Jumat, 21 Juli 2017

Kerajaan Allah dalam Injil Matius


By : Christine Veronika Dawan
+christine veronika
ig. @christine_veroni
fb. Christine Veronika Dawan
www.xineth.blogspot.com



Kerajaan Allah Dalam Matius
Bab I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga merupakan salah satu topik yang menarik untuk dibahas. Banyak teolog-teolog yang melakukan penelitian untuk membuktikan keberadaan Kerajaan Allah ataupun sebaliknya. Banyak orang Kristen juga yang mencari tahu tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan sorga. Sehingga pada masa ini ada banyak cerita tentang kisah hidup orang yang sering melakukan perjalanan ke sorga. Bahkan banyak orang kristen yang membukukan kisah perjalanannya ke sorga tanpa adanya suatu pembuktian secara ilmiah. Banyak diantara mereka yang seolah-olah sangat memahami tentang sorga lebih dari apa yang telah dijelaskan dalam Alkitab. Dan lebih tragisnya lagi banyak orang kristen yang mempercayai kisah hidup orang lain yang melihat sorga dan menjadikannya doktrin. Hal ini menjadi pergumulan besar bagi gereja masa kini. Gereja harus dapat memberikan pengarahan yang tepat tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga sesuai dengan apa yang telah Alkitab ajarkan. Hal ini juga merupakan tugas bagi para teolog untuk menggali isi Alkitab yang berkaitan dengan Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga.
Oleh sebab itu berdasarkan rasa ingin tahu yang tinggi setiap orang yang rindu untuk memahami tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga perlu adanya kesadaran untuk menelitinya di dalam Alkitab. Maka dalam paper ini, penulis berusaha untuk menggali tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga menurut injil Matius.


1.2  Rumusan Masalah
Dalam kaitannya dengan judul pembahasan paper ini, dan berdasarkan pula dengan Latar belakang yang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1        Apakah yang dimaksud dengan Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga?
1.2.2        Mengapa Injil Matius menuliskan Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga?
1.2.3        Bagaimanakah Penggambaran Kerajaan Allah yang terdapat dalam Injil Matius?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis memiliki tujuan sebagai berikut:
1.3.1        Untuk memahami arti dari Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga dalam Kitab Matius.
1.3.2        Untuk mengetahui maksud Matius menuliskan Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga.
1.3.3        Untuk mengetahui konsep Kerajaan dalam Matius.


Bab 2
Pembahasan

2.1  Definisi Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga
Sebelum membahas topik ini lebih lanjut, penulis akan menjelaskan definisi Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga. Kerajaan Allah sama artinnya dengan Kerajaan Sorga. Kerajaan Allah merupakan pusat tema dari Perjanjian Baru. Bahkan sabagai pokok utama dalam pemberitaan yang disampaikan oleh Yesus selama di dunia. J. Sidlow Baxter menuliskan: “Perlu sekali kita ketahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan Kerajaan Sorga, karena hal itu adalah pokok utama ajaran Tuhan Yesus.”[1]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya akan disingkat KBBI), kata Kerajaan Allah terbagi menjadi dua bagian  yaitu “kerajaan” yang berarti bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh raja, tanda-tanda kebesaran raja, martabat (kedudukan) raja, wilayah kekuasaan seorang raja. Dan Allah yang berarti pencipta alam semesta yang maha sempurna, Tuhan yang maha Esa yan disembah oleh orang yang beriman. Berdasarkan pengertian KBBI maka Kerajaan Allah dapat diartikan sebagai bentuk pemerintahan dengan memiliki wilayah kekuasaan di mana Tuhan-lah yang memerintah. Berikut merupakan definisi tentang Kerajaan Allah menurut para ahli.
·         Menurut Gordon Fee yang dikutip oleh Glen dan David dalam bukunya yang berjudul Etika Kerajaan, menjelaskan bahwa “Kerajaan Allah adalah suatu peristiwa masa depan sekaligus suatu realitas masa kini”.[2]
·         Menurut George Eldon Ladd,
Kerajaan Allah adalah pemerintahan tertinggi Allah, namun pemerintahan Allah terwujud dalam tahap yang berbeda-beda sepanjang sejarah penebusan. Oleh karena itu manusia dapat masuk ke dalam wilayah pemerintahan Allah dalam beberapa tahap perwujudannya dan mengalami berkat-berkat pemerintahan-Nya itu dalam kadar yang berbeda-beda. Kerajaan Allah adalah zaman yang akan datang, yan lazim disebut Sorga. Waktu itu kita akan mengalami berkat-berkat pemerintahan-Nya dalam kepenuhan yang sempurna. Akan tetapi, kerajaan itu ada di sini saat ini dan dapat kita nikmati sebagian dari berkat-berkat pemerintahan Allah itu secara nyata.[3]
·         Menurut Albert Schweitzer yang dikutip oleh Eldon Ladd dalam bukunya yang berjudul Injil Kerajaan, menjelaskan bahwa “Kerajaan Allah sama sekali bukanlah suatu kenyataan rohani atau kenyataan yang ada sekarang; Kerajaan Allah seluruhnya merupakan kenyataan masa mendatang dan bersifat adikodrati”.[4]
·         Menurut Graeme Goldsworthy menjelaskan bahwa “has summarized a definition of the kingdom of God as “God’s people in God’s place under God’s rule””.[5]
·         Menurut Anthony Hoekema,
Kerajaan Allah telah digambarkan sebagai masa pemerintahan Allah secara dinamis aktif dalam sejarah manusia oleh Yesus Kristus, yang bertujuan menebus umatnya dari dosa dan kuasa setan, dan finalnya pembentukan langit yang baru dan bumi yang baru.[6]
·         Menurut Donald Guthrie,
Kerajaan Allah menunjuk kepada adanya hubungan antara masa sekarang dan masa yang akan datang. Perwujudan ini akan lengkap hanya dalam kerajaan yang akan datang, tetapi sudah diwakili pada masa sekarang di dalam jemaat.[7]
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa Kerajaan Allah adalah pusat dari pemerintahaan Allah sendiri yang telah ada masa sekarang dan yang akan datang.
2.2  Tujuan Matius menuliskan Kerajaan Sorga
Injil Matius adalah salah satu Injil sinoptik. Injil Matius ditulis oleh seorang yang benama Matius Lewi, yang dikenal sebagai seorang pemungut cukai, yang dipanggil Yesus menjadi salah seorang dari kedua belas murid Yesus.[8] Meskipun Injil Matius tidak mencantumkan secara tersirat tentang penulisnya, tetapi satu catatan dari Papias, bapa gereja pada abad kedua menyatakan bahwa “Matius menulis [mengumpulkan] pidato [laporan] dalam bahasa Ibrani dan masing-masing orang menafsirkan menurut kemampuannya”. Maka berdasarkan catatan tersebutlah dinyatakan bahwa Matiuslah yang menulis suatu dokumen kuno berbahasa Aram yang kemudian di masukkan ke dalam Injil pertama.[9] Injil Matius ditujukan bagi para petobat bukan Palestina yang berbahasa Aram, yang tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Para Rasul dan yang pengetahuannya tentang Kristus bergantung sepenuhnya pada suatu dokumen tertulis.[10]
Pengajaran yang terdapat dalam Injil Matius menekankan standar kebenaran dari Kerajaan Allah (Pasal 5-7); kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman. Mengenai Kerajaan Sorga, Injil Matius menyebutkannya dua kali lebih banyak dari pada kitab lain di Perjanjian Baru.[11] Berikut di bawah ini merupakan tabel hasil perhitungan yang telah penulis lakukan secara manual untuk mengetahui perbandingan jumlah ayat dan kata, Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga dalam Injil.
Injil
Kerajaan Allah
Kerajaan Sorga
Jumlah Kata
Jumlah Ayat
Jumlah Kata
Jumlah Ayat
Matius
6
6
35
34
Markus
14
14
0
0
Lukas
32
31
0
0
Yohanes
2
2
0
0
Tabel: Jumlah Kerajaan Allah dan Kerajan Sorga dalam Injil.(LAI)
Berdasarkan tabel di atas, Injil Matius lebih banyak menggunakan kata Kerajaan Sorga dari pada Kerajaan Allah. Injil ini merupakan satu-satunya yang menggunakan kata Kerajaan Sorga. Kata Kerajaan Sorga (Yun. βασιλεια των ουρανων) digunakan sebanyak 35 kali pada 34 ayat sedangkan Kerajaan Allah (Yun. βασιλειαν του θεου) digunakan sebayak 6 kali pada 6 ayat. Banyak orang yang berpendapat bahwa, hal tersebut dikarenakan Injil Matius ditujukan kepada orang-orang Yahudi. Banyak penafsiran yang menjelaskan pula bahwa Matius lebih memilih menggunakan kata Kerajaan Sorga dari pada Kerajaan Allah, karena bagi orang Yahudi nama Allah sangat sakral untuk disebutkan. Sehingga Matius menggunakan padanan kata yang tepat dan mudah dimengerti tanpa mengurangi makna yang sebenarnya, dan kata yang digunakan adalah Kerajaan Sorga. Maka berdasarkan pendapat para penafsir, Kerajaan Sorga dan Kerajaan Allah memiliki arti yang sama, hanya saja Matius mengunakannya sesuai konteks orang Yahudi.
Kerajaan Sorga pertama kali diucapkan oleh Yohanes Pembaptis (3:2), hal ini untuk menggenapi nubuat nabi Yesaya yang terdapat dalam Yesaya 40:3, “Ada suara yang berseru-seru: “Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!”. Yohanes Pembaptis merupakan pengggenapan dari nubuat nabi Yesaya. Di mana Yohanes Pembaptis adalah seorang yang mempersiapkan Yesus dan pangajaran-Nya. Kemudian Setelah Yohanes Pembaptis menyerukan “Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat”, barulah dalam pasal 4:17 Yesus mengatakan hal yang sama. Itulah sebabnya Matius menuliskan tentang Kerajaan Sorga. Karena Kerajaan Sorga merupakan pokok utama dari pengajaran dan pelayanan Yesus di dunia. Ladd dalam bukunya yang berjudul Injil Kerajaan menuliskan bahwa “Tema tentang kedatangan Kerajaan Allah merupakan inti misi Kristus”.[12] Sementara menurut Gordon Fee yang dikutip oleh Glen dan David dalam bukunya yang berjudul Etika Kerajaan menuliskan bahwa “Kesaksian universal tradisi Sinoptik adalah bahwa tema sentral dari misi dan pesan Yesus adalah ‘Injil (Kabar Baik) tentang Kerajaan Allah’”.[13] Termasuk dalam Injil Matius.

2.2.1        Kerajaan Allah Hanya Disebut 6 Kali dan Kerajaan Sorga Disebut 35 Kali
Kerajaan Allah
Kerajaan Sorga
  1. 4:23
  2. 6:33
  3. 12:28
  4. 19:24
  5. 21:31
  6. 21:43

  1. 3:2
  2. 4:17
  3. 5:3
  4. 5:10
  5. 5:19
  6. 5:19
  7. 5:20
  8. 7:21
  9. 8:11
  10. 9:35
  11. 10:7
  12. 11:11
  13. 11:12
  14. 13:11
  15. 13:19
  16. 13:24
  17. 13:31
  18. 13:33
  19. 13:44
  20. 13:45
  21. 13:47
  22. 13:52
  23. 16:19
  24. 18:1
  25. 18:3
  26. 18:4
  27. 18:23
  28. 19:12
  29. 19:14
  30. 19:23
  31. 20:1
  32. 22:2
  33. 23:13
  34. 25:1
  35. 25:14
Tabel: Ayat Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga dalam Matius
Pertanyaan yang mungkin tidak pernah terpikirkan ialah mengapa Kerajaan Allah disebut sebanyak lima kali dan Kerajaan Sorga disebut sebanyak tiga puluh lima kali? Jika memang Matius menulis untuk orang Yahudi dan istilah itu hanya sebagai permainan kata, bukankah seharusnya Matius cukup hanya menuliskan Kerajaan Sorga saja, karena bagi orang Yahudi menyebutkan nama Allah sangat kudus, sehingga tidak dapat diucapkan. Maka, Matius tidak perlu menuliskan Kerajaan Allah di dalam kitabnya. Akan tetapi sekalipun nama Allah tidak dapat diucapkan karena terlalu kudus bagi orang-orang Yahudi, pada beberapa ayat, Matius pun tetap menuliskan istilah Kerajaan Allah di dalamnya. Pada bagian ini penulis akan menjelaskan berdasarkan hasil resert yang telah penulis lakukan.
Pada pembahasan sebelumnya, penulis telah menjelaskan berdasarkan pendapat dari para penafsir yang mengatakan bahwa Kerajaan Alah sama dengan Kerajaan Sorga. Akan tetapi penulis menemukan hal yang berbeda dari yang telah diungkapkan di atas. Matius memang menuliskan kitabnya untuk orang-orang Yahudi. Sebelumnya, kita perlu memahami latar belakang Kerajaan Alah bagi bangsa Yahudi.
2.2.1.1  Kerajaan Allah Bagi Bangsa Yahudi
Istilah "Kerajaan Allah" tidak terdapat dalam tulisan nabi-nabi PL. Namun ide tentang Kerajaan Allah terdapat di dalam seluruh tulisan para nabi secara implisit. Hal tersebut nampak, terutama dari sebutan "Raja" yang seringkali dikenakan kepada Allah. Allah disebut sebagai Raja, baik atas Israel, maupun atas seluruh bumi (Kel. 15:18; Bil. 23:21; 2Raj. 19:15; Yes. 6:5; Yer. 46:18; dsb.). Bangsa Israel melihat Allah. bukan saja sebagai Raja yang tidak kelihatan, melainkan juga sebagai Raja yang memanifestasikan secara nyata pemerintahan-Nya dalam hidup manusia dan bangsa-bangsa. Setelah masa pembuangan dan dalam masa peralihan antara PL dan PB, bangsa Yahudi mengembangkan ide atau gagasan tentang Kerajaan Allah secara beraneka ragam. Berdasarkan pemahaman tentang Kerajaan Allah tersebut, bangsa Yahudi dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu:
1.      Orang-orang Yahudi yang mengharapkan berdirinya Kerajaan Allah secara fisik di dalam sejarah umat manusia pada masa yang akan datang.
Orang-orang dalam kelompok ini melihat bahwa bangsa Israel terus menerus berada di dalam ancaman perang. kejahatan, dan penderitaan-penderitaan lainnya. Karena itu, mereka memilih mengasingkan diri untuk menantikan dan mengharapkan terbentuknya pemerintahan Allah secara sempurna dalam dunia ini. Kebanyakan dari mereka ini adalah orang-orang yang tergabung dalam kelompok Qumran.
2.      Orang-orang Yahudi yang merasa pesimis dengan pengharapan kedatangan Kerajaan Allah.
Kelompok ini menganggap bahwa dunia telah diserahkan ke dalam kuasa-kuasa kejahatan, sehingga umat Allah akan terus menerus menemui penderitaan di dalam dunia ini. Mereka percaya bahwa Allah pada akhirnya memang akan mendirikan KerajaanNya, namun bukan pada zaman ini, melainkan pada suatu zaman yang akan datang, yang sama sekali baru. Pandangan ini lebih banyak dipengaruhi karena kekecewaan orang-orang Yahudi atas peristiwa pembuangan yang menguburkan harapan mereka terhadap pemulihan kerajaan Daud sebagai bentuk perwujudan berdirinya Kerajaan Allah dalam kehidupan zaman ini.
3.      Orang-orang Yahudi yang ingin mewujudkan Kerajaan Allah secepatnya.
Kelompok ini adalah orang-orang yang menamakan dirinya kaum Zelot. Mereka adalah kelompok Yahudi radikal yang berpendapat bahwa aksi politis mutlak perlu sebagai pendahuluan bagi kedatangan Kerajaan Allah. Mereka juga tidak ragu-ragu menggunakan pedang sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari konsep orang Yahudi tersebut, kita dapat melihat bahwa keyakinan mereka sebagai umat pilihan Allah telah membuat mereka merasa yakin dan berharap bahwa suatu hari Allah akan memberkati mereka dan mendirikan pemerintahan-Nya di atas bumi ini, entah di dalam zaman ini ataukah di zaman yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya penghargaan bangsa Yahudi tidak sejalan dengan makna sesungguhnya dari seruan para nabi tentang pemerintahan oleh Allah. Bangsa Yahudi memahami Kerajaan Allah lebih secara historis (masa kini atau masa yang akan datang) dan duniawi (keamanan negara, kemenangan politik, kesejahteraan hidup, dsb.). Padahal para nabi tidak pernah menyerukan bentuk Kerajaan Allah sebagai tatanan duniawi. Mereka memberitakan tentang Kerajaan Allah sebagai tindakan Allah untuk memberikan keselamatan kepada umatNya dan membawa mereka pada suatu kehidupan yang dipimpin oleh Allah (Yes 24-27; Mi 4:3; Zef 3:15; Zak 14:16-17).
Dari latar belakang bangsa Yahudi di atas, kita dapat memahami dengan jelas bahwa seruan tentang kedatangan Kerajaan Allah dalam PB memiliki arti khusus bagi orang-orang Yahudi yang mendengarkannya. Berita yang telah lama orang Yahudi dengar dan nantikan, sekarang telah digenapi dengan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia. Namun sayang, tidak semua orang Yahudi yang mengharapkan kedatangan Kerajaan Allah, dapat melihat penggenapannya yang sejati.[14]
2.2.1.2  Penggunaan Istilah Kerajaan Sorga dan Kerajaan Allah dalam Matius
Berdasarkan latar belakang tentang Kerajaan Allah bagi bangsa Yahudi, seperti yang telah penulis sampaikan di atas, maka dapat dilihat bahwa konsep tentang Kerajaan Allah menurut bangsa Yahudi adalah kerajaan secara fisik. Dalam hal ini, Matius menuliskan di dalam Kitab-nya tentang konsep Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga. Di mana dalam penggunaan istilah Kerajaan Allah yang disebutkan sebanyak  6 kali dan Kerajaan Sorga yang disebutkan sebanyak 35 kali, memiliki maksud tertentu. Penekanan yang disampaikan oleh Matius dari istilah Kerajaan Sorga yang ditulisnya yaitu untuk menyampaikan suatu kerajaan yang bersifat lahiriah, nubuatan atau pemberitahuan mengenai Kerajaan Yesus Kristus di masa yang akan datang pada kedatangan-Nya yang kedua.[15] Seperti yang telah diungkapkan oleh M.C. Tenney, bahwa:
Mulai dari keempat Injil Matius (11:2-13:53) cerita perumpamaan banyak dipakai. Tidak semuanya terdapat dalam bagian ini, tetapi kumpulan kisah perumpamaan yang terbanyak terdapat dalam pasal ketiga belas ini. Dalam gambaran yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, mereka melukiskan sifat dan program Kerajaan Surga, terutama yang berhubungan dengan masa yang akan datang.[16]
Penggunaan istilah Kerajaan Sorga oleh Matius bukanlah karena keseganan Matius menggunakan kata Allah (Theou). Orang Yahudi segan menggunakan kata Yahweh (YHWH) yang biasa digunakan dalam bahasa Yunani adalah Kurios, sedangkan Theou adalah penggunaan atau penggantian dalam bahasa Ibrani Elohim atau Adonai, yang biasa digunakan oleh orang-orang Yahudi. Penulis menampilkan bahasa Ibrani dan Septuaginta untuk perbandingan penggunaan kata tersebut dalam; Kejadia 2:15. Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa “TUHAN Allah” dalam bahasa Ibrani אלהים יהוה (YHWH ‘Elohiym) dan dalam terjemahan septuaginta κυριος ο θεος (kurios o theos). Dalam penulisan tersebut dapat dilihat bahwa kata “YHWH” diganti dengan kata “Kurios” dan kata  “‘elohiym” diganti degan kata “Theos”. Sehubungan dengan itu Peter mengatakan:
Jika alasan Matius menggantikan kata “Allah” dengan “Sorga” karena orang Yahudi tidak berani menyebut nama Allah dengan sembarangan tidaklah begitu kuat. Orang Yahudi tidak sembarangan menyebut nama “Yehova”, namun mereka boleh menyebut nama “Elohim” bukan “Yehova” yang derivasinya adalah kata “Kurios” dalam PB Sedangkan kaum reformed pre-millenial yang menyamakan “Kerajaan Allah” dan Kerajaan Sorga” akan mendapat sedikit kesulitan untuk membuktikan pandangan pre-millenialnya sebagai pandangan yang Alkitabiah.[17]
Matius menggunakan ungkapan Kerajaan Sorga dan Kerajaan Allah, secara bergantian sehingga bukanlah keseganan Matius menggunakan ungkapan Kerajaan Allah sehingga diganti dengan ungkapan “Kerajaan Sorga”. Penggunaan Istilah Kerajaan Sorga adalah penekanan Matius mengenai kerajaan yang pemerintahannya dilakukan secara Theokratik, menjelaskan pemerintahan yang mempunyai teritorial atau tempat, di bumi pada masa yang akan datang, yaitu pemerintahan Tuhan Yesus secara Theokratik bagi semua orang yang ada di dalam Kerajaan Seribu Tahun. Sehubungan dengan itu Charles C. Ryrie mengatakan: “Memang adakalanya para dispensasionalis menyebut Kerajaan Seribu Tahun duniawi sebagai “kerajaan Sorga” dan kerajaan rohani abadi sebagai “Kerajaan Allah.” Kerajaan Sorga merupakan bagian dari Kerajaan Allah, tetapi bukan Kerajaan Allah itu sendiri. Kerajaan Sorga adalah Kerajaan Allah secara Theokratik, namun Kerajaan Sorga tidak sama dengan Kerajaan Allah dalam pengertian dengan Kerajaan Allah Universal. “Kerajaan Allah Universal ini adalah pemerintahan Allah dimana Allah memerintah hati dan hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Orang-orang percaya saat ini telah dibawa masuk ke dalam Kerajaan Anak-Nya (Kol. 1:13).” Kerajaan Sorga adalah pemerintahan Tuhan Yesus secara Theokratik atau yang bersifat lahiriah dan akan direalisasikan pada saat kedatangan Kristus yang kedua. Sedangkan Kerajaan Allah dalam Matius adalah Pemerintahan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus secara rohani.
Itulah alasan Matius menyebutkan “Kerajaan Sorga” lebih banyak dari pada “Kerajaan Allah”. Karena bangsa Yahudi masih mengeraskan hati mereka untuk menerima Yesus pada masa-Nya. Sehingga Matius lebih menekankan pada Kerajaan Sorga, di mana Kerajaan Sorga akan nyata pada kedatangan Yesus yang ke dua kali.
2.3  Konsep Kerajaan dalam Matius
Ada dua bagian Kerajaan yang disampaikan dalam Injil Matius, yaitu Kerajaan saat ini dan Kerajaan yang akan datang. George Eldon Ladd berpendapat bahwa “Pemerintahan Allah terwujud pada waktu sekarang dan pada masa mendatang dan karena itu ada kerajaan waktu sekarang dan kerajaan masa mendatang yang di dalamnya manusia dapat menikmati berkat pemerintahan Allah”.[18]
2.3.1 Kerajaan Allah Saat Ini
Kerajaan Allah saat ini merupakan kerajaan yang dibuktikan dengan keteladanan Yesus dan ajaran-ajaran-Nya ketika Ia di dunia. Matius mencatat banyak pengajaran tentang Kerajaan Allah yang diberitakan Yesus pada saat itu. Di mulai dari pasal 1:23, “… Imanuel – yang berarti: Allah menyertai kita.” Secara tekstual ayat tersebut telah menjelaskan mengenai kehadiran dari Sang Imanuel – “Allah meyertai kita” – bahwa sesungguhnya kata “μετα” (menyertai) merupakan kata depan, genetatif berarti dengan, di antara, serta, bersama-sama dengan; akusatif berarti sesudah, di belakang. Maka penulis memberi kesimpulan bahwa di mulai dari ayat tersebut, sebelum Mesias lahir, telah diberitakan oleh malakiat Tuhan bahwa dalam kelahiran-Nya akan menghadirkan hubungan Allah yang tinggal diantara dan ada bersama-sama dengan kita.  
Ayat lainnya dalam Matius yang mendukung pasal pertama untuk menunjukkan Kerajaan Allah saat ini yaitu dalam Matius pasal 5-7 yang diberi judul “Khotbah di Bukit”. Pada pasal tersebut Yesus mengajarkan tentang nilai-nilai Kerajaan Allah. Dalam buku yang berjudul The Secret Message of Jesus menuliskan bahwa, “Contoh yang paling inti tentang pengajaran Yesus terdapat dalam Matius 5-7, suatu bagian yang sering disebut Khotbah di Bukit, tetapi yang akan kita sebut manifesto kerajaan Yesus”.[19] Pada pasal tersebut Yesus banyak berbicara tentang nilai-nilai kehidupan orang percaya yang didasarkan pada kerajaan-Nya. Nilai-nilai yang Yesus ajarkan merupakan bentuk dari kehadiran Kerajaan Allah di dunia.
Tidak hanya itu saja, berita tentang Kerajaan Allah yang disampaikan Yesus disertai dengan tanda-tanda Mijizat (melenyapkan penyakit dan kelemahan, pengusiran setan atau roh jahat). Mujizat yang dilakukan oleh Yesus merupakan bagian dari pemberitaan Kerajaan Allah. Hal ini dilakukan agar orang-orang Yahudi tidak hanya mendengar berita tentang Kerajaan Allah, tetapi supaya mereka dapat mengalami Kerajaan Allah yang disampaikan Yesus. Setiap kuasa yang Yesus adakan merupakan kehadiran dari Kerajaan Allah, hal itu dapat dilihat pada Matius 12. Seperti pendapat Eldon Ladd, bahwa “Matius pasal 12 dengan jelas menyatakan pengusiran roh-roh jahat sebagai pekerjaan Kerajaan Allah”.[20] Ayat 28, menuliskan. “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa kerajaan Allah adalah kerajaan yang telah datang yang dibawa oleh Yesus Kristus. Sehubungan dengan itu R.E.Nixon mengatakan: “Kata Yunani (ephthasen) hampir sama artinya dengan sudah datang”.[21] J. Sidlow Baxter juga berpendapat bahwa, “Kerajaan yang dijanjikan itu diberitakan oleh Yohanes Pembaptis, kemudian diajarkan oleh Tuhan Yesus dengan bukti yang dapat meyakinkan semua orang, kecuali mereka yang membutakan hatinya sendiri”.[22]
            Maka dari pemaparan yang telah penulis jelaskan di atas, Kerajaan Allah saai ini merupakan pemerintahan Allah di dalam setiap hati orang percaya, termasuk keyakinannya akan mujizat yang di dapat di dalam Kristus sampai kepada kehadiran Yesus yang ke dua kali.
2.3.1        Kerajaan Sorga yang Akan Datang
George Eldon Ladd berpendapat bahwa:
Kerajaan Allah pada dasarnya adalah pemerintahan Allah. Kerajaan Allah adalah kedaulatan Allah yang sedang bekerja. Akan tetapi, pemerintahan Allah diwujudkan dalam beberapa bidang dan kitab-kitab Injil memberitahukan bahwa kita dapat memasuki Kerajaan Allah pada saat ini dan pada masa mendatang.[23]
Matius tidak hanya mencatat pengajaran dan perbuatan Yesus yang menunjukkan kehadiran Kerajaan Allah pada saat itu, tetapi Matius juga mencatat pengajaran Yesus tentang kerajaan Allah yang akan datang yang di sebut dengan Kerajaan Sorga.   
Kerajaan Sorga adalah suatu kerajaan atau pemerintahan Tuhan Yesus di masa yang akan datang, yaitu dalam kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Kerajaan Sorga adalah yang menjadi pokok dalam pemberitaan Yohanes: “…, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”(Mat. 3:2) . Menurut Matius kerajaan Sorga sudah dekat. Kerajaan Sorga yang sudah dekat juga diberitakan oleh Tuhan Yesus; “…., sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat. 4:17). Sehubungan dengan Kerajaan Sorga yang sudah dekat, Eddy Peter mengatakan:
Menurut Matius Kerajaan Sorga itu “sudah dekat” dan ini dimulai sejak permulaan pelayanan Yohanes Pembaptis (Mat 3:2), namun sayang orang Yahudi menolak Raja mereka sehingga kehadiran Kerajaan Sorga untuk sementara di cancel (band. Roma 9-11), dan untuk saat ini Kristus memproklamirkan relasi persaudaraan yang baru yang tidak dibatasi oleh ras (Mat. 12:46-50). Matius juga menjelaskan bahwa “rahasia Kerajaan Sorga” akan digenapi masa kini (Mat. 13:1-52). Dan Matius juga melihat Kerajaan Sorga bersifat apokaliptik, yaitu Kerajaan 1000 tahun (Mat. 24:29-25:46 band Luk. 19:12-19; Kis. 15:14-17).[24]
Orang-orang Yahudi (Israel) menolak Raja dan tuntutan moral kerajaan itu. Karena penolakan orang Yahudi, terjadilah pengurungan atau penundaan waktu kerajaan Sorga sampai kedatangan Kristus kedua kali. Kerajaan sorga akan berlangsung di bumi ini dan bersifat lahiriah, yaitu pemerintahan Tuhan Yesus secara Theokratik. Seperti yang dikatakan oleh Millard J. Erickson bahwa:
Kerajaan Sorga, memiliki ciri Yahudi, Mesias dan Daud. Kerajaan ini telah dijanjikan kepada Daud, dan janji ini memasuki periode perjanjian Baru “tanpa perubahan sama sekali.” Kerajaan itu “sudah dekat” mulai dari awal pelayanan Yohannes Pembaptis sampai pada “penolakan Raja yang sesungguhnya,” dan kemudian ditunda. Kerajaan ini akan direalisasikan selama milenium.[25]
Kerajaan Sorga adalah kerajaan yang dijanjikan kepada Daud, dan kepada orang Yahudi. Seperti yang dikatakan Peter:
Dan kita patut mengingat bahwa sejak Injil Matius ditulis untuk orang Yahudi, Matius ingin menjelaskan bahwa Kerajaan Sorga itu merupakan Kerajaan yang dijanjikan kepada Israel yang akan segera datang, yaitu kerajaan yang diperintah oleh Kristus yang sekarang memerintah Kerajaan Sorga di Sorga dan yang akan turun ke bumi untuk menghadirkan pemerintahan Kerajaan Sorga di bumi yang sudah dijanjikan kepada Israel (lih. Mat 6:10; Dan. 2:24-36,44; 7:23-27; 2 Sam. 7:7-10; Zak. 12:8; Luk. 1:32-33).[26]
Kerajaan Sorga adalah kerajaan Mesias, mediator, kerajaan Daud dengan tujuan mendirikan kerajaan Allah secara Theokratik di bumi. Eddy Peter mengatakan: “misteri Kerajaan Sorga’ saat ini terdiri dari orang-Kristen sejati dan palsu (Mat. 13; 25:1,11-12), yaitu ada gandum dan ilalang, ikan yang baik dan ikan yang jahat. Ini dimulai sejak Kristus mengabarkan Injil sampai masa penuaian.” Dalam Injil Markus dan Lukas, Kerajaan Allah tidak ditemui atau tidak terdapat perumpamaan gandum dan ilalang, sebab di dalam Kerajaan Allah tidak ada ilalang dan ikan yang tidak baik (Matius 13:24-30, 36-43, 47-50).
Kerajaan Sorga adalah kerajaan yang telah dijanjikan kepada orang Yahudi. Kerajaan Sorga telah diberitakan oleh Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus sendiri dengan seruan “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat.” (Mat 3:2; 4:17). Tetapi orang Yahudi menolak Raja yang datang (Mat. 27), sehingga kerajaan Sorga itu ditunda (Mat.13), sampai saat kedatangan Kristus kedua kali. Kerajaan Sorga akan menjadi kerajaan terakhir di bumi. Janji besar Allah kepada Daud pasti akan digenapi di dalam jaman kerajaan masa mendatang apabila Yesus Kristus menegakkan pemerintahan-Nya yang benar di bumi, dalam kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali.


Bab 3
Penutup

3.1  Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab II maka penulis menyimpulkan bahwa, pembahasan mengenai Kerajaan Sorga hanya terdapat dalam Injl Matius dari 4 Injil yang ada. Sedangkan Kerajaan Allah terdapat dalam keempat Injil. Dalam terjemahaan LAI, Matius menuliskan Kerajaan Allah sebanyak 6 kali dan Kerajaan Sorga sebanyak 35 kali. Pemahaman mengenai maksud dari penulis Kitab yaitu Matius tentang Kerajaan Allah dan Kerajaan Sorga sering dianggap sama. Banyak orang yang berpendapat bahwa Matius lebih berfokus menggunakan istilah Kerajaan Sorga daripada istilah Kerajaan Allah, karena Kitab Matius ditujukan kepada orang Yahudi dan bagi mereka nama Allah sangatlah kudus sehingga tidak dapat disebutkan. Dengan kata lain Matius merasa segan untuk menggunakan istilah Kerajaan Allah. Akan tetapi dibalik itu, Matius memiliki maksud lain dalam penulisan istilah Kerajaan Sorga dan Kerajaan Allah. Apabila alasannya hanya karena merasa segan, tentulah Matius akan mengubah semua istilah Kerajaan Allah menjadi Kerajaan Sorga, artinya bahwa di dalam Injil Matius tidak akan digunakan istilah Kerajaan Allah.
Maksud lain dari penulisan Kerajaan Allah yang jauh lebih sedikit dari pada Kerajaan Sorga yaitu mengarah pada Kerajaan Allah saat ini dan Kerajan Sorga yang akan datang. Di mana Kerajaan Allah dituliskan untuk menunjukkan kehadiran Allah yang ada bersama-sama manusia dan akan terus tinggal di dalamnya. Hal tersebut menunjukkan kepada kelahiran Yesus ke dalam dunia yang tinggal bersama manusia pada zama-Nya dan yang tinggal di dalam hati setiap orang yang percaya sampai saat ini. Itulah Kerajaan Allah.
Sedangkan Kerajaan Sorga yang akan datang menunjukkan kepada penggenapan pemerintahan Allah (Theokrasi) secara nyata bagi bangsa Yahudi yang akan digenapi di masa yang akan datang yaitu pada kedatangan Yesus kedua kali. Banyak pakar yang berpendapat bahwa hal tersebut mengarah pada kerajaan seribu tahun. Tetapi bagi penulis hal tersebut tidak hanya di genapi pada masa seribu tahun. Kerajaan itu akan lebih menjadi sempurna pada langit baru dan bumi baru.  





[1]J. Sidlow Baxter. 1999. Menggali Isi Alkitab. (Jakarta: YKBK/OMF), hlm. 121.
[2]Glen H. Stassen & David P. Gushee. 2008. Etika Kerajaan: Mengikut Yesus Dalam Konteks masa Kini. (Surabaya: Momentum), hlm. 4.
[3] George Eldon Ladd. 1994. Injil Kerajaan. (Malang: Gandum Mas), hlm. 24-25.
[4] Ibid, hlm. 16.
[5]George Eldon Ladd. 1952. Crucial Question about the Kingdom of God. Eerdmans; 1959. Gospel of the Kingdom: Scriptural Studies in the Kingdom of God. Eerdmans; 1993. A Theology of the New Teastement. Eerdmans, pp. 31-132. http://www.theopedia.com/kingdom-of-god (diakses 2 Februari).
[7] Donald Guthrie. 1996. Teologi Perjanjian Baru 3. (Jakarta: BPK), hlm. 26.
[8] Merrill C. Tenney. 1997. Survei Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Ma), hlm. 183.
[9] Jack Dean Kingsbury. 1995. Injil Matius Sebagai Cerita. (Jakarta: BPK), hlm. 210.
[10] Ibid. Merrill C. Tenney, hlm. 184.
[12] Ibid. Gorge Eldon Ladd, hlm. 15.
[13] Ibid. Glen H. Stassen & David P. Gushee, hlm. 3.

[15] TINJAUAN TENTANG KERAJAAN ALLAH DAN KERAJAAN SORGA (bagian 3) https://candragunawan512.wordpress.com/2015/05/07/tinjauan-tentang-kerajaan-allah-dan-kerajaan-sorga-bagian-3/. (diakses 29 Maret).

[18] Ibid. George Eldon Ladd, hlm. 27
[19] Brian D. McLaren. 2008. The Secret Massage Of Jesus. (Malang: Gandum Mas), hlm. 123.
[20]Ibid. George Eldon Ladd, hlm. 55.
[21]R.E. Nixon. 1996. Tafsiran Alkitab Masa Kini. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF), Jil. 3, Matius-Wahyu, Matius 12:28, 89.
[22] Ibid. J. Sidlow Baxter, hlm. 122.
[23] Ibid. George Eldon Ladd, hlm. 27.