LATAR
BELAKANG JEMAAT
A.
Keadaan
Jemaat
Kondisi jemaat yang dilayani Timotius pada saat itu
terdiri dari orang-orang Yunani dan Yahudi. Efesus sejak dulu merupakan kota
yang penting, mula-mula merupakan “koloni” Yunani, yakni tempat tinggal
orang-orang Yunani dalam perantauan. Bandar ini menjadi kota yang termasyhur
lagi terkaya di daerah Asia Kecil, penghubung dunia Barat dan Timur. Pusat
kebaktian ialah kuil dewi kesuburan: “Ibu Agung”. Mula-mula inilah dewi Asia
Barat, yang kemudian masuk ke dalam agama Eropa: namanya Artemis, nama Latinnya
diana. Di samping perniagaan, pusat berhala inipun mendatangkan banyak kekayaan
pada kota itu: uang nazar dan persembahan mengalir ke sana dari segala mata
angin, orang yang mencari jimat, dan lain-lain. Tak mengherankan juga bahwa
kota ini sangat indah. Kuil itu, yang tergolong tujuh keajaiban dunia, dibangun
dari batu pualam. Jalan raya dihiasi dengan patung-patung indah. Orang-orang
yang berziarah dapat memilih hiburan sesukanya. Ketakhayulan dan ilmu
sihir masih mempengaruhi keadaan jemaat muda itu, ajaran sesat yang pada saat
itu merajalela di Efesus adalah suatu sinkretisme, suatu ajaran campuran yang
mengandung unsur-unsur agama Yahudi dan unsur Gnostik Hellenis. Tradisi gereja
dalam pokok-pokok ajarannya harus di pertahankan demi kemurnian Injil.
Ajaran-ajaran sesat itu datang dari beberapa orang di dalam jemaat itu
sendiri, yang sesungguhnya tidak mengerti apa-apa. Penganiayaan dan penindasan
oleh raja dan pembesar-pembesar juga sering terjadi kepada orang Kristen dan
orang Yahudi. Organisasi gereja berkembang menjadi makin rumit. Jabatan-jabatan
telah ditetapkan dan dikejar oleh sementara orang yang ingin dianggap penting,
sehingga martabat kedudukan itulah yang dikejar, bukan tujuan utamanya.
Hal ini menyebabkan kehidupan jemaat di Efesus sangat dipengaruhi kondisi
tersebut, termasuk dalam bidang keagamaannya. Ajaran-ajaran sesat tersebut
adalah mengenai sinkritisme. Sinkritisme tersebut adalah suatu ajaran campuran
yang mengandung unsur-unsur agama Yahudi dan unsur Gnostik Hellenis. Dorongan
sinkritisme yang kuat pada zaman ini adalah di antara kalangan bukan-Yahudi.
Karena jemu dan sangsi terhadap puluhan agama serta ratusan dewata, orang yakin
bahwa ada satu kebenaran saja terlindung di dalam segala agama. Mereka tertarik
kepada Injil karena mengakui adanya satu Allah saja dan susilanya yang
bersahaja dan murni. Namun mereka juga mengambil unsur-unsur yang terdapat pada
agama bukan-Yahudi. Sama seperti para Gnostik abad kedua, mereka menyangkal
bahwa dunia ini benar-benar dunia Allah—sehingga semakin cepat mereka dapat
lolos dari dunia, semakin baik kehidupan mereka.
Rasul Paulus untuk sementara ini menuliskan surat untuk memberikan
petunjuk-petunjuk kepada muridnya bagaimana cara menata jemaat-jemaat dan
melawan ajaran-ajaran sesat. Surat ini memberikan kesan bahwa Rasul Paulus
sedang menyiapkan Timotius untuk mengambil alih tugas daripadanya sebagai
generasi penerus tradisi dan kekayaan gereja. Selain itu surat ini juga ditulis
untuk memberikan nasehat kepada para pemimpin jemaat mula-mula. Maksud Paulus
mengirimkan surat ini adalah untuk memberi petunjuk kepada teman-teman Paulus
mengenai pimpinan atas jemaat-jemaat yang dilayani mereka. Dengan kata lain:
petunjuk tentang pengembalaan (apostolat) jemaat Tuhan. Inilah yang menjadi
tema utama dari keseluruhan surat Paulus kepada Timotius.
Jangkauan dari 1 Timotius adalah pemeliharaan iman yang Am. Tujuan dari Taurat
adalah “kasih yang keluar dari hati yang bersih dan kata hati yang baik dan
iman tidak berpura-pura” (1 Tim 1: 4-11). Bidang dari 1 Timotius adalah
kekeliruan dari kehidupan publik dan doa-persembahan yang mana kita dipimpin ke
hidup yang tentram dan damai. Metode dalam 1 Timotius adalah memberikan atau
menawarkan dewan yang dibagi menjadi dua tingkatan, bishop yang melatih dan
bekerja digambarkan dalam 1 Tim 3: 1-7, dan yang disebut “presbyters” dalam
gambaran masa depan pada ayat 17-19 dan diaken yang digambarkan dalam 1
Tim 3:8-13. Ketepatgunaan surat ini terletak pada contoh Timotius sendiri yang
menyalurkan, mempelajari dan menggunakan karunia rohani, melayani tua dan muda,
miskin dan kaya, janda dan hamba (1 Tim 3:14; 6:21)
Surat ini tidak berkenaan dengan doktrin pembenaran, yang begitu dominan dalam
Surat Roma dan Galatia, tetapi merupakan pemaparan keunggulan Kristus atas
semua dasar kosmik. Dia mengenjawantahkan rencana Allah untuk kepenuhan
waktunya (1:10), yang merupakan tujuan penciptaan. Dialah yang membawa semua
ras manusia ke dalam kesatuan, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi; dan
Gereja, yaitu kepenuhan Kristus menjadi alat yang dengan rencana Allah
disempurnakan. Karya pendamaian Kristus yang bersifat universal itu harus
dimulai dari gereja sendiri, yakni ketika kesatuan terwujud oleh kasih dan
saling melayani. Dari tubuh Kristus itulah (5:30) kesatuan menyebar keluar.
Doktrin yang demikian tinggi tentang Gereja dalam surat ini dan
petunjuk-petunjuk mengenai pelayanan (4:11) serta kedudukan Kristus sebagai
kepala Gereja (5:23), menyebabkan surat ini mendapatkan tempat penting dalam
diskusi-diskusi oikumenis modern.
Penulisan Surat I Timotius ini ditulis dalam bentuk orang ketiga yaitu
berkaitan dengan syarat-syarat para penilik dan diaken. Yang mana isi surat ini
berisi ringkasan tentang aturan gereja. pengusulan bahwa penulis surat ini
adalah Paulus merupakan tindakan supaya surat tersebut diterima terutama
tentang aturan-aturan yang disampaikan.
SEJARAH KONTEKS
Di dalam surat Timotius kita diperhadapkan pada gambaran mengenai gereja
dengan perkembangan organisasi gerejawi yang demikian baik. Di sana ada
penatua, penilik jemaat dan diaken. Di sini jelas adanya struktur gereja yang
rinci, sedemikian rincinya sehingga sebagian orang berpendapat bahwa hal ini
tidak mungkin terjadi pada masa-masa awal saat Paulus hidup dan
melayani Selain itu, jemaat di Efesus juga mengalami
tekanan-tekanan dari para penguasa. Kekristenan mengalami penganiayaan yang
luar biasa dari penguasa. Jemaat juga mengalami kebingungan dengan banyaknya
pengajar-pengajar sesat dengan aliran-aliran sesatnya. Karena merupakan kota
pelabuhan dan perdagangan, jemaat sulit untuk menghindari hal tersebut. Hal
disebabkan karena kehidupan kota mereka juga bergantung dari datangnya
pedagang-pedagang Yunani yang biasanya juga membawa penyembahan berhala. Bahkan
mereka juga hidup dari biaya upacara-upacara tersebut. Namun jemaat tetap
diminta untuk selalu berdoa kepada setiap orang dalam tekanan-tekanan tersebut.
Hal inilah yang merupakan kewajiban sebagai warga negara, yaitu mendoakan
negaranya sehingga dapat hidup dengan tenteram dan damai.
Sebagaimana ditunjukkan oleh Hermann von Lips, gambaran gereja yang berperanan
dalam Surat-surat Pastoral ialah gambaran keluarga.Penggunaan gambaran ini yang
paling eksplisit ditemukan dalam 1 Timotius 3:14:15: “Semuanya kutuliskan
kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. Jadi jika aku
terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga
Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
Pada waktu itu juga jabatan tentang penilik jemaat atau diaken sudah ada, namun
di dalam surat ini yang diharapkan bukanlah menyangkut tugas-tugas yang dicakup
oleh jabatan melainkan tuntutan etis bagi mereka yang menerima jabatan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar