Jumat, 23 Maret 2018

garis besar buku: KINGDOM MORALITY



Data Buku       : Mary Fosket, KINGDOM MORALITY, Yogyakarta: Andi, 2013, ISBN: 9789792936018



Kotbah di bukit dan pengajaran moral dari Yesus
1-5               Meneladani kristus merupakan teladan kuno yang berakar pada tradisi kristen mula – mula dan seruan tanpa batas waktu yang melibatkan urusan setiap generasi iman, Millard fuller menempatkan etika Yesus sebagai pusat pelayanan kristen internasional yang ia lakukan. Untuk memulainya kita akan memprtimbangkan kotbah di atas bukit dengan menyeluruh apakah kotnah itu berbicara moralitas dan beberapa alasan dasar yang di bangun dan bagaimana ajaran moral spesifik dari Yesus untuk saat ini.
6-12         Kotbah di bukit bisa di bagi ke dalam beberapa sub bab dan persoalan yang penting adalah etik dan moral, dan beberapa ahli menyimpulkan kotbah di bukit di tulis oleh matius dengan hati – hati untuk mengubah dan menggerakan kita.dan menekankan untuk menyediakan prinsip serta sikap yang menggambarkan perspektif untuk di hidupi dan memberikan para pembaca untuk menafsirkan bagaimana hidup oleh pelajaran kotbah itu. dengan menampilkan cara berpikir yang pertama menampikan moralitas sebagai suatu yang aktif, dan yang kedua adalah moralitas berakar pada kotbah di bukit, moralitas bukanlah moralisme tetapi hikmat, dan kotbah di bukit bukanlah perintah khusus tetapi memberikan paradigma yang menolong kita membayangkan kerajaan surga terlebih dahulu. Dan dengan demikian kotbah di bukit memberikan kita dua dimensi sekaligus tentang moralitas yaitu praktik dan hikmat. Patte memberikan dua aspek kotbah di bukit yaitu : kitab suci sebagai album keluarga dan alkitab sebagai cermin koreksi. Kotbah di bukit tidak di bangun atas dasar pengharapan dalam kerajaan Allah tetapi pelayanan Yesus juga di bangun di atas dasar kerajaan itu nyata. Oleh karena itu pengajaran Yesus di fokuskan pada kedekatan kerajaan Allah.
13                    pemuridan adalah bagaimana meneladani Yesus dan jalan Tuhan, atau mengenali dan mengikuti jalan kerajaan surga.kotbah di bukit bertujuan untuk membantu kita membedakan jalan kerajaan dan menjadikanya senyata mungkin.
14-16   dalam injil bukan hanya menyatakan kerajaan Allah pada masa yang akan datang tetapi menyatakan kerajaan Allah yang sebagian sudah hadir. Dalam hal ini surga  akan sepenuhnya hadir dan di akui semua orang dan kerajaan itu sekilas hadir dan di ketahui oleh beberapa orang. Ini nampaknya bertolak belakang dan cara memahami kerajaan Allah tidak masuk akal, berbagai pengalaman di perhadapkan dengan keadaan yang sakral dan memberikan kita pandangan sekilas tentang kerajaan Allah. Dalam matius Yesus memberikan gambaran bagaimana kehidupan dalam pemerintahan Allah.
17-22   perintah Yesus tidak terpisah menujukan masa depan, kata “makarios ” yang sering di terjemahkan dengan menggunakan kata di berkati tetapi aslinya  adalah bahagia, yang awalnya muncul di gunakan untuk pengajaran hikmat kuno dengan kemampuan membedakan yang bijak. Dan fokusnya di sini bukan hanya upahnya yang akan di terima  dan Yesus membedakan jenis – jenis orang yang akan di beri upah. Dalam arti orang yang di berikan upah pada masa yang akan datang adalah orang yang terlibat pada kerjaan yang sekarang, dan orang yang di bicarakan oleh Yesus adalah contoh bagi kita tentang moralitas yang di ungkapkan sebagai praktik dan hikmat.antitesis di awali denggan pernyataan “hukum dan para nabi” jauh dari penghapusan hukum taurat. Dan tujuanya adalah menggenapi hukum taurat.dan ajaran ini di tujukan pada mereka yang berusaha menjadi anak Allah. Dan para murid berusaha menjadi anak Allah, dan harus mencerminkan diri Allah. Ini bukanlah pemikiran baru tetapi sudah ada sejak jaman Israel yang harus mencerminkan Allah dan mengenapi setiap tujuan Allah. Di sini bukan kesempurnaan yang di paksakan
 Injil Matius dan Kotbah di Bukit
 23-29 jika kita membaca injil, masing – masing injil akan menyampaikanya dengan berbeda – beda. Ini sama halnya jika kita menyuruh membagikan cerita di dalam kelompok kita, masing – masing anggota kelompok akan memberikan kesaksian yang berbeda- beda. Dalam matius dan lukas dalam hal ucapan bahagia memiliki banyak kesamaan, yaitu menggambarkan orang miskin dan teraniaya adalah orang yang bahagia. Sebagian ahli beranggapan jika matius dan lukas dalam hal bahagia adalah kumpulan hipotesis. Dan oleh karena itu matius dan lukas memiliki banyak kesamaan tentang Yesus yang tidak di ketahui oleh markus. Ucapan bahagia dalam matius dan lukas walaupun serupa tetapi di sini ucapan bahagia memiliki keperbedaan satu sama lain. matius mengembangkan perkataan yang di bagikan dengan lukas untuk menyatakan berbahagialah mereka yang lemah lembut murah hati, suci hati dan membawa damai dan lukas tidak menambahkan berkat tetapi serangkain kata celaka. Di sini sangat jelas matius dan lukas bergerak pada dua arah yang berbeda. Perbedaab bahasa merupakan karakteristik tujuan yang melingkupi kotbah, oleh karena itu matius memasukan ucapan bahagia yang tidak di masukan lukas. Dan lukas menempatkan Doa Bapa Kami di tengah rangkaian kotbah di bukit, di sini kita bisa melihat ajaran moral Yesus bertumbuh dari pesanNya tentang kerajaan Surga. Injil matius merupak tempat yang baik bagi sejumlah gereja yang di seimbangkan pada abad ke 21. Pada era informasi kita hidup dalam masa yang bergerak cepat, dan berubah cepatbukan hanya tentang kita tetapi juga tentang satu sama lain berhubungan satu sama lain dengan komunitas lain. tema dan bahasa yang di gunakan menujukan dinamika sosial, politik dan agama yang sesuai dengan sekarang. Injil matius keluar dalam ragam realitas dan budaya.
 30-32  meskipun tidak tahu tentang masyarakat yang ada di injil matius tetapi kita mengetahui bagaimana mereka mengalami dampak dari perang. Dan mereka sangat di bebani oleh penjajah yang ada.
33-42   dalam injil matius ada keramgka yaitu adanya kehadiran Allah dalam Yesus. Dan kedaulatan Allah atas seluruh ciptaanya. Termasuk bangsa romawi, meskipun kerajaan Allah bukanlah sistem politik. Sedangkan berharap pada pemerintahan Allah yang akan datang kapanpun secara politik sangatlah penting. Mempertimbangkan secara hati – hati kemungkinan keliru dari semua kelompok. Perspektif matius mengingatkan pada pandangan yang lebih hati – hati pada cara matius menceritakan pengajaran moral Yesus. Perang dengan Romawi mengubah garis dan bentuk Yudaisme kuno. Perubahan yang mengadang Yudaisme merupakan kuncu untuk memahami hubungan Yesus dengan kepemimpinan Yahudi. Karena Matius tampaknya memiliki banyak kesamaan dengan Yudaisme awal dan yang membuat perbedaan antara mereka itu penting. Seperti ahli taurat dan orang farisi matius berkomitmen untuk memperbaharuiserta mempertahankan tradisi Yahudi dan Yudaisme. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan secara hati – hati persoalan interprestasi anti Yahudi terhadap matius. Dengan demikian, beberapa ahli kitab suci, baik orang kristen maupun orang Yahudi, menyimpulkan injil matius adalah injil anti Yahudi. Dan beberap ahli mendefinisikan sebagai orang Yahudi
43-45   berbeda dengan yahudi dan matius. Perkataan Yesus menekankan identitas dan kepentingan Yahudin-Nya. Yesus meniadakan hukum taurat sangatlah keliru. Bagi matius Yesus menunukan pemerintahan Allah serta peneguhan dan penggenapan Taurat atas pembnerian Allah. oleh keran itu ketika kita berhadapan dengan pengajaran moral Yesus dalam kotbah di bukit dan visinya atas kehidupan yang di hidupi menurut pemerintahan Allah. menggap serius perintah moral Yesus berarti mengaplikasikanya pengajaraNya dengan serius. Dan sekarang orang melihat ajaran Yesus lalu langsung berubah ketika mempertimbangkan pengajaran moral Yesus.
Mengasihi Musuh
47-49   setiap orang yang hidup pasti memiliki musuh dalam hidupnya, entah itu di sadari atau tidak di sadari. Musuh kita pasti akan berusa untuk menjatuhkan kita. Musuh kita terkadang adalah orang yang melakukan kejahatan yang besar atas kita. Komunitas matius tahu tentang musuh. Matius dan orang sekitarnya tidak perlu melihat jauh untuk mengatahui musuhnya.
50-55   sebagian orang pasti akan di resahkan untuk mengasihi musuh. Apakah itu adil atau tidak. Seturut untuk visi kerjaan Allah, yesus mengutip PL tentang hukum pembalasan. Dengan demikian murud di harapkan untuk menahan terhadap pembalasan yang berlebihan. Keadilan yang menurut Yesus tidak dengan ukuran skala keadilan. Dan Yesus memberuikan petunjuk untuk merespon dalam keadaan yang berbeda yaitu: menjauh ketika orang menghina, dan pada akhitnya Yesus mengatakan kepada pengikutnya untuk memebrikan kepada mereka yang meminta kepada mereka. dan orang – orang yang mngikuti memberi kepada orang yang meminta kepada mereka. respon seseorang tidak begitu mereflesikan keadaan seseorang kepada dunia. Tetapi pribadi yang cenderung menujuk hal itu. hidup berlimpahan merupakan disiplin rohani dan alat bersama yang praktis bagi perubahan. 
58-60   Alasan Yesus untuk memanggil murudnya dan mengasihi musuhnya  adalah karena Allah mengasihi semua ciptaanNya. Dengan itu perintah Yesus untuk mengasihi musuih kita dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita adalah panggilan untuk kembali kepada panggilan kita
56-57   Perintah Yesus mengungkapkan kebenaran kerajaan Allah ingatlah panggilan Yesus bukan untuk kehancuran diri
63        Salah satu penekanan yang berbeda adalah perumpamaan ilalang dan gandum, menjukan pada kejahatan dan kebenaran yang tumbuh bersama.
65        Panggilan untuk membalas dengan kebenaran dan mengasihi musuh serta berdoa untuk para penindas kita adalah panggilan untuk hidup secara berkelimpahan melalui cara yang membawa kita kembali kepada diri kita.
Kemarahan dan perdamaian
67-72   Perintah moral Yesus bergantung pada visi-nya terhadap kemanusiaan dalam semua kepenuhan yang dimaksudkan atau kesempurnaan. Kebenaran yang Yesus dorong supaya di gunakan pendengarnya adalah kebenaran yang meluap dengan kemurahan dan kasih untuk seluruh “sesama manusia” Yesus menyerukan perintah moral yang sudah sering di dengar oleh pendengar matius. Dan syukurlah kita terbuka tidak hanya untuk penghakimanya tetapi juga untuk pengajaran kerajaanNya. Yesus mengingatkan kita bahwa di samping usaha kita untuk menempatkan diri kita di atas orang lain khusunya tentang moralitas. Pengajaran Yesus menghubungkan kemarahan dan banyak bicara. Dengan demikian akibat kemarahan dan ejekan verbal, jika tidak menyerang, dianggap mengerikan. 
75-77   Kita dapat melihat bagaimana pentingnya hubungan manusia dengan sesama, dan juga sikap kita terhadap dunia, Allah dan seseorang terhadap yang lain itu dapat kita lihat di kotbah di bukit. Kita harus mempuyai hikmat yang cukup untuk melepaskan perasaan yang tidak enak dengan orang lain dengan memuali berdamai. Hal itu aneh dan menyakitkan bagi orang yang terlibat, tetapi tidak lagi menjadi masalah siapa yang benar dan yang salah karena kebenaran untuk di sampaikan.
81-83   Seperti halnya orang yang tertuduh pada ilustrasi itu di paksa untuk mencapai mufakat dengan penud uhnya. Seseorang tidak dapat memikirkan pengajaran moral Yesus dengan serius tanpa di hadapkan muka dengan kepedulian sosial politik pada zaman ini.
Pernikahan
86-87   fokus Yesus pada persoalan ini memberi kesan bahwa baik praktik perzinahan maupun akibatnya telah menjadi perihatin matius. Dengan perkataan itu. pantas untuk menyebutkan bahwa perzinahan secara jelas di pandang dalam penjelasan negatif oleh tulisan perjanjian baru yang mengulas hal itu. dan cukup wajar mengatakan jiika perceraian sebagai hal yang kurang ideal. Jika hawa nafsu mulai dan berawal dari mata lebih baik seseorang kehilangan mata dan perzinahan tidak terjadi.
88-92   Yesus secara efektif menghapuskan surat cerai, dan suami di larang melakukan percerain, dan jika cerai dilarang untuk menikah lagi. Yesus tidak membantah legalitas surat cerai  tetapi dia menegur persoalan etika yang dipertaruhkan. Pengajaran Yesus di bangun di atas premis bahwa pernikahan pada kenyataanya tidak mudah di batalkan. Dan dalam pernikahan perceraian tidak hanya bertentangan dengan kehendak Allah untuk pernikahan, tetapi dalam pernikahan kehidupan yang dipersatukan bersama jugab terjalin dengan sangat erat.

94-95   Dari pengajaran Yesus, kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam dan dari dirinya, bukanlah menikah atau tetap tidak menikah yang sangat berarti ketika ikut serta dalam cara kerajaan. Dan pengajaran Yesus tentang pernikahan dan perceraian sangat perlu kita pertimbangkan. Dan pada saat ini perceraian sudah sangat marak dan sudah menjadi hal yang biasa. Gereja sebagai lembaga rohani harus bisa menekan jumlah pernikahan yang ada.dan pengajaran Yesus tidak mudah di terjemahkan ke dalam serangkaian peraturan.

98-103 Visi Yesus bagi pernikahan berakar pada VisiNya tentang kemanusian yang mana kita di ciptakan untuk mewujudkan sejak awal penciptaan, perceraian adalah kelonggaran ilahi bukan sesuatu yang baik, pernikahan tidak dapat dipisahkan dengan mudah. Tradisi Alkitab mengingatkan berulang kali jika kita di ciptakan untuk memeperdengarkan panggilan untuk kembali ke tujuan mula – mula kita. Yaitu manusia yang mencerminkan kekudusan, keberadaan, keadilan Allah. di lihat pernikahan memulai peraturan moral dan norma etik yang di tekankan secara umum dalam kotbah di bukit. Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa pernikahan bukanlah kebaikan mutlak. Pengajaran Yesus di sini tidak mendukung atau mempertahankan hubungan yang rusak. Untuk menegakan pernikahan sebagai nilai yang mutlak di depan kekerasan. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar