Data Buku : Mary Fosket, KINGDOM MORALITY,
Yogyakarta: Andi, 2013, ISBN: 9789792936018
Kotbah di bukit dan pengajaran moral
dari Yesus
1-5
Meneladani kristus merupakan teladan kuno yang
berakar pada tradisi kristen mula – mula dan seruan tanpa batas waktu yang
melibatkan urusan setiap generasi iman, Millard fuller menempatkan etika Yesus
sebagai pusat pelayanan kristen internasional yang ia lakukan. Untuk memulainya
kita akan memprtimbangkan kotbah di atas bukit dengan menyeluruh apakah kotnah
itu berbicara moralitas dan beberapa alasan dasar yang di bangun dan bagaimana
ajaran moral spesifik dari Yesus untuk saat ini.
6-12
Kotbah di bukit bisa di
bagi ke dalam beberapa sub bab dan persoalan yang penting adalah etik dan moral,
dan beberapa ahli menyimpulkan kotbah di bukit di tulis oleh matius dengan hati
– hati untuk mengubah dan menggerakan kita.dan menekankan untuk menyediakan
prinsip serta sikap yang menggambarkan perspektif untuk di hidupi dan
memberikan para pembaca untuk menafsirkan bagaimana hidup oleh pelajaran kotbah
itu. dengan menampilkan cara berpikir yang pertama menampikan moralitas sebagai
suatu yang aktif, dan yang kedua adalah moralitas berakar pada kotbah di bukit,
moralitas bukanlah moralisme tetapi hikmat, dan kotbah di bukit bukanlah
perintah khusus tetapi memberikan paradigma yang menolong kita membayangkan
kerajaan surga terlebih dahulu. Dan dengan demikian kotbah di bukit memberikan
kita dua dimensi sekaligus tentang moralitas yaitu praktik dan hikmat. Patte
memberikan dua aspek kotbah di bukit yaitu : kitab suci sebagai album keluarga
dan alkitab sebagai cermin koreksi. Kotbah di bukit tidak di bangun atas dasar
pengharapan dalam kerajaan Allah tetapi pelayanan Yesus juga di bangun di atas
dasar kerajaan itu nyata. Oleh karena itu pengajaran Yesus di fokuskan pada
kedekatan kerajaan Allah.
13 pemuridan
adalah bagaimana meneladani Yesus dan jalan Tuhan, atau mengenali dan mengikuti
jalan kerajaan surga.kotbah di bukit bertujuan untuk membantu kita membedakan
jalan kerajaan dan menjadikanya senyata mungkin.
14-16 dalam
injil bukan hanya menyatakan kerajaan Allah pada masa yang akan datang tetapi
menyatakan kerajaan Allah yang sebagian sudah hadir. Dalam hal ini surga akan sepenuhnya hadir dan di akui semua orang
dan kerajaan itu sekilas hadir dan di ketahui oleh beberapa orang. Ini
nampaknya bertolak belakang dan cara memahami kerajaan Allah tidak masuk akal,
berbagai pengalaman di perhadapkan dengan keadaan yang sakral dan memberikan
kita pandangan sekilas tentang kerajaan Allah. Dalam matius Yesus memberikan
gambaran bagaimana kehidupan dalam pemerintahan Allah.
17-22 perintah
Yesus tidak terpisah menujukan masa depan, kata “makarios ” yang sering di
terjemahkan dengan menggunakan kata di berkati tetapi aslinya adalah bahagia, yang awalnya muncul di
gunakan untuk pengajaran hikmat kuno dengan kemampuan membedakan yang bijak.
Dan fokusnya di sini bukan hanya upahnya yang akan di terima dan Yesus membedakan jenis – jenis orang yang
akan di beri upah. Dalam arti orang yang di berikan upah pada masa yang akan
datang adalah orang yang terlibat pada kerjaan yang sekarang, dan orang yang di
bicarakan oleh Yesus adalah contoh bagi kita tentang moralitas yang di
ungkapkan sebagai praktik dan hikmat.antitesis di awali denggan pernyataan
“hukum dan para nabi” jauh dari penghapusan hukum taurat. Dan tujuanya adalah
menggenapi hukum taurat.dan ajaran ini di tujukan pada mereka yang berusaha
menjadi anak Allah. Dan para murid berusaha menjadi anak Allah, dan harus mencerminkan
diri Allah. Ini bukanlah pemikiran baru tetapi sudah ada sejak jaman Israel
yang harus mencerminkan Allah dan mengenapi setiap tujuan Allah. Di sini bukan
kesempurnaan yang di paksakan
Injil Matius
dan Kotbah di Bukit
23-29 jika kita membaca injil, masing – masing injil
akan menyampaikanya dengan berbeda – beda. Ini sama halnya jika kita menyuruh
membagikan cerita di dalam kelompok kita, masing – masing anggota kelompok akan
memberikan kesaksian yang berbeda- beda. Dalam matius dan lukas dalam hal
ucapan bahagia memiliki banyak kesamaan, yaitu menggambarkan orang miskin dan
teraniaya adalah orang yang bahagia. Sebagian ahli beranggapan jika matius dan
lukas dalam hal bahagia adalah kumpulan hipotesis. Dan oleh karena itu matius
dan lukas memiliki banyak kesamaan tentang Yesus yang tidak di ketahui oleh
markus. Ucapan bahagia dalam matius dan lukas walaupun serupa tetapi di sini
ucapan bahagia memiliki keperbedaan satu sama lain. matius mengembangkan
perkataan yang di bagikan dengan lukas untuk menyatakan berbahagialah mereka
yang lemah lembut murah hati, suci hati dan membawa damai dan lukas tidak
menambahkan berkat tetapi serangkain kata celaka. Di sini sangat jelas matius
dan lukas bergerak pada dua arah yang berbeda. Perbedaab bahasa merupakan
karakteristik tujuan yang melingkupi kotbah, oleh karena itu matius memasukan
ucapan bahagia yang tidak di masukan lukas. Dan lukas menempatkan Doa Bapa Kami
di tengah rangkaian kotbah di bukit, di sini kita bisa melihat ajaran moral
Yesus bertumbuh dari pesanNya tentang kerajaan Surga. Injil matius merupak
tempat yang baik bagi sejumlah gereja yang di seimbangkan pada abad ke 21. Pada
era informasi kita hidup dalam masa yang bergerak cepat, dan berubah cepatbukan
hanya tentang kita tetapi juga tentang satu sama lain berhubungan satu sama
lain dengan komunitas lain. tema dan bahasa yang di gunakan menujukan dinamika
sosial, politik dan agama yang sesuai dengan sekarang. Injil matius keluar
dalam ragam realitas dan budaya.
30-32 meskipun tidak tahu tentang masyarakat yang
ada di injil matius tetapi kita mengetahui bagaimana mereka mengalami dampak
dari perang. Dan mereka sangat di bebani oleh penjajah yang ada.
33-42 dalam
injil matius ada keramgka yaitu adanya kehadiran Allah dalam Yesus. Dan
kedaulatan Allah atas seluruh ciptaanya. Termasuk bangsa romawi, meskipun
kerajaan Allah bukanlah sistem politik. Sedangkan berharap pada pemerintahan
Allah yang akan datang kapanpun secara politik sangatlah penting.
Mempertimbangkan secara hati – hati kemungkinan keliru dari semua kelompok.
Perspektif matius mengingatkan pada pandangan yang lebih hati – hati pada cara
matius menceritakan pengajaran moral Yesus. Perang dengan Romawi mengubah garis
dan bentuk Yudaisme kuno. Perubahan yang mengadang Yudaisme merupakan kuncu
untuk memahami hubungan Yesus dengan kepemimpinan Yahudi. Karena Matius
tampaknya memiliki banyak kesamaan dengan Yudaisme awal dan yang membuat
perbedaan antara mereka itu penting. Seperti ahli taurat dan orang farisi
matius berkomitmen untuk memperbaharuiserta mempertahankan tradisi Yahudi dan
Yudaisme. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan secara hati – hati
persoalan interprestasi anti Yahudi terhadap matius. Dengan demikian, beberapa
ahli kitab suci, baik orang kristen maupun orang Yahudi, menyimpulkan injil
matius adalah injil anti Yahudi. Dan beberap ahli mendefinisikan sebagai orang
Yahudi
43-45 berbeda
dengan yahudi dan matius. Perkataan Yesus menekankan identitas dan kepentingan
Yahudin-Nya. Yesus meniadakan hukum taurat sangatlah keliru. Bagi matius Yesus
menunukan pemerintahan Allah serta peneguhan dan penggenapan Taurat atas
pembnerian Allah. oleh keran itu ketika kita berhadapan dengan pengajaran moral
Yesus dalam kotbah di bukit dan visinya atas kehidupan yang di hidupi menurut
pemerintahan Allah. menggap serius perintah moral Yesus berarti
mengaplikasikanya pengajaraNya dengan serius. Dan sekarang orang melihat ajaran
Yesus lalu langsung berubah ketika mempertimbangkan pengajaran moral Yesus.
Mengasihi Musuh
47-49 setiap
orang yang hidup pasti memiliki musuh dalam hidupnya, entah itu di sadari atau
tidak di sadari. Musuh kita pasti akan berusa untuk menjatuhkan kita. Musuh
kita terkadang adalah orang yang melakukan kejahatan yang besar atas kita.
Komunitas matius tahu tentang musuh. Matius dan orang sekitarnya tidak perlu
melihat jauh untuk mengatahui musuhnya.
50-55 sebagian
orang pasti akan di resahkan untuk mengasihi musuh. Apakah itu adil atau tidak.
Seturut untuk visi kerjaan Allah, yesus mengutip PL tentang hukum pembalasan.
Dengan demikian murud di harapkan untuk menahan terhadap pembalasan yang
berlebihan. Keadilan yang menurut Yesus tidak dengan ukuran skala keadilan. Dan
Yesus memberuikan petunjuk untuk merespon dalam keadaan yang berbeda yaitu:
menjauh ketika orang menghina, dan pada akhitnya Yesus mengatakan kepada
pengikutnya untuk memebrikan kepada mereka yang meminta kepada mereka. dan
orang – orang yang mngikuti memberi kepada orang yang meminta kepada mereka.
respon seseorang tidak begitu mereflesikan keadaan seseorang kepada dunia.
Tetapi pribadi yang cenderung menujuk hal itu. hidup berlimpahan merupakan
disiplin rohani dan alat bersama yang praktis bagi perubahan.
58-60 Alasan
Yesus untuk memanggil murudnya dan mengasihi musuhnya adalah karena Allah mengasihi semua ciptaanNya.
Dengan itu perintah Yesus untuk mengasihi musuih kita dan berdoa bagi mereka
yang menganiaya kita adalah panggilan untuk kembali kepada panggilan kita
56-57 Perintah
Yesus mengungkapkan kebenaran kerajaan Allah ingatlah panggilan Yesus bukan
untuk kehancuran diri
63 Salah
satu penekanan yang berbeda adalah perumpamaan ilalang dan gandum, menjukan
pada kejahatan dan kebenaran yang tumbuh bersama.
65 Panggilan
untuk membalas dengan kebenaran dan mengasihi musuh serta berdoa untuk para
penindas kita adalah panggilan untuk hidup secara berkelimpahan melalui cara
yang membawa kita kembali kepada diri kita.
Kemarahan dan perdamaian
67-72 Perintah
moral Yesus bergantung pada visi-nya terhadap kemanusiaan dalam semua kepenuhan
yang dimaksudkan atau kesempurnaan. Kebenaran yang Yesus dorong supaya di
gunakan pendengarnya adalah kebenaran yang meluap dengan kemurahan dan kasih
untuk seluruh “sesama manusia” Yesus menyerukan perintah moral yang sudah
sering di dengar oleh pendengar matius. Dan syukurlah kita terbuka tidak hanya
untuk penghakimanya tetapi juga untuk pengajaran kerajaanNya. Yesus
mengingatkan kita bahwa di samping usaha kita untuk menempatkan diri kita di
atas orang lain khusunya tentang moralitas. Pengajaran Yesus menghubungkan
kemarahan dan banyak bicara. Dengan demikian akibat kemarahan dan ejekan
verbal, jika tidak menyerang, dianggap mengerikan.
75-77 Kita
dapat melihat bagaimana pentingnya hubungan manusia dengan sesama, dan juga
sikap kita terhadap dunia, Allah dan seseorang terhadap yang lain itu dapat
kita lihat di kotbah di bukit. Kita harus mempuyai hikmat yang cukup untuk
melepaskan perasaan yang tidak enak dengan orang lain dengan memuali berdamai.
Hal itu aneh dan menyakitkan bagi orang yang terlibat, tetapi tidak lagi menjadi
masalah siapa yang benar dan yang salah karena kebenaran untuk di sampaikan.
81-83 Seperti
halnya orang yang tertuduh pada ilustrasi itu di paksa untuk mencapai mufakat
dengan penud uhnya. Seseorang tidak dapat memikirkan pengajaran moral Yesus
dengan serius tanpa di hadapkan muka dengan kepedulian sosial politik pada
zaman ini.
Pernikahan
86-87 fokus
Yesus pada persoalan ini memberi kesan bahwa baik praktik perzinahan maupun
akibatnya telah menjadi perihatin matius. Dengan perkataan itu. pantas untuk
menyebutkan bahwa perzinahan secara jelas di pandang dalam penjelasan negatif
oleh tulisan perjanjian baru yang mengulas hal itu. dan cukup wajar mengatakan
jiika perceraian sebagai hal yang kurang ideal. Jika hawa nafsu mulai dan
berawal dari mata lebih baik seseorang kehilangan mata dan perzinahan tidak
terjadi.
88-92 Yesus
secara efektif menghapuskan surat cerai, dan suami di larang melakukan
percerain, dan jika cerai dilarang untuk menikah lagi. Yesus tidak membantah
legalitas surat cerai tetapi dia menegur
persoalan etika yang dipertaruhkan. Pengajaran Yesus di bangun di atas premis
bahwa pernikahan pada kenyataanya tidak mudah di batalkan. Dan dalam pernikahan
perceraian tidak hanya bertentangan dengan kehendak Allah untuk pernikahan,
tetapi dalam pernikahan kehidupan yang dipersatukan bersama jugab terjalin
dengan sangat erat.
94-95 Dari
pengajaran Yesus, kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam dan dari dirinya,
bukanlah menikah atau tetap tidak menikah yang sangat berarti ketika ikut serta
dalam cara kerajaan. Dan pengajaran Yesus tentang pernikahan dan perceraian
sangat perlu kita pertimbangkan. Dan pada saat ini perceraian sudah sangat
marak dan sudah menjadi hal yang biasa. Gereja sebagai lembaga rohani harus
bisa menekan jumlah pernikahan yang ada.dan pengajaran Yesus tidak mudah di
terjemahkan ke dalam serangkaian peraturan.
98-103 Visi
Yesus bagi pernikahan berakar pada VisiNya tentang kemanusian yang mana kita di
ciptakan untuk mewujudkan sejak awal penciptaan, perceraian adalah kelonggaran ilahi
bukan sesuatu yang baik, pernikahan tidak dapat dipisahkan dengan mudah. Tradisi
Alkitab mengingatkan berulang kali jika kita di ciptakan untuk memeperdengarkan
panggilan untuk kembali ke tujuan mula – mula kita. Yaitu manusia yang
mencerminkan kekudusan, keberadaan, keadilan Allah. di lihat pernikahan memulai
peraturan moral dan norma etik yang di tekankan secara umum dalam kotbah di
bukit. Yesus tidak sedang mengajarkan bahwa pernikahan bukanlah kebaikan
mutlak. Pengajaran Yesus di sini tidak mendukung atau mempertahankan hubungan
yang rusak. Untuk menegakan pernikahan sebagai nilai yang mutlak di depan
kekerasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar