Bab II
Pembahasan
2.1. Pengertian Kurban Penghapus Dosa
Kita tentuna mengetahui jika Allah itu kudus, tetapi
manusia itu berdosa, dan ketika manuisa berdosa, manusia tidak dapat
menghampiri Allah. Jika manuisa ingin menghampiri manusia ia harus membawa
kurban yang di persembahkan kepada Alah[1].
Karena Kurban
dipahami sebagai persembahan kepada yang ilahi, sebagai pengganti manusia yang
berdosa, atau santapan untuk dewa-dewa,dan sebagainya. Sistem kurban ini secara tidak
langsung mengungkapkan akan adanya sesuatu yang lebih besar dari manusia,
karena korban itu dipersembahkan kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap
lebih besar dari manusia. Dan manusia yang menyadari akan
kesalahan-kesalahannya, memberikan korban kepada sesuatu yang lebih besar ini,
sehingga akibat dari kesalahan-kesalahan tidak lagi ditimpakan kepada manusia
yang melakukan kesalahan. Perlu kita perhatikan konsep kurban oleh orang kafir
dengan konsep kurban
orang Israel pada hakekatnya sangat berbeda. G. E. Wright dan Kuiper dalam buku
mereka menjelaskan bagaimana konsep orang kafir mengenai kurban tidak lepas dari
anggapan anthropomorf tentang dewa. Dimana antara manusia dan dewa
terdapat ikatan kekeluargaan dan persamaan, sehingga para dewa menyerupai
manusia. Dewa bergantung pada manusia demikian sebaliknya manusia bergantung
kepada dewa. Disini berlakulah dasar pokok do ut des (aku memberi
agar engkau memberi). Namun
lain halnya dengan kurban
dalam kitab Imamat sering dinyatakan untuk ’menebus’(Imamat 1:4, dst). Kurban salah satu
kelompok kata untuk ’persembahan’ yang berasal dari kata kerja ’untuk membawa
dekat.” Kurban
adalah sarana umat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah bukan karena umat
bermasud minta balasan berdasarkan kurban
yang sudah diberikan, melainkan kurban
itu adalah korban sukarela kepada Allah juga sebagai tebusan atas pelanggaran
umat kepada Allah. Sedangkan Adam Clarke yang dikutip oleh Pdt Budi Azali dalam
artikelnya di internet berkata:
“‘Bring
an offering.’ The word KURBAN,
from KARAB, ‘to approach or draw near,’ signifies an offering or gift by which
a person had access unto God: and this receives light from the universal custom
that prevails in the east, no man being permitted to approach the presence of a
superior without a present or gift; and the offering thus brought was called
‘korban,’ which properly means the introduction-offering, or offering of access” (
‘Membawa suatu persembahan / korban’. Kata KURBAN,
dari kata KARAB, ‘mendekat’, menunjukkan suatu kurban atau pemberian dengan mana
seseorang mendapat jalan masuk kepada Allah: dan ini mendapatkan terang dari
kebiasaan universal yang berlaku di Timur, tak seorangpun diijinkan untuk
mendekati seorang yang lebih tinggi tanpa suatu hadiah atau pemberian; dan
persembahan yang dibawa itu disebut ‘kurban’,
yang secara benar berarti ‘kurban
yang mempersiapkan jalan’ atau ‘kurban
jalan masuk’). pemberian dengan mana seseorang mendapat jalan masuk kepada
Allah: dan ini mendapatkan terang dari kebiasaan universal yang berlaku di
Timur, tak seorangpun diijinkan untuk mendekati seorang yang lebih tinggi tanpa
suatu hadiah atau pemberian; dan persembahan yang dibawa itu disebut ‘kurban’, yang secara
benar berarti ‘kurban
yang mempersiapkan jalan’ atau ‘kurban
jalan masuk’).[2] Ada
beberapa istilah tenang kurban yang perlu di perhatikan secara khusus. “kurban
penghapusan dosa mudah di kacaukan dengan “Kurban penebus salah”, karena
keduanya sama, kecuali kurban penebus salah menuntut ganti rugi kepada orang
yang dirugikan oleh dosa.
Persembahan
karena dosa “melunasi” atau mengadakan perdamaian karena kesalahan – kesalahan
ritual seorang penyembah terhadap Tuhan. Kesalahan – kesalahan ini dilakukan
secara tidak sengaja. (Im 4:1-2). Dosa – dosa imam besar di hapuskan dengan
mempersembahkan seekor lembu jantan, darahnya tidak di siram di atas mezbah,
tetapi dipercikan dari jari imam besar itu sebanyak tujuh kali di atas mezbah.
Selanjutnya semua lemak dari perut di bakar. Semua bagian yang lain di bakar
tidak dimakan, di luar perkemahan atau kota di “suatu tempat yang tahir, ke
tempat pembuangan abu”
Dosa
para pemuka dalam masyarakat itu harus dihapuskan dengan mempersembahkan seekor
kambing jantan. Darahnya dipercikan sekali saja, kemudian darah selanjutnya
dicurahkan sekeliling bagian bawah mezbah seperti dalam kueban bakaran. Dan
dosa seorang pribadi dengan kurban binatang betina, kambing, domba, burung
terkukur atau burung merpati. Apabila seorang tidak dapat menyediakan kurban
seperti itu, persembahan tepung yang terbaik dapat di terima. Cara
mempersembahkan tepung ini sama seperti cara untuk kurban sajian.
“Upacara
kurban dalam Perjanjian
Lama berpusat pada kata kerja bahasa Ibrani kipperyang biasanya
diterjemahkan dengan “mendamaikan” atau “menutupi” (Imamat 1:4). Arti dasarnya
barangkali “menutupi” atau “menghapuskan”. Atau kata kerja ini menunjuk kepada
proses penebusan atau pendamaian dengan membayarkan sejumlah uang atau upeti,
yang mencerminkan arti kata benda Ibrani koper (“harga tebusan”). Berdasarkan
konteks alkitabiah (terutama Imamat 17:11), arti terakhir ini paling tepat
mencerminkan konsep Ibrani.”
2.2. Makna Korban
Penghapus Dosa
Ketika
kita diberitahukan, pada akhir kitab Ibrani, untuk pergi kepada- Nya diluar
kemah, Ibr 13:13, pesan mengenai datang dengan keberanian ke tahta kasih
karunia terlihat menjadi kebalikan. Kebenaran dibelakang pernyataan ini adalah
bahwa kita bersatu dengan Dia salam kurban
penghapus dosa dan penebus salah, seperti juga pada persembahan yang lain. Ini,
kemudian, adalah yang membawa kita maju, dalam partisipasi total, kepada
pernyataan korban keselamatan, ‘Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa
mempersembahkan kurban
syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan (mengucap
syukur – Terjemahan Inggris) nama- Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat
baik dan memberi bantuan, sebab kurban-kurban yang
demikianlah yang berkenan kepada Allah.’ Ibr 13:15, 16. Kita berpartisipasi
dalam kurban penghapus dosa
ketika kita mengaktifkan pengampunan Allah dan proses untuk penghapusan dosa
dari kehidupan kita (atau kehidupan yang lain). Darah Kristus telah dipercikkan
tujuh kali di tutup pendamaian (kursi kemurahan – terjemahan Inggris) untuk
mengaktifkan pengampunan dan kemurahan bagi semua yang mendekat. Jadi semua
persembahan adalah ‘demi kemurahan Allah (oleh kemurahan Allah – terjemahan
Inggris’. Rom 12:1. Ketika kita bersatu dengan Kristus dalam kurban penghapus dosa,
pemisahan dibuat antara yang diletakkan di atas mezbah didalam kemah,
dan yang dibakar diluar kemah di tempat tahir. Im 4:9-12. Ginjal (Ibrani
dan yang dibakar diluar kemah di tempat tahir. Im 4:9-12. Ginjal
(Ibrani. kilyah, kekang/kontrol) dan lemak dari korban dibakar di mezbah
yang di dalam. Ginjal mewakili bagian dalam kita, hati kita diuji oleh Tuhan di
atas mezbah. ‘Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin (pikiran
– terjemahan Inggris) [Ibr. kilyah], untuk memberi balasan
kepada setiap orang setimpal dengan …
hasil perbuatannya’. Yer 17:10. Jika kita menemukan pertobatan benar dalam hati
kita dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk bersatu dalam persembahan
Kristus, maka proses untuk penghapusan dosa dalam kehidupan kita dapat menjadi
efektif. Tubuh dari persembahan dibawa keluar kemah untuk dibakar di tempat
tahir. ‘Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat
kudus [untuk mengaktifkan kemurahan dan pengampunan] oleh Imam Besar [sebagai kurban] penghapus dosa,
dibakar di luar perkemahan’. Ibr 13:11. Tempat tahir mengindikasikan kehidupan,
rumah dan konteks dimana kita berada diluar dari kemah dan persembahan
perjamuan, tempat dimana elemen kedagingan harus diproses hari demi hari.
Adalah di dalam konteks kehidupan keseharian kita, proses ganjaran dan
pembersihan terjadi. Seperti Kristus diganjar dan dibuat menderita oleh Bapa di
taman Getsemani, demikian juga kita menanggung ganjaran untuk penghapusan dosa
dan untuk warisan dan kedewasaan kita sebagai anak. Api yang membakar di tempat
tahir membedakan antara hal-hal yang diberikan kepada kehancuran dan hal-hal
yang diberikan kepada Tuhan dan dapat dimurnikan oleh api.
Dari
pengertian tersebut dapatlah dikatakan bahwa kurban-kurban yang dipersembahkan oleh Israel
kepada Allah dalam Perjanjian Lama adalah merupakan pengganti (substitusi)
nyawa mereka sendiri. Gagasan ini jelas terlihat dalam peristiwa kurban-kurban yang dicurahkan
darahnya. Dalam hal ini, darah bukan unsur yang mengandung tenaga gaib, tetapi
diterima Allah sebagai pengganti nyawa atau sebagai tebusan orang yang
beribadah itu.
Dalam melaksanakan kurban bakaran tidak akan terlepas dari seorang imam.
Imam harus seorang yang diurapi. Ungkapan imam yang diurapi tertdapat hanya
dalam imamat, karena imam-imam di Yerusalem biasanya di sebut imam saja dan
tidak ada penekanan imam itu diurapi. Dan hanya raja Daudlah yang diurapi
karena dia mengepalai kerajaan dan ibadah. Imam mewakili bangsa Israel di depan
Allah dan memimpin upacara keagamaan atas nama mereka. Sebab itu jika imam
bersalah dalam melaksanakan ritual bangsa pun ikut didalamnya.
2.2.1. Fungsi
dari Kurban Penghapus Dosa
Kurban yang paling penting adalah kurban penghapus
dosa, yang selalu mendahului kurban-kurban yang lainya dan memainkan peranan
yang amat penting pada hari raya pendamaian. Karena seseorang yang berbuat dosa
baik di sengaja atau tidak di sengaja maka ia harus membawa kurban domba atau
kambig sebagai penghapus dosa. Ketika kita melihat
definisi korban itu sendiri sebenarnya sudah mengisyaratkan betapa pentingnya kurban itu sendiri. Jika
diperhatikan lebih jauh mengapa dalam kitab Imamat sangat ditekankan
persembahan korban dimana pasal satu sampai pasal tujuh dengan detail membahas
peraturan-peraturan persembahan kurban
yang harus dilakukan oleh umat Tuhan pada waktu itu, jelaslah betapa pentingnya
kurban itu di dalam
Perjanjian Lama.
Jika
kita perhatikan persembahan kurban
binatang merupakan tema penting dalam seluruh Kitab Suci. Ketika Adam dan Hawa
berdosa, Allah mengorbankan binatang untuk menyediakan pakaian bagi mereka
(Kejadian 3:21). Kain dan Habel membawa persembahan kepada Allah. Persembahan
Kain tidak diterima karena dia mempersembahkan buah-buahan sedangkan
persembahan Habel diterima karena dia mempersembahkan "anak sulung dari
kambing dombanya" (Kejadian 4:4-5). Setelah banjir surut, Nuh
mempersembahkan binatang kepada Allah. Persembahan Nuh ini merupakan
persembahan yang berbau harum yang menyenangkan Tuhan (Kejadian 8:20-21). Allah
memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya. Abraham taat kepada
Allah, namun ketika Abraham siap mempersembahkan Ishak, Allah campur tangan dan
menyediakan seekor domba jantan untuk mati menggantikan Ishak (Kejadian
22:10-13). Kurban
adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam ibadat orang Israel. Jika seorang imam berbuat dosa, atau seluruh
komunitas itu bersalah karena berbuat dosa, maka seekor lembu jantan harus di
kurbankan dan darahnya di bawa ke dalam Kemah Suci dan di percikan di depan
tabir penyekat tempat kudus. Lemak, kedua buah pinggang dan umbai hati lembu
itu harus di bakar di atas mezbah kurban bakaran, tidak ada yang boleh di makan
dari kurban ini.
Pulpit
Commentary menjelaskan begini: “The offerer’s faith is truly needful as
the victim he brings. ‘Without faith it is impossible to please God’ (= Iman
dari si pemberi korban sama perlunya seperti kurban yang ia bawa. ‘Tanpa iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah.’) Ibr 11:6 “Tetapi tanpa iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Allah”. Dalam Imamat 4,5,6 dan 7 diuraikan
kepada kita hukum-hukum kurban
penghapus dosa dan kurban
penebus salah. Kurban
penghapus dosa bermaksud memperbaiki hubungan dengan Allah kembali dan untuk
menebus dosa. Kurban
penghapus dosa ini dipersembahkan pada hari Pendamaian Besar untuk menebus dosa
pada imam dan segenap bangsa Israel. Sedangkan korban pengahapus salah adalah kurban ganti rugi kepada
orang yang dirugikan. Dalam kurban penghapus dosa jika seorang imam yang
melakukan dosa maka ritual itu akan di ikuti oleh seluruh rakyat. Untuk
menghapus dosa seorang imam lembu jantan yang di kurbankan, ketika lembu jantan
di persambahkan karena dosa imam maka ada beberapa yang berhubungan dengan
darah. Yang pertama adalah sesudah lembu jantan di sembelih darahnya di
kumpulkan dalam mangkok dan imam masuk ke dalam tempat kudus dari pelataran
luar dan memercikan sedikit darah di depan tabir sebanyak tujuh kali. Yang
kedua imam membuhbuhkan sedikit darah pada tanduk-tanduk mezbah pembakaran
ungkupan yang terletak dalam tempat kudus. Dan yang ketiga adalah imam besar
keluar dari tempat kudus dan mencurahkan secara perlahan semua sisa darah
tersebut pada bagian bawah mezbah korban bakaran itu.
Dalam semua ritual tidak ada bukti dosa manusia
dipindahkan pada ternak. Atau ternak yang dibebani dengan dosa menjadi busuk
dan menderita hukuman sebagai pengganti orang mempersembahkanya. Imam-imam
tidak makan ternak yang dibebani dengan dosa demikian, dan dikatakan jika
lemaknya menjadi bau yang menyenangkan hati Tuhan. Dan kurban penghapus dosa
itu dipersembakan pada waktu-waktu yang tidak ditentukan sesuai dengan
kebutuhan.[3]
Jadi
dengan persembahan korban manusia diberi kesempatan untuk memuliakan dan
menghormati Tuhan yang hidup, memelihara persekutuan dengan Dia dan melalui kurban manusia diberi
kesempatan menerima penebusan ketika manusia melakukan dosa tetapi itu adalah
sementara. Namun kurban
khusunya dalam PL adalah sesuatu yang sangat penting dan begitu ditekankan.
Bab III
Relevansi bagi masa kini
3.1 Relevansi Bagi Jemaat
Dalam kehidupan sehari-hari pastilah ada beberapa hal
yang kita tidak sengaja lakukan, termasuk berbuat dosa dengan tidak di sengaja.
Setelah saya membaca dan mempelajari kurban penghapus dosa. Saya mempuyai
sebuah relevansi bagi jemaat Tuhan masa kini yaitu jemaat hendaknya mengkoreksi
diri setiap harinya apakah dalam berkehidupan melakukan dosa. Di sini hendaknya
orang yang berdosa tidak mencari alasan untuk membenarkan diri tetapi harus
meminta pengampunan kepada Allah, dengan cara ini hubungan yang benar akan terjalin
dengan Allah.
3.2. Relevansi Bagi pelayan Tuhan
Dalam kurban pengahapus dosa, dosa yang paling parah
adalah ketika sebuah imam melakukan dosa. Karena jika imam salah dalam
melakukan sebuah cara atau ritual maka jemaat atau bangsanya akan ikut bersalah.
Oleh sebab itu imam harus melakukan kurban penghapus dosa. Ketika kita tarik
pada saat ini hal ini masih relevansi, hamba Tuhan atau pelayan Tuhan harus
selalu mengkoreksi dirinya apakah telah berbuat dosa atau tidak. Jika telah
berbuat dosa seorang hamba Tuhan atau seorang pelayan Tuhan hendaknya meminta
pengampunan kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar