuliaan-Nya.
Jadi, pada episode kenaikan di dalam Kisah Para Rasul,
tema dasarnya ialah “Kerajaan Allah”. Dalam hal ini Kerajaan Allah dilihat dari
dimensi keakanan. Sebagaimana di dalam Lukas, Kerajaan Allah pada prinsipnya
memiliki dua dimensi, yaitu dimensi “sudah hadir” (Luk.4:21; 11:20; 16:16;
17:21) dan dimensi “akan hadir” (Luk.12:40; 17:24; 19:11-27; 21:27; 22:16, 18,
30; 23:42). Dengan demikian, bila kedua dimensi ini dipadukan, dapat
disimpulkan bahwa Kerajaan Allah telah hadir pada saat Yesus berkarya di bumi
dan akan terus digenapi secara sempurna sampai pada kedatangan-Nya kembali ke
bumi.
Dimensi keakanan Kerajaan Allah pun tersirat dalam harapan
para rasul akan kehadiran Kerajaan itu secara penuh. Harapan ini tersirat di
dalam episode yang terjadi tak lama sesudah episode kenaikan yaitu “Matias
dipilih menggantikan Yudas” (Kis.1:15-26). Pada dirinya, kisah ini memang
bercerita tentang pengangkatan Matias sebagai rasul kedua belas untuk
menggantikan Yudas Iskariot yang berkhianat dan telah mati. Namun, secara
tersirat, kisah ini mengungkapkan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah
secara penuh. Dasar penafsiran ini ialah keterangan Lukas 22:30 bahwa para
rasul akan menghakimi kedua belas suku Israel di dalam Kerajaan Allah yang akan
datang. Penalarannya adalah bahwa untuk menghakimi kedua belas suku dibutuhkan
kedua belas rasul sehingga “harus” diangkat rasul kedua belas mencerminkan pengharapan
para rasul akan datangnya Kerajaan Allah secara penuh.
Selain itu, istilah “Kerajaan Allah” juga muncul dua kali
secara eksplisit dibagian akhir Kisah Para Rasul (28:23 dan 31). Konteks dari
istilah ini “Kerajaan Allah” ini adalah pemberitaan Paulus di Roma. Dalam
konteks ini, berita tentang Kerajaan Allah selalu disertai dengan berita
tentang Yesus. Artinya, “Kerajaan Allah” di sini lebih dipandang dari dimensi
“kesudahan”, yaitu Kerajaan Allah sudah datang melalui diri Yesus.
Namun, tema “Kerajaan Allah” juga secara implisit
diungkapkan dibagian akhir Kisah Para Rasul. Di dalam Kisah Para Rasul 28:20
diungkapkan bahwa Israel mengharapkan pemulihan Kerajaan Allah secara penuh
(bnd. Kis.1:6). Dalam hal ini Kerajaan Allah lebih dipandang dari dimensi
keakanan.
Jadi, pada bagian awal maupun diakhir Kisah Para Rasul
tampaknya tema “Kerajaan Allah” ingin ditekankan. Namun, karena muncul diawal
dan diakhir, maka terbentuklah struktur pemelukan (inklusio), yang secara tak langsung mengungkapkan bahwa berita
mengenai Yesus – yang diberitakan baik melalui perkataan maupun perbuatan para
rasul disepanjang cerita Kisah Para Rasul – adalah berita mengenai Kerajaan
Allah (bnd. Kis.8:12; 14:22; 19:8; 20:25). Maka diagram inklusio Kerajaan Allah di seluruh Kisah Para Rasul adalah sebagai
berikut:
AWAL TENGAH AKHIR
Kerajaan Allah
- karya dan ajaran para
rasul -
Kerajaan Allah
Kerajaan Allah telah hadir dan akan hadir secara penuh,
maka salah satu efek retorika yang diharapkan terjadi pada pembaca ialah
pembaca diajak untuk percaya pada kehadiran-Nya dan berpartisipasi dalam
Kerajaan Allah yang sedang berkembang menuju penggenapannya secara sempurna.
Pembaca diajak untuk berpartisipasi penuh sebab keterlibatan mereka mengandung
resiko sebagaimana yang sudah mereka saksikan sendiri dalam hidup Yesus (di
Injil Lukas) dan para rasulnya (di Kisah Para Rasul), misalnya dimusuhi,
dianiaya, dibunuh, atau dipenjarakan.
2.1.2. Peramalan
Ramalan mengenai kenaikan Yesus ke surga sudah
diungkapkan di dalam Lukas 24:25-27. Dalam ramalan yang telah dinyatakan oleh
para nabi dan seluruh Kitab Suci itu sekarang digenapi. Yesus sendiri juga
sudah meramalkan, dalam bentuk cerita perumpamaan, bahwa Ia akan pergi kepada
Allah untuk dinobatkan menjadi raja dan akan datang kembali sebagai raja
(Luk.19:12). Jadi, pada dasarnya kenaikan ke surga merupakan kepergiaan-Nya
untuk dinobatkan menjadi raja.
Namun, dalam episode kenaikan di dalam Kisah Para Rasul
bukan kepergiaan-Nya itu yang ditekankan. Di dalam Kisah Para Rasul 1 hal yang
ditekankan justru beberapa ramalan yang masih akan digenapi. Ada empat ramalan,
yang disebutkan dalam pasal pertama:
1.
Ayat
5: ramalan bahwa rasul-rasul akan dibaptis dengan Roh Kudus sesuai dengan janji
Bapa;
2.
Ayat
7: ramalan bahwa Kerajaan Allah akan dipulihkan, tetapi mengenai waktu dan
saatnya Allah Bapa sendiri yang menentukan;
3.
Ayat
8: ramalan bahwa para saksi akan bersaksi sampai ke ujung bumi;
4.
Ayat
11: ramalan bahwa Yesus yang diangkat naik ke surga itu akan datang dengan cara
yang sama sebagaimana Ia pergi.
Keempat ramalan itu memiliki kaitan erat satu sama lain.
ramalan kedua mengenai pemulihan Kerajaan Allah, akan terjadi pada saat ramalan
keempat digenapi yaitu saat Yesus datang kembali. Kerajaan Allah akan digenapi
secara penuh pada kedatangan Yesus kembali. Sebab, pada kedatangan-Nya kembali,
Yesus akan datang sebagai raja dalam kemuliaan-Nya untuk secara penuh
memerintah Kerajaan Allah itu (Luk.19:11-29; 23:42; Kis.3:21; 17:31).
Namun, sebelum pengenapan kedua ramalan tersebut, ramalan
pertama dan ketiga akan digenapi terlebih dahulu. Sebab, berita mengenai Injil
Kerajaan Allah harus diberitakan lebih dahulu sampai ke ujung bumi; dan
sehubungan dengan tugas pemberitaan Injil ini para rasul perlu diperlengkapi
dulu dengan Roh Kudus, sebagaimana yang dialami Yesus dahulu (Luk.3:22;
21:12-13; Kis.1:5; 2:17-20).[3]
2.1.3. Transposisi adalah pergeseran dalam ruang dan waktu
Menurut laporan Lukas dalam Kisah para Rasul, mengira
bahwa Kerajaan Allah akan diwujudkan tanpa suatu transposisi iman dari Yerusalem
ke seluruh dunia. Mereka bertanya kepada Yesus, mungkin dengan rasa tidak sabar
dan prihatin,: Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi
Israel?” perhatian mereka terutama sekali masih tertuju pada kedaulatan
politis. Yesus dengan segera menekan pengharapan ini dan menjelaskan kepada
mereka bahwa transposisi iman harus terjadi terlebih dulu. Katanya, “kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi” (Kis.1:6-8).[4]
2.1.4. Karya Kristus melalui umat
Sebagaimana Injil Lukas mengetengahkan penggenapan
janji-janji Perjanjian Lama, Kisah Para Rasul menceritakan realisasi janji
Kristus kepada murid-Nya. Kisah Para Rasul merupakan lanjutan dari semua “yang
dikerjakan dan diajarkan Yesus” (Kis.1:1), yang direalisasikan dan hidup dan
pelayanan para rasul. Injil Lukas berakhir dengan perintah untuk “tinggal di
dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi”
(Luk.24:49); Kisah Para Rasul dimulai dengan turunnya kuasa tersebut (Kis.2). Selain
itu, pengajaran para rasul dalam Kisah Para Rasul berakar pada
perbuatan-perbuatan Allah dalam Kristus yang memuncak kepada pencurahan Roh
Kudus, dengan cara yang sama seperti pelayanan Yesus berkembang dalam terang
perbuatan-perbuatan Allah dalam Perjanjian Lama. Apa yang Yesus kerjakan dan
ajarkan itu merupakan awal dari Kerajaan Allah, yang disempurnakan ketika Ia
datang kembali. Namun waktu diantara kedua kejadian itu bukan sekedar masa
antara di mana kesaksian-kesaksian lisan dikemukakan, melainkan lebih merupakan
perluasaan Kerajaan Allah yang diperkenalkan Yesus melalui kuasa Roh Kudus.[5]
Kisah Para Rasul 1:6
Maka bertanyalah mereka yang
berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi
Israel?
Seluruh pelayanan Yesus seolah-olah
sangat tidak menguntungkan. Pusat dari berita-Nya adalah Kerajaan Allah
(Mrk.1:14); tetapi, kesulitan yang ada adalah bahwa hal yang dimaksud Yesus
dengan Kerajaan Allah itu berbeda dengan Kerajaan Allah bagi orang lain. Orang-orang
Yahudi selalu membanggakan dirinya sebagai umat pilihan Allah. Dengan demikian
mereka bermaksud menyatakan bahwa mereka ditentukan secara pasti menerima
kesempatan yang istimewa dan sebagai bangsa yang mendominasi dunia. Seluruh
bagian sejarah membuktikan, bahwa secara manusia hal itu tidak akan pernah
terjadi. Palestina adalah sebuah negeri yang kecil, tidak lebih dari 120 mil
panjangnya dan 40 mil lebarnya. Negeri ini merdeka, tetapi kemudian menjadi
bagian dari kerajaan Babel, Persia, Yunani dan Romawi. Oleh karena itu,
orang-orang Yahudi mengharapkan suatu saat nanti, di mana Allah akan memasuki
sejarah manusia secara langsung dan saat itu Dia dengan kekuatan-Nya akan
menciptakan kedaulatan dunia yang mereka impikan. Mereka memahami kerajaan
secara politis. Bagaimana pemahaman Yesus tentang kerajaan? Mari kita lihat Doa
Bapa Kami. Dalam doa ini ada dua petisi yang berdampingan:”Datanglah
Kerajaan-Mu; Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”. Sekarang, menurut
corak karakteristik Ibrani, seperti dalam mazmur, bila ada dua hal yang
mengambil bentuk paralel, maka yang kedua akan menguatkan yang pertama. Demikian
juga dengan dua petisi ini. Petisi kedua adalah arti dari petisi pertama. Oleh
karena itu, kita lihat bahwa kerajaan yang Yesus maksudkan ialah suatu
masyarakat di dunia, di mana kehendak Allah akan terjadi secara sempurna,
seperti di surga. Oleh karena itu, nyata sekali bahwa kerajaan itu didasari
bukan oleh kekuasaan, melainkan oleh kasih.[6]
Kedatangan kerajaan-Nya, Kisah Para
Rasul 1:3b. Hal ini mengacu kepada pemerintahan Allah atas hati dan kehidupan
orang yang percaya kepada-Nya (Mat.6:33; 1 Yoh.3:1-9; Rm.14:17). Jika kita
membaca keempat Injil, kita akan mendapati bahwa para rasul memiliki pandangan
politik yang kuat atas kerajaan itu dan terutama memperhatikan kedudukan dan
hak-hak mereka. Sebagai orang Yahudi yang loyal, mereka ingin mengalahkan
musuh-musuh mereka dan membangun suatu kerajaan yang kokoh di bawah
pemerintahan Mesias sebagai raja mereka. Mereka tidak menyadari bahwa
pertama-tama harus ada perubahan spiritual di dalam hati bangsa itu
(Luk.1:67-69). Tuhan Yesus tidak memarahi mereka karena mereka “banyak tanya”
mengenai kerajaan yahudi yang akan datang (Kis.1:6). Bagaimanapun juga, Ia
telah membuka pikiran mereka untuk memahami kitab suci (Luk.24:44). Jadi,
seharusnya mereka sudah mengerti apa yang mereka tanyakan itu. Tetapi Allah
tidak mengungkapkan kepada kita jadwal-Nya, maka sia-sia saja kalau kita
berspekulasi. Yang penting bukanlah ingin tahu apa yang akan terjadi di masa
depan, tetapi justru bergiat pada masa kini untuk menyebarkan berita tentang
Kerajaan rohani Allah. Inilah
penekanan lain dari Kisah Para Rasul.[7]
BAB
III
KESIMPULAN
Jadi Kerajaan Allah dalam Kisah
Para Rasul adalah Kerajaan yang akan datang dan sudah datang. Kerajaan yang
akan datang dapat dilihat dalam Kisah Para Rasul 28:20 yang diungkapkan
dibagian akhir bahwa Israel mengharapkan pemulihan Kerajaan Allah secara penuh.
Dalam hal ini Kerajaan Allah lebih dipandang dari bagian Kerajaan Allah yang
akan datang.
Kerajaan yang sudah datang dapat
dilihat dalam Kisah Para Rasul 28:23 dan 31, dalam konteks ini berita tentang
Kerajaan Allah selalu disertai dengan berita tentang Yesus. Artinya, Kerajaan
Allah di sini lebih dipandang dari Kerajaan Allah yang sudah datang, yaitu
Kerajaan Allah sudah datang melalui diri Yesus.
Jadi bila dipadukan Kerajaan Allah yang akan datang dan Kerajaan Allah yang
sudah datang, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Allah telah hadir pada saat
Yesus berkarya di bumi dan akan terus digenapi secara sempurna sampai pada
kedatangan-Nya kembali ke bumi.
DAFTAR
PUSTAKA
Barclay, William, 2010. Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Brink, 1993. Tafsiran
Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Wiersbe, Warren W. 2002. Dinamis Di dalam Kristus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup
[2] Ds. H. V. D. Brink, 1993. Tafsiran Alkitab Kisah Para Rasul. Jakarta:
BPK Gunung Mulia. Hal. 11.
[7]
Warren W. Wiersbe, 2002. Dinamis Di dalam
Kristus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Hal. 11-12
Terimakasih untuk tulisannya yang sangat membantu saya memahami lebih dalam mengenai Kerajaan Allah menurut Lukas di Kis Para Rasul 1. Tuhan Yesus memberkati pelayanan bapak dimanapun Tuhan utus dan selalu diberkati dgn Jasmani yg sehat dan dana yang mencukupi untuk hidup sehari hari dan didalam pelayanan. GBu
BalasHapus