Senin, 17 Juli 2017

latar belakang 1 timotius 4

LATAR BELAKANG JEMAAT
A.    Keadaan Jemaat
Kondisi jemaat yang dilayani Timotius pada saat itu terdiri dari orang-orang Yunani dan Yahudi. Efesus sejak dulu merupakan kota yang penting, mula-mula merupakan “koloni” Yunani, yakni tempat tinggal orang-orang Yunani dalam perantauan. Bandar ini menjadi kota yang termasyhur lagi terkaya di daerah Asia Kecil, penghubung dunia Barat dan Timur. Pusat kebaktian ialah kuil dewi kesuburan: “Ibu Agung”. Mula-mula inilah dewi Asia Barat, yang kemudian masuk ke dalam agama Eropa: namanya Artemis, nama Latinnya diana. Di samping perniagaan, pusat berhala inipun mendatangkan banyak kekayaan pada kota itu: uang nazar dan persembahan mengalir ke sana dari segala mata angin, orang yang mencari jimat, dan lain-lain. Tak mengherankan juga bahwa kota ini sangat indah. Kuil itu, yang tergolong tujuh keajaiban dunia, dibangun dari batu pualam. Jalan raya dihiasi dengan patung-patung indah. Orang-orang yang berziarah dapat memilih hiburan sesukanya.  Ketakhayulan dan ilmu sihir masih mempengaruhi keadaan jemaat muda itu, ajaran sesat yang pada saat itu merajalela di Efesus adalah suatu sinkretisme, suatu ajaran campuran yang mengandung unsur-unsur agama Yahudi dan unsur Gnostik Hellenis. Tradisi gereja dalam pokok-pokok ajarannya harus di pertahankan demi kemurnian Injil. Ajaran-ajaran  sesat itu datang dari beberapa orang di dalam jemaat itu sendiri, yang sesungguhnya tidak mengerti apa-apa. Penganiayaan dan penindasan oleh raja dan pembesar-pembesar juga sering terjadi kepada orang Kristen dan orang Yahudi. Organisasi gereja berkembang menjadi makin rumit. Jabatan-jabatan telah ditetapkan dan dikejar oleh sementara orang yang ingin dianggap penting, sehingga martabat kedudukan itulah yang dikejar, bukan tujuan utamanya.
            Hal ini menyebabkan kehidupan jemaat di Efesus sangat dipengaruhi kondisi tersebut, termasuk dalam bidang keagamaannya. Ajaran-ajaran sesat tersebut adalah mengenai sinkritisme. Sinkritisme tersebut adalah suatu ajaran campuran yang mengandung unsur-unsur agama Yahudi dan unsur Gnostik Hellenis. Dorongan sinkritisme yang kuat pada zaman ini adalah di antara kalangan bukan-Yahudi. Karena jemu dan sangsi terhadap puluhan agama serta ratusan dewata, orang yakin bahwa ada satu kebenaran saja terlindung di dalam segala agama. Mereka tertarik kepada Injil karena mengakui adanya satu Allah saja dan susilanya yang bersahaja dan murni. Namun mereka juga mengambil unsur-unsur yang terdapat pada agama bukan-Yahudi. Sama seperti para Gnostik abad kedua, mereka menyangkal bahwa dunia ini benar-benar dunia Allah—sehingga semakin cepat mereka dapat lolos dari dunia, semakin baik kehidupan mereka.
            Rasul Paulus untuk sementara ini menuliskan surat untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada muridnya bagaimana cara menata jemaat-jemaat dan melawan ajaran-ajaran sesat. Surat ini memberikan kesan bahwa Rasul Paulus sedang menyiapkan Timotius untuk mengambil alih tugas daripadanya sebagai generasi penerus tradisi dan kekayaan gereja. Selain itu surat ini juga ditulis untuk memberikan nasehat kepada para pemimpin jemaat mula-mula. Maksud Paulus mengirimkan surat ini adalah untuk memberi petunjuk kepada teman-teman Paulus mengenai pimpinan atas jemaat-jemaat yang dilayani mereka. Dengan kata lain: petunjuk tentang pengembalaan (apostolat) jemaat Tuhan. Inilah yang menjadi tema utama dari keseluruhan surat Paulus kepada Timotius.
            Jangkauan dari 1 Timotius adalah pemeliharaan iman yang Am. Tujuan dari Taurat adalah “kasih yang keluar dari hati yang bersih dan kata hati yang baik dan iman tidak berpura-pura” (1 Tim 1: 4-11). Bidang dari 1 Timotius adalah kekeliruan dari kehidupan publik dan doa-persembahan yang mana kita dipimpin ke hidup yang tentram dan damai. Metode dalam 1 Timotius adalah memberikan atau menawarkan dewan yang dibagi menjadi dua tingkatan, bishop yang melatih dan bekerja digambarkan dalam 1 Tim 3: 1-7, dan yang disebut “presbyters” dalam gambaran masa depan pada ayat 17-19 dan diaken yang digambarkan dalam 1 Tim 3:8-13. Ketepatgunaan surat ini terletak pada contoh Timotius sendiri yang menyalurkan, mempelajari dan menggunakan karunia rohani, melayani tua dan muda, miskin dan kaya, janda dan hamba (1 Tim 3:14; 6:21)
            Surat ini tidak berkenaan dengan doktrin pembenaran, yang begitu dominan dalam Surat Roma dan Galatia, tetapi merupakan pemaparan keunggulan Kristus atas semua dasar kosmik. Dia mengenjawantahkan rencana Allah untuk kepenuhan waktunya (1:10), yang merupakan tujuan penciptaan. Dialah yang membawa semua ras manusia ke dalam kesatuan, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi; dan Gereja, yaitu kepenuhan Kristus menjadi alat yang dengan rencana Allah disempurnakan. Karya pendamaian Kristus yang bersifat universal itu harus dimulai dari gereja sendiri, yakni ketika kesatuan terwujud oleh kasih dan saling melayani. Dari tubuh Kristus itulah (5:30) kesatuan menyebar keluar. Doktrin yang demikian tinggi tentang Gereja dalam surat ini dan petunjuk-petunjuk mengenai pelayanan (4:11) serta kedudukan Kristus sebagai kepala Gereja (5:23), menyebabkan surat ini mendapatkan tempat penting dalam diskusi-diskusi oikumenis modern.
            Penulisan Surat I Timotius ini ditulis dalam bentuk orang ketiga yaitu berkaitan dengan syarat-syarat para penilik dan diaken. Yang mana isi surat ini berisi ringkasan tentang aturan gereja. pengusulan bahwa penulis surat ini adalah Paulus merupakan tindakan supaya surat tersebut diterima terutama tentang aturan-aturan yang disampaikan.

SEJARAH KONTEKS
           Di dalam surat Timotius kita diperhadapkan pada gambaran mengenai gereja dengan perkembangan organisasi gerejawi yang demikian baik. Di sana ada penatua, penilik jemaat dan diaken. Di sini jelas adanya struktur gereja yang rinci, sedemikian rincinya sehingga sebagian orang berpendapat bahwa hal ini tidak mungkin terjadi pada masa-masa awal saat Paulus hidup dan melayani    Selain itu, jemaat di Efesus juga mengalami tekanan-tekanan dari para penguasa. Kekristenan mengalami penganiayaan yang luar biasa dari penguasa. Jemaat juga mengalami kebingungan dengan banyaknya pengajar-pengajar sesat dengan aliran-aliran sesatnya. Karena merupakan kota pelabuhan dan perdagangan, jemaat sulit untuk menghindari hal tersebut. Hal disebabkan karena kehidupan kota mereka juga bergantung dari datangnya pedagang-pedagang Yunani yang biasanya juga membawa penyembahan berhala. Bahkan mereka juga hidup dari biaya upacara-upacara tersebut. Namun jemaat tetap diminta untuk selalu berdoa kepada setiap orang dalam tekanan-tekanan tersebut. Hal inilah yang merupakan kewajiban sebagai warga negara, yaitu mendoakan negaranya sehingga dapat hidup dengan tenteram dan damai.

            Sebagaimana ditunjukkan oleh Hermann von Lips, gambaran gereja yang berperanan dalam Surat-surat Pastoral ialah gambaran keluarga.Penggunaan gambaran ini yang paling eksplisit ditemukan dalam 1 Timotius 3:14:15: “Semuanya kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. Pada waktu itu juga jabatan tentang penilik jemaat atau diaken sudah ada, namun di dalam surat ini yang diharapkan bukanlah menyangkut tugas-tugas yang dicakup oleh jabatan melainkan tuntutan etis bagi mereka yang menerima jabatan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar