KASIH DAN
KEADILAN
KASIH
Kata
Ibrani untuk kasih adalah ahav. Pemakaian kata ini amat luas dan merupakan kata
umum dengan beragam makna sesuai dengan kadarnya. Kata Ibrani yang lainya ialah
dot dan ra’yah, artinya kasih asmara dan objeknya adalah wanita. Ini khas dalam
Kidung Agung. Kasih dalam PL. baik yang insani
maupun yang ilah, adalah ungkapan paling dalam dari kepribadian,
sekaligus hubunan pribadi yang paling akrab dan dekat. [1]
Jika
dilihat dari pengertian semantiknya, kata kasih dalam bahasa aslinya memiliki
pengertian-pengertian sebagai berikut: Mengacu pada kata
ibrani Ahe´v untuk kata kasih (mengasihi) yang umum dipakai dalam
Perjanjian Lama (PL), kita dapat menemukan ungkapan kasih dalam berbagai bentuk
hubungan, mis: Kasih Allah kepada manusia yang digambarkan sebagai hubungan
Bapa dan Anak (Maz 6:7); atau sebagai hubungan suami isteri (Hosea 1-3). Akan
tetapi, bersamaan dengan itu muncul dan berkembang pula gambaran-gambaran tentang Allah yang
berbeda, yang bahkan tidak sesuai dengan perhitungan manusia. Dalam PL hal
tersebut tampak dalam misi atau peristiwa Yunus, misalnya yang menekankan bahwa
Allah mengasihi semua umat manusia dan tidak menghendaki kehancuran atau
kematian mereka.[2]
Demikian
juga hubungan kasih persahabatan, mis: antara Daud dan Yonatan (I.Sam. 18) dan
juga hubungan kasih antara orang tua dan anak mis: Hubungan antara
Abraham dan Ishak (Kej.22 :2), Antara Ishak dan Esau (25: 28a). Kata Ahe´v yang
terungkap dalam berbagai bentuk hubungan kasih tersebut mengkonotasikan
adanya kemesraan emosional, tanggung jawab dan keterlibatan etis dalam ruang
lingkup kerohanian, dan merupakan ungkapan yang paling dalam dari kepribadian
sekaligus hubungan pribadi yang paling akrab dan dekat yang disertai dorongan
untuk melakukan suatu tindakan yang mendatangkan kegembiraan serta pengorbanan
diri demi kebaikan untuk orang yang dikasihi.[3]
Rakhamim: artinya kasih sayang / belas kasih Para nabi mengajarkan setiap orang
yang telah mengalami kasih Allah dalam hidupnya wajib menunjukan belas
kasihannya kepada orang yang membutuhkan : anak yatim, janda dan
orang asing, orang miskin dan malang : UL 10 :10, 14 :9,
16 :11,24 :19, Yer 22 :3, Mz 146 : 9, ayb 6 :14, Ams 19 :17, Za 7 :9, Mik 6 :8
). Khen: berarti perbuatan atasan yang menunjukan
kepada bawahannya kasih karunia padahal sebenarnya bawahan itu tidak layak
menerimanya, atau bisa disebut kasih yang bebas nilai. Misalnya ( Kej 6 :7, Kel
33:17, Bil 6 :25), menunjukan pada arti pengampunan. “Khen adalah kasih
sepihak, karena itu cenderung mengandung gagasan tetntang
kemurahan semata-mata atau tentang anugerah luhur dan sikap
merendahkan diri dari pihak si pemberi yang kedudukannya lebih
tinggi”.[4]
PEMBAGIAN
KASIH DALAM PL
1. Kasih
Allah kepada Manusia
a. objeknya
: objek kasih terutama adalah kelompok kolektif ( Ul 4 : 37,) nenek
moyangmu. (Amsal 8:17) orang yang
mengasihi aku. (Yes 43 : 4). Walaupun implikasinya jelas yaitu bahwa pribadi-pribadi
terhisa dalam berbagai perhatian Allah yang di berikan kepad kelompok tertentu.
Dan hanya 3 orang saja dimana Allah menujukan kasih kepada pribadi-pribadi dan
semuanya adalah raja.
b. Bersifat
pribadi : kasih berakar kuat pada sifat Allah sendiri, kasih itu lebih
dalam dari kasih seorang ibu kepada anak-anaknya (Yes 49 : 15,16:13)
digambarkan dalam Hos 1-3 hubungan nabi dan istrinya yang tidak setia adalah
gambaran mengenai dasar paling asasi dari perjanjian Ilahi dalam hubungan yang
lebih dalam yaitu kasih disertai kerelaan menanggung derita. Kasih Allah adalah
bagian dari kepribadiannya yang tak dapat diguncangkan oleh murkanya atau
dialihkan karena ketidaktaatan objeknya.( Hos 11:1-4,7-9 bagian ini adalah
acuan terdekat PL pada deklarasi Allah adalah kasih) sebab kasih Allah adalah
kekal ( Yer 31: 3) tetapi dalam hosea ini terdapat kata yang dimana Allah
berkata aku tidak akan mengasihi mereka lagi tetapi alangkah baiknya jika di
tafsirakn tidak akan menjadi Allah mereka lagi.
c. Bersifat
selektif : Kitab Ulangan khususnya mendasari hubungan perjanjian antara
Israel dan Allah pada kasih Allah yang terdahulu. Berbeda dengan ilah-ilah
bangsa lain yang menjadi milik mereka karena alasan kodrati dan geogarafis.
Yahwe mengambil prakarsa memilih Israel karena ia mengasihi mereka ( Ul 4 :37.
10:15, Yes 43 : 4) kasih ini spontan tidak timbul oleh suatu nilai dari
obyeknya tetapi bahkan mencipta nilai itu.(Ul 7 :7). Namun dalam PL ajaran
tentang kasih yang universal nampak tersirat, seperti dalam kitab Yunus dan
nyanyian Hamba Tuhan dalam Yesaya.[5]
KEADILAN
Dalam
hukum-hukum Israel dinyatakan suatu kebenaran theologis dan etis yang
fundamental tentang sifat Allah, yaitu bahwa Dia adil. Dalam PL gagasan paling
hakiki adalah keyakinan akan Allah yang benar dan adil. Hanya saja sering kali
istilah ini salah dimengerti. Untuk ini perlu di perhatikan kosa-kata yang di
pakai dalam PL.[6]
Keadilan berasal dari
beberapa kata Ibrani antara
lain: tsedeq dan mishpat. Secara etimologis, tsedeq berarti
pembenaran atau kebenaran. Berasal dari kata tsedakah yang berarti
keadilan, pembenaran dalam struktur pemerintahan seperti pembenaran raja, benar
secara hukum, peraturan, dll. Akar kata dari kedua kata ini
adalah tsadaq, artinya menjadi adil, menjadi benar. Kata kedua yang
dipakai adalah mishpat yang berarti keputusan, pertimbangan, keadilan,
peraturan. Berasal dari akar katanya shapat yang berarti menghakimi,
memerintah, menghukum, dll. Kata ini digunakan sebanyak 250 kali dalam PL.
Secara
semantik, kedua kata ini berati sebagai berikut: Misypat berarti cara
yang benar untuk membawa diri dan cara yang benar untuk memperlakukan orang
lain, perangai tingkah laku ini dapat dipaksakan secara hukum.
Proses menyatakan hak seseorang dan hukum atas kesalahan / melakukan kejahatan. misypat juga
berarti keputusan yang tepat yang diberikan mengenai masalah-masalah yang sukar
khususnya oleh Urim dan Tumim. Misypat Tentang hak : kel 23 : 6, Ul
10 :18, yes 49 :4, keadilan; kej 18 : 19, ul 6 :19, Yes 1 : 17, penghukuman;
Mzr 105 : 5, Yer 51 :9 peraturan hukum; Kel 21 : 1, Yeh 5 : 6, Mz 119 : 7,
keputusan; Kel 28 : 15. Tsedaqa berarti pernyataan keadilan
Allah dalam pemeliharaannya akan hidup manusia, perkataanNya yang benar dan
lurus. Tsedaqa berarti menjabarkan ukuran susila yang dipakai Allah untuk
mengukur tindak tanduk manusia. Berhubungan dengan pemerintahan ilahi: keadilan
dan kebenaran khususnya pada hukuman, Ul 32:22, tsedaq juga menunjukkan
tindakan pembelaan Allah bagi orang-orang yang dianggap layak menerimanya, Hak
5: 11, 2 sam 15:4, Ams 3:33, tsedaqa menunjukan penebusan Yes 45:21, Tsedaqa
merupakan pemberian Allah kepada mereka yang percaya, ( kebenaran karena
ketergantungan manusia kepada rahmat Tuhan) Kej 15 :6, Hab 2 :4,
Tsedaqa berarti kebaikan. Keadilan atau kebenaran merupakan
suatu esensi yang mendasari suatu hidup sehingga dari hidup itu
bisa mengalirkan semacam norma-norma etika yang benar. Menurut
Stephen Tong Keadilan/ kebenaran Allah mempunyai 5 segi arti yaitu yang
lurus yang tidak bengkok dan yang benar,[7]
yang menghadapi semua orang dengan prinsip sama rata, yang menjadikan kebenaran
sebagai intisari hidup, yang hidup dalam kesucian, yang senantiasa tegas dan
tidak kompromi dengan dosa. [8]
ALAT / SARANA KEADILAN DALAM PL
- Keadilan
melalui imam : Urim dan Tumim
- Keadilan dari
para pemimpin/ lembaga hukum
- Alat
Penyataan Kasih dan keadilan Allah melalui seruan para nabi
ALASAN ORANG PERLU ADIL
- Allah
adalah Adil dan benar. Keadilan berpusat dari Allah
- Karena
adil adalah perintah dan tuntutan Allah :
·
Ditujukan terutama kepada para pemimpin
( 2 Sam 23 :3, Yeh 45 : 9
·
Ul 16 :20 Yes 56 :1, dan adil
adalah tuntutan Allah atas umatnya, Mik 6 :8. orang kudus harus berlaku adil,
Mzr 119 : 121, Yeh 18: 8, dan Allah memberikan hikmat untuk
melakukan keadilan. 1 raj 3 :12 Ams 2 :6,9
·
Dalam praksisnya : mengambil keputusan (
Yer 21:12), terhadap orang miskin, terhadap anak yatim piatu dan janda ( Yes 1
:17) dalam berjual beli ( Im 19 :36, Ul 25 : 15) dll
·
Allah berkenan dan menghargai
kepada orang yang melakukan keadilan (Ams 11: 11, Ams 21 :3 )
·
Keadilan mendatangkan pahala ( Yer
22:15) dan ketidak adilan mendatangkan hukuman.
KASIH DAN KEADILAN
Dalam
Perjanjian Lama kita mengetahui jika Kasih dan keadilan Allah tak terpisahkan,.
Tidak ada kasih tanpa keadilan dan tidak ada keadilan tanpa kasih. Kasih tanpa
keadilan adalah sentimental dan keadilan tanpa kasih adalah legalisme. Allah
adalah kasih dan adil dalam perasaan dan tindakan. Ia konsisten karena kasih
dan keadilan adalah sifat-Nya. Allah memiliki rasa kasih yang begitu besar atas
umat pilihannya dan ia adalah Allah yang adil dan benar dalam hukumnya. Kasih
kesetiaan Allah dalam karya-Nya terhadap Israel adalah keadilan-Nya
dan pemenuhan kebenaran janji-Nya. Penghukuman Allah merupakan
bentuk nyata kasih-Nya, kasih tidak kompromi dengan dosa dan dosa yang dihukum
adalah bentuk kasih yang bertujuan untuk memberikan pelajaran dan pertumbuhan
iman.demikian dengan manusia, demikian umat pilihan yang mengasihi Allah akan
berlaku kasih, setia dan adil terhadap Allah dan sesama. Hosea merupakan contoh
konkrit Alkitab tentang bagaimana kasih dan keadilan Allah ini bertemu.
Pernikahannya dengan perempuan sundal merupakan perlambangan dari hubungan yang
terjadi antara Allah dan Israel. Walaupun istri Hosea telah berkali-kali
meninggalkannya dan bersundal dengan orang lain, namun ia tetap mengasihi
istrinya tersebut. Begitu juga dengan Israel, mereka telah lari meninggalkan
Tuhan dan menyembah dewa-dewa, seperti istri yang bersundal. Melalui
pernikahannya itu, Allah tetap mengasihi Israel, setelah mereka mendapat
hukuman dan bertobat mereka akan mendapat berkat. Di sinilah keadilan Tuhan
berlaku. Namun setelah hukuman itu, dan ternyata setelah diketahui terdapat
pertobatan di antara mereka, maka Allah dengan kasih-Nya akan memulihkan keadaan
mereka itu. Jadi hukuman di sini bersifat membawa mereka kepada pertobatan,
hukuman yang diberikan menjadi wujud dari kasin Allah.
Refleksi
Dalam
kehidupan sehari-hari sebagai orang prcaya kita harus mencerminkan bagaimana
seorang percaya harus hidup. Orang percaya harus mencerminkan kasih serta
keadilan dalam kehidupan ini. Sama dengan Tuhan. Tuhan mengasihi setiap manusi
tetapi Allah harus mencerminkan keadilanya pada manusia. Oleh karena itu
sebagai orang percaya kita harus mencerminkan bagaimana kasih dan keadilan agar
berjalan berimbang di dalam kehidupan ini. Agar nama Tuhan di muliakan melalui
setiap hal yang kita perbuat.
[1] V.M. Siringgo-ringo.2013.
Teologi Perjanjian Lama. (Yogyakarta:Andi). Hlm.139
[2] Ibid.141
[6] Ibid.Hlm.146-147
[7]
Stephen Tong ,2006. Dosa, Keadilan
dan Penghakiman, (Momentum : lembaga Reformed Injili Indonesia ), hlm. 18
[8] Ibid.
hlm.18-22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar