By : Christine Veronika Dawan
+christine veronika
ig. @christine_veroni
fb. Christine Veronika Dawan
www.xineth.blogspot.com
+christine veronika
ig. @christine_veroni
fb. Christine Veronika Dawan
www.xineth.blogspot.com
Kerajaan Allah Dalam Matius
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga merupakan salah
satu topik yang menarik untuk dibahas. Banyak teolog-teolog yang melakukan
penelitian untuk membuktikan keberadaan Kerajaan Allah ataupun sebaliknya. Banyak
orang Kristen juga yang mencari tahu tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan sorga.
Sehingga pada masa ini ada banyak cerita tentang kisah hidup orang yang sering melakukan
perjalanan ke sorga. Bahkan banyak orang kristen yang membukukan kisah
perjalanannya ke sorga tanpa adanya suatu pembuktian secara ilmiah. Banyak
diantara mereka yang seolah-olah sangat memahami tentang sorga lebih dari apa
yang telah dijelaskan dalam Alkitab. Dan lebih tragisnya lagi banyak orang
kristen yang mempercayai kisah hidup orang lain yang melihat sorga dan
menjadikannya doktrin. Hal ini menjadi pergumulan besar bagi gereja masa kini.
Gereja harus dapat memberikan pengarahan yang tepat tentang Kerajaan Allah atau
Kerajaan Sorga sesuai dengan apa yang telah Alkitab ajarkan. Hal ini juga
merupakan tugas bagi para teolog untuk menggali isi Alkitab yang berkaitan
dengan Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga.
Oleh sebab itu berdasarkan rasa ingin tahu yang tinggi
setiap orang yang rindu untuk memahami tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan
Sorga perlu adanya kesadaran untuk menelitinya di dalam Alkitab. Maka dalam
paper ini, penulis berusaha untuk menggali tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan
Sorga menurut injil Matius.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam kaitannya dengan judul pembahasan paper ini, dan
berdasarkan pula dengan Latar belakang yang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1.2.1
Apakah yang dimaksud dengan Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga?
1.2.2
Mengapa Injil Matius menuliskan Kerajaan Allah dan Kerajaan
Sorga?
1.2.3
Bagaimanakah Penggambaran Kerajaan Allah yang terdapat dalam
Injil Matius?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis
memiliki tujuan sebagai berikut:
1.3.1
Untuk memahami arti dari Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga
dalam Kitab Matius.
1.3.2
Untuk mengetahui maksud Matius menuliskan Kerajaan Allah dan
Kerajaan Sorga.
1.3.3
Untuk mengetahui konsep Kerajaan dalam Matius.
Bab 2
Pembahasan
2.1 Definisi Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga
Sebelum membahas topik ini lebih lanjut, penulis akan
menjelaskan definisi Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga. Kerajaan Allah sama
artinnya dengan Kerajaan Sorga. Kerajaan Allah merupakan pusat tema dari
Perjanjian Baru. Bahkan sabagai pokok utama dalam pemberitaan yang disampaikan
oleh Yesus selama di dunia. J. Sidlow Baxter menuliskan: “Perlu sekali kita
ketahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan Kerajaan Sorga, karena hal itu
adalah pokok utama ajaran Tuhan Yesus.”[1]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya akan
disingkat KBBI), kata Kerajaan Allah terbagi menjadi dua bagian yaitu “kerajaan” yang berarti bentuk
pemerintahan yang dikepalai oleh raja, tanda-tanda kebesaran raja, martabat
(kedudukan) raja, wilayah kekuasaan seorang raja. Dan Allah yang berarti
pencipta alam semesta yang maha sempurna, Tuhan yang maha Esa yan disembah oleh
orang yang beriman. Berdasarkan pengertian KBBI maka Kerajaan Allah dapat
diartikan sebagai bentuk pemerintahan dengan memiliki wilayah kekuasaan di mana
Tuhan-lah yang memerintah. Berikut merupakan definisi tentang Kerajaan Allah
menurut para ahli.
·
Menurut Gordon Fee yang dikutip oleh Glen dan David dalam
bukunya yang berjudul Etika Kerajaan, menjelaskan bahwa “Kerajaan Allah adalah
suatu peristiwa masa depan sekaligus suatu realitas masa kini”.[2]
·
Menurut George Eldon Ladd,
Kerajaan Allah adalah pemerintahan tertinggi Allah, namun pemerintahan
Allah terwujud dalam tahap yang berbeda-beda sepanjang sejarah penebusan. Oleh
karena itu manusia dapat masuk ke dalam wilayah pemerintahan Allah dalam
beberapa tahap perwujudannya dan mengalami berkat-berkat pemerintahan-Nya itu
dalam kadar yang berbeda-beda. Kerajaan Allah adalah zaman yang akan datang,
yan lazim disebut Sorga. Waktu itu kita akan mengalami berkat-berkat
pemerintahan-Nya dalam kepenuhan yang sempurna. Akan tetapi, kerajaan itu ada
di sini saat ini dan dapat kita nikmati sebagian dari berkat-berkat
pemerintahan Allah itu secara nyata.[3]
·
Menurut Albert Schweitzer yang dikutip oleh Eldon Ladd dalam
bukunya yang berjudul Injil Kerajaan, menjelaskan bahwa “Kerajaan Allah sama
sekali bukanlah suatu kenyataan rohani atau kenyataan yang ada sekarang;
Kerajaan Allah seluruhnya merupakan kenyataan masa mendatang dan bersifat
adikodrati”.[4]
·
Menurut Graeme Goldsworthy menjelaskan bahwa “has summarized a definition of the kingdom
of God as “God’s people in God’s place under God’s rule””.[5]
·
Menurut Anthony Hoekema,
Kerajaan Allah telah digambarkan sebagai masa pemerintahan Allah
secara dinamis aktif dalam sejarah manusia oleh Yesus Kristus, yang bertujuan
menebus umatnya dari dosa dan kuasa setan, dan finalnya pembentukan langit yang
baru dan bumi yang baru.[6]
·
Menurut Donald Guthrie,
Kerajaan Allah menunjuk kepada adanya hubungan antara masa sekarang dan
masa yang akan datang. Perwujudan ini akan lengkap hanya dalam kerajaan yang
akan datang, tetapi sudah diwakili pada masa sekarang di dalam jemaat.[7]
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa Kerajaan Allah adalah pusat dari pemerintahaan Allah sendiri
yang telah ada masa sekarang dan yang akan datang.
2.2 Tujuan Matius menuliskan Kerajaan Sorga
Injil Matius adalah salah satu Injil sinoptik. Injil
Matius ditulis oleh seorang yang benama Matius Lewi, yang dikenal sebagai
seorang pemungut cukai, yang dipanggil Yesus menjadi salah seorang dari kedua
belas murid Yesus.[8]
Meskipun Injil Matius tidak mencantumkan secara tersirat tentang penulisnya,
tetapi satu catatan dari Papias, bapa gereja pada abad kedua menyatakan bahwa
“Matius menulis [mengumpulkan] pidato [laporan] dalam bahasa Ibrani dan
masing-masing orang menafsirkan menurut kemampuannya”. Maka berdasarkan catatan
tersebutlah dinyatakan bahwa Matiuslah yang menulis suatu dokumen kuno
berbahasa Aram yang kemudian di masukkan ke dalam Injil pertama.[9]
Injil Matius ditujukan bagi para petobat bukan Palestina yang berbahasa Aram,
yang tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Para Rasul dan yang pengetahuannya
tentang Kristus bergantung sepenuhnya pada suatu dokumen tertulis.[10]
Pengajaran yang terdapat dalam Injil Matius menekankan
standar kebenaran dari Kerajaan Allah (Pasal 5-7); kuasa kerajaan itu atas dosa,
penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; kejayaan kerajaan itu di masa depan
dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman. Mengenai Kerajaan Sorga, Injil
Matius menyebutkannya dua kali lebih banyak dari pada kitab lain di Perjanjian
Baru.[11]
Berikut di bawah ini merupakan tabel hasil perhitungan yang telah penulis
lakukan secara manual untuk mengetahui perbandingan jumlah ayat dan kata,
Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga dalam Injil.
Injil
|
Kerajaan
Allah
|
Kerajaan
Sorga
|
||
Jumlah Kata
|
Jumlah Ayat
|
Jumlah Kata
|
Jumlah Ayat
|
|
Matius
|
6
|
6
|
35
|
34
|
Markus
|
14
|
14
|
0
|
0
|
Lukas
|
32
|
31
|
0
|
0
|
Yohanes
|
2
|
2
|
0
|
0
|
Tabel: Jumlah Kerajaan Allah dan Kerajan Sorga dalam Injil.(LAI)
Berdasarkan tabel di atas, Injil Matius lebih banyak
menggunakan kata Kerajaan Sorga dari pada Kerajaan Allah. Injil ini merupakan
satu-satunya yang menggunakan kata Kerajaan Sorga. Kata Kerajaan Sorga (Yun. βασιλεια των ουρανων) digunakan sebanyak 35 kali
pada 34 ayat sedangkan Kerajaan Allah (Yun. βασιλειαν του θεου) digunakan sebayak 6 kali pada 6 ayat. Banyak orang yang
berpendapat bahwa, hal tersebut dikarenakan Injil Matius ditujukan kepada
orang-orang Yahudi. Banyak penafsiran yang menjelaskan pula bahwa Matius lebih
memilih menggunakan kata Kerajaan Sorga dari pada Kerajaan Allah, karena bagi
orang Yahudi nama Allah sangat sakral untuk disebutkan. Sehingga Matius
menggunakan padanan kata yang tepat dan mudah dimengerti tanpa mengurangi makna
yang sebenarnya, dan kata yang digunakan adalah Kerajaan Sorga. Maka berdasarkan
pendapat para penafsir, Kerajaan Sorga dan Kerajaan Allah memiliki arti yang
sama, hanya saja Matius mengunakannya sesuai konteks orang Yahudi.
Kerajaan Sorga pertama kali diucapkan oleh Yohanes
Pembaptis (3:2), hal ini untuk menggenapi nubuat nabi Yesaya yang terdapat
dalam Yesaya 40:3, “Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun
jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!”.
Yohanes Pembaptis merupakan pengggenapan dari nubuat nabi Yesaya. Di mana
Yohanes Pembaptis adalah seorang yang mempersiapkan Yesus dan pangajaran-Nya.
Kemudian Setelah Yohanes Pembaptis menyerukan “Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga
sudah dekat”, barulah dalam pasal 4:17 Yesus mengatakan hal yang sama. Itulah
sebabnya Matius menuliskan tentang Kerajaan Sorga. Karena Kerajaan Sorga
merupakan pokok utama dari pengajaran dan pelayanan Yesus di dunia. Ladd dalam
bukunya yang berjudul Injil Kerajaan menuliskan bahwa “Tema tentang kedatangan
Kerajaan Allah merupakan inti misi Kristus”.[12]
Sementara menurut Gordon Fee yang dikutip oleh Glen dan David dalam bukunya
yang berjudul Etika Kerajaan menuliskan bahwa “Kesaksian universal tradisi
Sinoptik adalah bahwa tema sentral dari misi dan pesan Yesus adalah ‘Injil
(Kabar Baik) tentang Kerajaan Allah’”.[13]
Termasuk dalam Injil Matius.
2.2.1
Kerajaan Allah Hanya Disebut
6 Kali dan Kerajaan Sorga Disebut 35 Kali
Kerajaan Allah
|
Kerajaan Sorga
|
|
|
Tabel: Ayat Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga dalam
Matius
Pertanyaan yang mungkin tidak pernah terpikirkan ialah
mengapa Kerajaan Allah disebut sebanyak lima kali dan Kerajaan Sorga disebut
sebanyak tiga puluh lima kali? Jika memang Matius menulis untuk orang Yahudi
dan istilah itu hanya sebagai permainan kata, bukankah seharusnya Matius cukup
hanya menuliskan Kerajaan Sorga saja, karena bagi orang Yahudi menyebutkan nama
Allah sangat kudus, sehingga tidak dapat diucapkan. Maka, Matius tidak perlu
menuliskan Kerajaan Allah di dalam kitabnya. Akan tetapi sekalipun nama Allah
tidak dapat diucapkan karena terlalu kudus bagi orang-orang Yahudi, pada
beberapa ayat, Matius pun tetap menuliskan istilah Kerajaan Allah di dalamnya. Pada
bagian ini penulis akan menjelaskan berdasarkan hasil resert yang telah penulis
lakukan.
Pada pembahasan sebelumnya, penulis telah menjelaskan
berdasarkan pendapat dari para penafsir yang mengatakan bahwa Kerajaan Alah
sama dengan Kerajaan Sorga. Akan tetapi penulis menemukan hal yang berbeda dari
yang telah diungkapkan di atas. Matius memang menuliskan kitabnya untuk
orang-orang Yahudi. Sebelumnya, kita perlu memahami latar belakang Kerajaan
Alah bagi bangsa Yahudi.
2.2.1.1
Kerajaan Allah Bagi Bangsa
Yahudi
Istilah
"Kerajaan Allah" tidak terdapat dalam tulisan nabi-nabi PL. Namun ide
tentang Kerajaan Allah terdapat di dalam seluruh tulisan para nabi secara
implisit. Hal tersebut nampak, terutama dari sebutan "Raja" yang
seringkali dikenakan kepada Allah. Allah disebut sebagai Raja, baik atas
Israel, maupun atas seluruh bumi (Kel.
15:18; Bil.
23:21; 2Raj.
19:15; Yes.
6:5; Yer.
46:18; dsb.). Bangsa Israel melihat Allah. bukan saja sebagai Raja yang
tidak kelihatan, melainkan juga sebagai Raja yang memanifestasikan secara nyata
pemerintahan-Nya dalam hidup manusia dan bangsa-bangsa. Setelah masa
pembuangan dan dalam masa peralihan antara PL dan PB, bangsa Yahudi
mengembangkan ide atau gagasan tentang Kerajaan Allah secara beraneka ragam.
Berdasarkan pemahaman tentang Kerajaan Allah tersebut, bangsa Yahudi dapat
dibagi dalam tiga golongan yaitu:
1.
Orang-orang
Yahudi yang mengharapkan berdirinya Kerajaan Allah secara fisik di dalam
sejarah umat manusia pada masa yang akan datang.
Orang-orang dalam kelompok ini
melihat bahwa bangsa Israel terus menerus berada di dalam ancaman perang.
kejahatan, dan penderitaan-penderitaan lainnya. Karena itu, mereka memilih
mengasingkan diri untuk menantikan dan mengharapkan terbentuknya pemerintahan
Allah secara sempurna dalam dunia ini. Kebanyakan dari mereka ini adalah
orang-orang yang tergabung dalam kelompok Qumran.
2.
Orang-orang
Yahudi yang merasa pesimis dengan pengharapan kedatangan Kerajaan Allah.
Kelompok ini menganggap bahwa dunia
telah diserahkan ke dalam kuasa-kuasa kejahatan, sehingga umat Allah akan terus
menerus menemui penderitaan di dalam dunia ini. Mereka percaya bahwa Allah pada
akhirnya memang akan mendirikan KerajaanNya, namun bukan pada zaman ini,
melainkan pada suatu zaman yang akan datang, yang sama sekali baru. Pandangan
ini lebih banyak dipengaruhi karena kekecewaan orang-orang Yahudi atas
peristiwa pembuangan yang menguburkan harapan mereka terhadap pemulihan
kerajaan Daud sebagai bentuk perwujudan berdirinya Kerajaan Allah dalam
kehidupan zaman ini.
3.
Orang-orang
Yahudi yang ingin mewujudkan Kerajaan Allah secepatnya.
Kelompok ini adalah orang-orang
yang menamakan dirinya kaum Zelot. Mereka adalah kelompok Yahudi radikal yang
berpendapat bahwa aksi politis mutlak perlu sebagai pendahuluan bagi kedatangan
Kerajaan Allah. Mereka juga tidak ragu-ragu menggunakan pedang sebagai alat
untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari
konsep orang Yahudi tersebut, kita dapat melihat bahwa keyakinan mereka sebagai
umat pilihan Allah telah membuat mereka merasa yakin dan berharap bahwa suatu
hari Allah akan memberkati mereka dan mendirikan pemerintahan-Nya di atas bumi
ini, entah di dalam zaman ini ataukah di zaman yang akan datang. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya penghargaan bangsa Yahudi tidak sejalan dengan
makna sesungguhnya dari seruan para nabi tentang pemerintahan oleh Allah.
Bangsa Yahudi memahami Kerajaan Allah lebih secara historis (masa kini atau
masa yang akan datang) dan duniawi (keamanan negara, kemenangan politik,
kesejahteraan hidup, dsb.). Padahal para nabi tidak pernah menyerukan bentuk
Kerajaan Allah sebagai tatanan duniawi. Mereka memberitakan tentang Kerajaan
Allah sebagai tindakan Allah untuk memberikan keselamatan kepada umatNya dan
membawa mereka pada suatu kehidupan yang dipimpin oleh Allah (Yes
24-27; Mi
4:3; Zef
3:15; Zak
14:16-17).
Dari
latar belakang bangsa Yahudi di atas, kita dapat memahami dengan jelas bahwa
seruan tentang kedatangan Kerajaan Allah dalam PB memiliki arti khusus bagi
orang-orang Yahudi yang mendengarkannya. Berita yang telah lama orang Yahudi
dengar dan nantikan, sekarang telah digenapi dengan kedatangan Tuhan Yesus ke
dunia. Namun sayang, tidak semua orang Yahudi yang mengharapkan kedatangan
Kerajaan Allah, dapat melihat penggenapannya yang sejati.[14]
2.2.1.2
Penggunaan Istilah Kerajaan
Sorga dan Kerajaan Allah dalam Matius
Berdasarkan latar belakang tentang Kerajaan Allah bagi
bangsa Yahudi, seperti yang telah penulis sampaikan di atas, maka dapat dilihat
bahwa konsep tentang Kerajaan Allah menurut bangsa Yahudi adalah kerajaan
secara fisik. Dalam hal ini, Matius menuliskan di dalam Kitab-nya tentang
konsep Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga. Di mana dalam penggunaan istilah Kerajaan
Allah yang disebutkan sebanyak 6 kali dan
Kerajaan Sorga yang disebutkan sebanyak 35 kali, memiliki maksud tertentu. Penekanan
yang disampaikan oleh Matius dari istilah Kerajaan Sorga yang ditulisnya yaitu
untuk menyampaikan suatu kerajaan yang bersifat lahiriah, nubuatan atau
pemberitahuan mengenai Kerajaan Yesus Kristus di masa yang akan datang pada
kedatangan-Nya yang kedua.[15] Seperti yang telah
diungkapkan oleh M.C. Tenney, bahwa:
Mulai
dari keempat Injil Matius (11:2-13:53) cerita perumpamaan banyak dipakai. Tidak
semuanya terdapat dalam bagian ini, tetapi kumpulan kisah perumpamaan yang
terbanyak terdapat dalam pasal ketiga belas ini. Dalam gambaran yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari, mereka melukiskan sifat dan program Kerajaan
Surga, terutama yang berhubungan dengan masa yang akan datang.[16]
Penggunaan istilah Kerajaan
Sorga oleh Matius bukanlah karena keseganan Matius menggunakan kata Allah
(Theou). Orang Yahudi segan menggunakan kata Yahweh (YHWH) yang biasa digunakan
dalam bahasa Yunani adalah Kurios, sedangkan Theou adalah penggunaan atau
penggantian dalam bahasa Ibrani Elohim atau Adonai, yang biasa digunakan oleh
orang-orang Yahudi. Penulis menampilkan bahasa Ibrani dan Septuaginta untuk
perbandingan penggunaan kata tersebut dalam; Kejadia 2:15. Dalam ayat tersebut
menunjukkan bahwa “TUHAN Allah” dalam bahasa Ibrani אלהים יהוה (YHWH ‘Elohiym) dan dalam
terjemahan septuaginta κυριος ο
θεος (kurios o theos). Dalam
penulisan tersebut dapat dilihat bahwa kata “YHWH” diganti dengan kata “Kurios”
dan kata “‘elohiym”
diganti degan kata “Theos”. Sehubungan
dengan itu Peter mengatakan:
Jika alasan Matius menggantikan
kata “Allah” dengan “Sorga” karena orang Yahudi tidak berani menyebut nama
Allah dengan sembarangan tidaklah begitu kuat. Orang Yahudi tidak sembarangan
menyebut nama “Yehova”, namun mereka boleh menyebut nama “Elohim” bukan
“Yehova” yang derivasinya adalah kata “Kurios” dalam PB Sedangkan kaum reformed
pre-millenial yang menyamakan “Kerajaan Allah” dan Kerajaan Sorga” akan
mendapat sedikit kesulitan untuk membuktikan pandangan pre-millenialnya sebagai
pandangan yang Alkitabiah.[17]
Matius
menggunakan ungkapan Kerajaan Sorga dan Kerajaan Allah, secara bergantian
sehingga bukanlah keseganan Matius menggunakan ungkapan Kerajaan Allah sehingga
diganti dengan ungkapan “Kerajaan Sorga”. Penggunaan Istilah Kerajaan Sorga adalah
penekanan Matius mengenai kerajaan yang pemerintahannya dilakukan secara
Theokratik, menjelaskan pemerintahan yang mempunyai teritorial atau tempat, di
bumi pada masa yang akan datang, yaitu pemerintahan Tuhan Yesus secara
Theokratik bagi semua orang yang ada di dalam Kerajaan Seribu Tahun. Sehubungan
dengan itu Charles C. Ryrie mengatakan: “Memang adakalanya para
dispensasionalis menyebut Kerajaan Seribu Tahun duniawi sebagai “kerajaan
Sorga” dan kerajaan rohani abadi sebagai “Kerajaan Allah.” Kerajaan Sorga
merupakan bagian dari Kerajaan Allah, tetapi bukan Kerajaan Allah itu sendiri. Kerajaan
Sorga adalah Kerajaan Allah secara Theokratik, namun Kerajaan Sorga tidak sama
dengan Kerajaan Allah dalam pengertian dengan Kerajaan Allah Universal.
“Kerajaan Allah Universal ini adalah pemerintahan Allah dimana Allah memerintah
hati dan hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Orang-orang percaya saat
ini telah dibawa masuk ke dalam Kerajaan Anak-Nya (Kol. 1:13).” Kerajaan Sorga
adalah pemerintahan Tuhan Yesus secara Theokratik atau yang bersifat lahiriah
dan akan direalisasikan pada saat kedatangan Kristus yang kedua. Sedangkan
Kerajaan Allah dalam Matius adalah Pemerintahan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus
secara rohani.
Itulah alasan Matius
menyebutkan “Kerajaan Sorga” lebih banyak dari pada “Kerajaan Allah”. Karena
bangsa Yahudi masih mengeraskan hati mereka untuk menerima Yesus pada masa-Nya.
Sehingga Matius lebih menekankan pada Kerajaan Sorga, di mana Kerajaan Sorga
akan nyata pada kedatangan Yesus yang ke dua kali.
2.3 Konsep Kerajaan dalam Matius
Ada dua bagian Kerajaan yang disampaikan dalam Injil
Matius, yaitu Kerajaan saat ini dan Kerajaan yang akan datang. George Eldon
Ladd berpendapat bahwa “Pemerintahan Allah terwujud pada waktu sekarang dan
pada masa mendatang dan karena itu ada kerajaan waktu sekarang dan kerajaan masa
mendatang yang di dalamnya manusia dapat menikmati berkat pemerintahan Allah”.[18]
2.3.1 Kerajaan Allah Saat
Ini
Kerajaan Allah saat ini merupakan kerajaan yang
dibuktikan dengan keteladanan Yesus dan ajaran-ajaran-Nya ketika Ia di dunia.
Matius mencatat banyak pengajaran tentang Kerajaan Allah yang diberitakan Yesus
pada saat itu. Di mulai dari pasal 1:23, “… Imanuel – yang berarti: Allah
menyertai kita.” Secara tekstual ayat tersebut telah menjelaskan mengenai
kehadiran dari Sang Imanuel – “Allah meyertai kita” – bahwa sesungguhnya kata “μετα” (menyertai) merupakan kata depan,
genetatif berarti dengan, di antara, serta, bersama-sama dengan; akusatif
berarti sesudah, di belakang. Maka penulis memberi kesimpulan bahwa di mulai
dari ayat tersebut, sebelum Mesias lahir, telah diberitakan oleh malakiat Tuhan
bahwa dalam kelahiran-Nya akan menghadirkan hubungan Allah yang tinggal
diantara dan ada bersama-sama dengan kita.
Ayat lainnya dalam Matius yang mendukung pasal pertama
untuk menunjukkan Kerajaan Allah saat ini yaitu dalam Matius pasal 5-7 yang
diberi judul “Khotbah di Bukit”. Pada pasal tersebut Yesus mengajarkan tentang
nilai-nilai Kerajaan Allah. Dalam buku yang berjudul The Secret Message of Jesus menuliskan bahwa, “Contoh yang paling
inti tentang pengajaran Yesus terdapat dalam Matius 5-7, suatu bagian yang
sering disebut Khotbah di Bukit, tetapi yang akan kita sebut manifesto kerajaan
Yesus”.[19]
Pada pasal tersebut Yesus banyak berbicara tentang nilai-nilai kehidupan orang
percaya yang didasarkan pada kerajaan-Nya. Nilai-nilai yang Yesus ajarkan
merupakan bentuk dari kehadiran Kerajaan Allah di dunia.
Tidak hanya itu saja, berita tentang Kerajaan Allah
yang disampaikan Yesus disertai dengan tanda-tanda Mijizat (melenyapkan
penyakit dan kelemahan, pengusiran setan atau roh jahat). Mujizat yang
dilakukan oleh Yesus merupakan bagian dari pemberitaan Kerajaan Allah. Hal ini
dilakukan agar orang-orang Yahudi tidak hanya mendengar berita tentang Kerajaan
Allah, tetapi supaya mereka dapat mengalami Kerajaan Allah yang disampaikan
Yesus. Setiap kuasa yang Yesus adakan merupakan kehadiran dari Kerajaan Allah,
hal itu dapat dilihat pada Matius 12. Seperti pendapat Eldon Ladd, bahwa
“Matius pasal 12 dengan jelas menyatakan pengusiran roh-roh jahat sebagai
pekerjaan Kerajaan Allah”.[20]
Ayat 28, menuliskan. “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh
Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Dalam ayat
tersebut menjelaskan bahwa kerajaan Allah adalah kerajaan yang telah datang
yang dibawa oleh Yesus Kristus. Sehubungan dengan itu R.E.Nixon mengatakan:
“Kata Yunani (ephthasen) hampir sama artinya dengan sudah datang”.[21] J. Sidlow Baxter juga berpendapat bahwa, “Kerajaan
yang dijanjikan itu diberitakan oleh Yohanes Pembaptis, kemudian diajarkan oleh
Tuhan Yesus dengan bukti yang dapat meyakinkan semua orang, kecuali mereka yang
membutakan hatinya sendiri”.[22]
Maka dari
pemaparan yang telah penulis jelaskan di atas, Kerajaan Allah saai ini
merupakan pemerintahan Allah di dalam setiap hati orang percaya, termasuk
keyakinannya akan mujizat yang di dapat di dalam Kristus sampai kepada
kehadiran Yesus yang ke dua kali.
2.3.1
Kerajaan Sorga yang Akan
Datang
George Eldon Ladd berpendapat bahwa:
Kerajaan Allah pada dasarnya adalah
pemerintahan Allah. Kerajaan Allah adalah kedaulatan Allah yang sedang bekerja.
Akan tetapi, pemerintahan Allah diwujudkan dalam beberapa bidang dan
kitab-kitab Injil memberitahukan bahwa kita dapat memasuki Kerajaan Allah pada
saat ini dan pada masa mendatang.[23]
Matius tidak hanya mencatat pengajaran dan perbuatan Yesus
yang menunjukkan kehadiran Kerajaan Allah pada saat itu, tetapi Matius juga
mencatat pengajaran Yesus tentang kerajaan Allah yang akan datang yang di sebut
dengan Kerajaan Sorga.
Kerajaan Sorga adalah
suatu kerajaan atau pemerintahan Tuhan Yesus di masa yang akan datang, yaitu
dalam kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Kerajaan Sorga adalah yang menjadi
pokok dalam pemberitaan Yohanes: “…, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”(Mat.
3:2) . Menurut Matius kerajaan Sorga sudah dekat. Kerajaan Sorga yang sudah
dekat juga diberitakan oleh Tuhan Yesus; “…., sebab Kerajaan Sorga sudah
dekat!” (Mat. 4:17). Sehubungan dengan Kerajaan Sorga yang sudah dekat, Eddy Peter
mengatakan:
Menurut
Matius Kerajaan Sorga itu “sudah dekat” dan ini dimulai sejak permulaan
pelayanan Yohanes Pembaptis (Mat 3:2), namun sayang orang Yahudi menolak Raja
mereka sehingga kehadiran Kerajaan Sorga untuk sementara di cancel
(band. Roma 9-11), dan untuk saat ini Kristus memproklamirkan relasi
persaudaraan yang baru yang tidak dibatasi oleh ras (Mat. 12:46-50). Matius
juga menjelaskan bahwa “rahasia Kerajaan Sorga” akan digenapi masa kini (Mat.
13:1-52). Dan Matius juga melihat Kerajaan Sorga bersifat apokaliptik, yaitu
Kerajaan 1000 tahun (Mat. 24:29-25:46 band Luk. 19:12-19; Kis. 15:14-17).[24]
Orang-orang Yahudi
(Israel) menolak Raja dan tuntutan moral kerajaan itu. Karena penolakan orang
Yahudi, terjadilah pengurungan atau penundaan waktu kerajaan Sorga sampai
kedatangan Kristus kedua kali. Kerajaan sorga akan berlangsung di bumi ini dan
bersifat lahiriah, yaitu pemerintahan Tuhan Yesus secara Theokratik. Seperti
yang dikatakan oleh Millard J. Erickson bahwa:
Kerajaan
Sorga, memiliki ciri Yahudi, Mesias dan Daud. Kerajaan ini telah dijanjikan
kepada Daud, dan janji ini memasuki periode perjanjian Baru “tanpa perubahan
sama sekali.” Kerajaan itu “sudah dekat” mulai dari awal pelayanan Yohannes
Pembaptis sampai pada “penolakan Raja yang sesungguhnya,” dan kemudian ditunda.
Kerajaan ini akan direalisasikan selama milenium.[25]
Kerajaan Sorga adalah kerajaan yang
dijanjikan kepada Daud, dan kepada orang Yahudi. Seperti yang dikatakan Peter:
Dan
kita patut mengingat bahwa sejak Injil Matius ditulis untuk orang Yahudi,
Matius ingin menjelaskan bahwa Kerajaan Sorga itu merupakan Kerajaan yang
dijanjikan kepada Israel yang akan segera datang, yaitu kerajaan yang
diperintah oleh Kristus yang sekarang memerintah Kerajaan Sorga di Sorga dan
yang akan turun ke bumi untuk menghadirkan pemerintahan Kerajaan Sorga di bumi
yang sudah dijanjikan kepada Israel (lih. Mat 6:10; Dan. 2:24-36,44; 7:23-27; 2
Sam. 7:7-10; Zak. 12:8; Luk. 1:32-33).[26]
Kerajaan Sorga adalah
kerajaan Mesias, mediator, kerajaan Daud dengan tujuan mendirikan kerajaan
Allah secara Theokratik di bumi. Eddy Peter mengatakan: “misteri Kerajaan
Sorga’ saat ini terdiri dari orang-Kristen sejati dan palsu (Mat. 13;
25:1,11-12), yaitu ada gandum dan ilalang, ikan yang baik dan ikan yang jahat.
Ini dimulai sejak Kristus mengabarkan Injil sampai masa penuaian.” Dalam Injil
Markus dan Lukas, Kerajaan Allah tidak ditemui atau tidak terdapat perumpamaan
gandum dan ilalang, sebab di dalam Kerajaan Allah tidak ada ilalang dan ikan
yang tidak baik (Matius 13:24-30, 36-43, 47-50).
Kerajaan Sorga adalah
kerajaan yang telah dijanjikan kepada orang Yahudi. Kerajaan Sorga telah
diberitakan oleh Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus sendiri dengan seruan
“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat.” (Mat 3:2; 4:17). Tetapi orang
Yahudi menolak Raja yang datang (Mat. 27), sehingga kerajaan Sorga itu ditunda
(Mat.13), sampai saat kedatangan Kristus
kedua kali. Kerajaan Sorga akan menjadi kerajaan terakhir di bumi. Janji besar
Allah kepada Daud pasti akan digenapi di dalam jaman kerajaan masa mendatang
apabila Yesus Kristus menegakkan pemerintahan-Nya yang benar di bumi, dalam
kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali.
Bab 3
Penutup
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab II maka penulis
menyimpulkan bahwa, pembahasan mengenai Kerajaan Sorga hanya terdapat dalam
Injl Matius dari 4 Injil yang ada. Sedangkan Kerajaan Allah terdapat dalam
keempat Injil. Dalam terjemahaan LAI, Matius menuliskan Kerajaan Allah sebanyak
6 kali dan Kerajaan Sorga sebanyak 35 kali. Pemahaman mengenai maksud dari
penulis Kitab yaitu Matius tentang Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga sering
dianggap sama. Banyak orang yang berpendapat bahwa Matius lebih berfokus
menggunakan istilah Kerajaan Sorga daripada istilah Kerajaan Allah, karena
Kitab Matius ditujukan kepada orang Yahudi dan bagi mereka nama Allah sangatlah
kudus sehingga tidak dapat disebutkan. Dengan kata lain Matius merasa segan
untuk menggunakan istilah Kerajaan Allah. Akan tetapi dibalik itu, Matius
memiliki maksud lain dalam penulisan istilah Kerajaan Sorga dan Kerajaan Allah.
Apabila alasannya hanya karena merasa segan, tentulah Matius akan mengubah
semua istilah Kerajaan Allah menjadi Kerajaan Sorga, artinya bahwa di dalam
Injil Matius tidak akan digunakan istilah Kerajaan Allah.
Maksud lain dari penulisan Kerajaan Allah yang jauh
lebih sedikit dari pada Kerajaan Sorga yaitu mengarah pada Kerajaan Allah saat
ini dan Kerajan Sorga yang akan datang. Di mana Kerajaan Allah dituliskan untuk
menunjukkan kehadiran Allah yang ada bersama-sama manusia dan akan terus
tinggal di dalamnya. Hal tersebut menunjukkan kepada kelahiran Yesus ke dalam
dunia yang tinggal bersama manusia pada zama-Nya dan yang tinggal di dalam hati
setiap orang yang percaya sampai saat ini. Itulah Kerajaan Allah.
Sedangkan Kerajaan Sorga yang akan datang menunjukkan
kepada penggenapan pemerintahan Allah (Theokrasi) secara nyata bagi bangsa
Yahudi yang akan digenapi di masa yang akan datang yaitu pada kedatangan Yesus
kedua kali. Banyak pakar yang berpendapat bahwa hal tersebut mengarah pada
kerajaan seribu tahun. Tetapi bagi penulis hal tersebut tidak hanya di genapi
pada masa seribu tahun. Kerajaan itu akan lebih menjadi sempurna pada langit
baru dan bumi baru.
[1]J.
Sidlow Baxter. 1999. Menggali Isi Alkitab. (Jakarta: YKBK/OMF), hlm.
121.
[2]Glen H. Stassen & David P. Gushee. 2008. Etika Kerajaan: Mengikut Yesus Dalam Konteks
masa Kini. (Surabaya: Momentum), hlm. 4.
[5]George Eldon Ladd. 1952. Crucial Question about the Kingdom of God. Eerdmans; 1959. Gospel of the Kingdom: Scriptural Studies
in the Kingdom of God. Eerdmans; 1993. A
Theology of the New Teastement. Eerdmans, pp. 31-132. http://www.theopedia.com/kingdom-of-god
(diakses 2 Februari).
[8]
Merrill C. Tenney. 1997. Survei
Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Ma), hlm. 183.
[9]
Jack Dean Kingsbury. 1995. Injil Matius
Sebagai Cerita. (Jakarta: BPK), hlm. 210.
[10]
Ibid. Merrill C. Tenney, hlm. 184.
[12]
Ibid. Gorge Eldon Ladd, hlm. 15.
[13]
Ibid. Glen H. Stassen & David P. Gushee, hlm. 3.
[15] TINJAUAN
TENTANG KERAJAAN ALLAH DAN KERAJAAN SORGA (bagian 3) https://candragunawan512.wordpress.com/2015/05/07/tinjauan-tentang-kerajaan-allah-dan-kerajaan-sorga-bagian-3/.
(diakses 29 Maret).
[18]
Ibid. George Eldon Ladd, hlm. 27
[19]
Brian D. McLaren. 2008. The Secret Massage
Of Jesus. (Malang: Gandum Mas), hlm. 123.
[20]Ibid.
George Eldon Ladd, hlm. 55.
[21]R.E.
Nixon. 1996. Tafsiran Alkitab Masa Kini. (Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih/OMF), Jil. 3, Matius-Wahyu, Matius 12:28, 89.
[22]
Ibid. J. Sidlow Baxter, hlm. 122.
[23]
Ibid. George Eldon Ladd, hlm. 27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar