Kamis, 13 April 2017

berkencan yang benar

PEMBINAAN WARGA GEREJA REMAJA:
CINTA REMAJA DAN MASALAHNYA

Bab I
1.1 Pendahuluan

Pada saat ini para remaja atau pemuda dalam gereja akan menjalin sebuah ikatan dengan lawan jenis yang biasa di sebut pacaran. Kita semua membutuhkan cinta kasih,[1] Mengenai usia berpacaran, Alkitab tidak menjelaskan tentang batas usia menjalin hubungan berpacaran atau berkencan. Tetapi Alkitab mencatat tentang suatu hubungan sepasang kekasih (Maria dan Yusuf) yang pada saat itu menjalin hubungan pertunangan. Alkitab tidak membahas tentang pacaran. Namun dalam Alkitab lebih dikenal istilah pertunangan. Karena pada saat itu, ketika seorang pria dan wanita menjalin hubungan, mereka sudah memiliki visi atau tujuan kedepan untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius yaitu menikah. Hal ini yang jarang terjadi pada dunia pacaran anak muda (remaja) jaman sekarang. Terkadang, bagi remaja, berpacaran sifatnya temporer (sementara), dan tanpa komitmen. Ini terjadi karena usia remaja memulai hubungan pacaran masih terlalu muda bahkan kecil, untuk dapat memikirkan pertimbangan-pertimbangan yang seharusnya dilakukan sebelum menjalin hubungan berpacaran, dan juga dasar dalam menjalin hubungan lebih menjurus kepada penilaian fisik dan pemuasan nafsu berhala, atau dengan kata lain, mereka menggunakan cinta yang bersifat eros. Tidak jarang juga hubungan berpacaran dilakukan hanya demi mendapat kepuasan psikologis seperti, pengakuan dari teman/grup pertemanan (gank) untuk mendapat “penghargaan”  karena telah mempunyai pacar yang (mungkin) popular disekolah, terpandai disekolah, tercantik/terganteng disekolah. Oleh sebab itu gereja atau hamba Tuhan perlu melakuka sebuah pembinaan kepada remaja dan pemuda Kristen agar melakukan pacaran yang sesuai dengan Alkitab.
            Cinta dalam kelompok remaja sering juga dikenal dengan sebutan “cinta monyet” yang memiliki semangat mula-mula yang sangat besar, kurang pertimbangan dan biasanya hanya berdasarkan ketertarikan fisik belaka. Cinta remaja merupakan salah satu hal yang manis dan menarik dalam suatu fase kahidupan manusia. Kebanyakan dari kita memiliki kisah sendiri tentang cinta remaja yang pernah kita alami dengan seseorang yang kita anggap ideal untuk menjadi pasangan kita atau yang sering dikenal dengan istilah “tipe idaman saya”. Namun dalam kemanisan hubungan cinta remaja itu, ada banyak remaja yang terjebak dan terperangkap dalam jeratan cinta yang labil itu. Kebanyakan diataranya membawa dampak yang cukup serius, baik dalam waktu yang sedang dijalani maupun masa depan remaja itu. Oleh karena itu, sebagai pembimbing dari remaja, kita perlu mengetahui masalah-masalah percintaan khas remaja dan cara menjadi konselor yang baik bagi remaja tersebut, karena masalah yang sering dianggap remeh oleh sebgaian orang ini ternyata perlu mendapatkan perhatian mendalam dari kita orang dewasa.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan  pendahuluan di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana pembinaan kepada remaja dan pemuda yang sedang berpacaran agar saat berpacaran sesuai dengan Prinsip-Prinsip yang ada di dalam Alkitab dan dapat menjadi terang


















Bab II
IsI
2.1 Pengertian Pacaran secara Umum
Pacaran merupakan suatu tahap menuju jenjang yang lebih tinggi atau pernikahan, atau pacaran dapat  juga sebagai tahap membentuk pribadi, atau belajar mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar bagaimana dalam menghadapi masalah dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara kita menyelesaikan masalah itu.
Dalam berpacaran juga sangat diperlukan restu orang tua, karena orang tua merupakan wali Tuhan di dunia dan orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi kita. Pacaran merupakan dua orang dan dua sifat berbeda bertemu menjadi satu, tentu akan banyak perbedaan, maka sangat diperlukan sikap pengertian. dan apabila terjadi ketidakcocokan sangat diperlukan rekonsiliasi. tuntutan tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi malah menambah masalah baru, maka sifat pengertian sangat diperlukan, disamping itu tentu harus ada sikap kejujuran dan keterbuakaan, dan kepercayaan.
Pacaran itu pasti akan timbul hal-hal yang baik maupun tidak, artinya kalau pacaran itu dijalankan sesuai dengan aturannya, kemudian tidak macam-macam yang artinya tidak melanggar jalur yang ditetapkan Tuhan, maka sebagian besar akan menjalankannya dengan penuh kebahagiaan. Namun sebaliknya, apabila pacaran itu dijalankan dengan semau saya, kemudian tidak takut pada Tuhan, maka jangan harap berkibat baik. Di dunia bebas apalagi di Negara kita yang sudah 60 tahun merdeka, Anda bebas berpacaran, tetapi bebas dalam pengertian bukan sembarangan. Tetap saja ada batas-batasnya, ada batas etika, moral ,sopan santun.




2.2. Pacaran menurut pandangan Kristen
Tuhan menginginkan yang terbaik untuk kita dalam setiap aspek kehidupan. Termasuk diantaranya hubungan kita dengan kekasih/pacar. Kita berkencan untuk mendapatkan kesenangan, persahabatan, pengembangan kepribadian dan memilih kawan, bukan untuk popularitas atau untuk merasa aman. Jangan biarkan lingkungan pergaulan memaksa kamu memasuki situasi kencan yang kurang pantas. Ketahuilah bahwa lebih dari 50% remaja putri dan lebih dari 40% remaja putra tidak pernah berkencan pada masa-masa SMA. Alkitab memberikan kita beberapa pegangan yang jelas untuk membimbing kita dalam membuat keputusan mengenai soal kencan/pacaran.
Pacaran artinya mempunyai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan atas dasar cinta kasih. Artinya, kalau kita sudah siap mempunyai pacar, seharusnya kita memulai mengenal pribadi, karakter, kebiasaan, dan tutur kata[2].
Mengenai usia berpacaran, Alkitab tidak menjelaskan tentang batas usia menjalin hubungan berpacaran atau berkencan. Tetapi Alkitab mencatat tentang suatu hubungan sepasang kekasih (Maria dan Yusuf) yang pada saat itu menjalin hubungan pertunangan. Alkitab tidak membahas tentang pacaran. Namun dalam Alkitab lebih dikenal istilah pertunangan. Karena pada saat itu, ketika seorang pria dan wanita menjalin hubungan, mereka sudah memiliki visi atau tujuan kedepan untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius yaitu menikah. Hal ini yang jarang terjadi pada dunia pacaran anak muda (remaja) jaman sekarang. Terkadang, bagi remaja, berpacaran sifatnya temporer (sementara), dan tanpa komitmen. Ini terjadi karena usia remaja memulai hubungan pacaran masih terlalu muda bahkan kecil, untuk dapat memikirkan pertimbangan-pertimbangan yang seharusnya dilakukan sebelum menjalin hubungan berpacaran, dan juga dasar dalam menjalin hubungan lebih menjurus kepada penilaian fisik dan pemuasan nafsu berhala, atau dengan kata lain, mereka menggunakan cinta yang bersifat eros. Tidak jarang juga hubungan berpacaran dilakukan hanya demi mendapat kepuasan psikologis seperti, pengakuan dari teman dan yang akan grup pertemanan (gank) untuk mendapat “penghargaan” karena telah mempunyai pacar yang (mungkin) popular disekolah, terpandai disekolah, tercantik/terganteng disekolah.
2.3. Tahapan Pacaran
Dalam melakukan sebuah hubungan pacaran terdapat tiga tahapan, dimana masing-masing tahapan akan menggambarkan perbedaan suatu kualitas dalam hubungan pacaran. Tahapan dalam pacaran tersebut adalah
2.3.1. Berkenalan
Perkenalan bisa terjadi karena dua orang berada dilingkungan yang sama, merasa tertarik, dan juga perkenalan bisa terjadi dipertemuan yang tidak disengaja atau disengaja (blind date/ jasa mak comblang). Pertimbangan awal dari perkenalan remaja yang akan berpacaran biasanya diprioritaskan pada hal fisik, popularitas, dan materi. Tetapi hal yang seharusnya menjadi prioritas utama, yaitu status iman, karakter, seringkali dikesampingkan bahkan tidak dipertimbangkan sama sekali.
Pada tahap kenalan ini sebaiknya kita mencari seseorang yang memiliki kesamaan persepsi, pandangan hidup, tujuan hidup, dan kecocokan. Biasanya orang jatuh cinta karena ada kesamaan, bukan hanya karena cantik/tampan semata.
2.3.2. Penjajakan (PDKT/Pendekatan)
Setelah berkenalan, biasanya remaja melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu penjajakan atau PDKT. Tahap ini sangat menentukkan apakah hubungan akan berlanjut atau berhenti sampai disitu. Tahap PDKT adalah tahap observasi yang akan berlangsung sampai tahap pernikahan. Pada tahap ini, dua pribadi yang saling mengasihi baru akan memulai mengenal karakter / pribadi masing-masing. Tahap PDKT ini yang menjadi tahap batu uji cinta. Walter Trobisch, seorang pendeta dari Camerun, menuliskan beberapa batu uji cinta:
2.4. Ujian Pacaran
      Dalam menjalin sebuah hubungan pacaran pastilah akan menghadapi beberapa masalah. Oleh karena itu agar menjalin pacaran dengan benar dan agar berjalan sesuai dengan baik berikut adalah beberapa ujian yang aka nada dalam menjalin sebuah hubungan pacaran.
2.4.1. Ujian kesetiaan
Ams.19:22, sifat yang diinginkan pada seseorang ialah pada kesetiaannya.Dalam berpacaran kesetiaan perlu diperhatikan. Orang yang tidak setia dalam berpacaranbiasanya juga tidak setia ketika mereka sudah menikah. Orang yang takut kepada Tuhan akan setia kepada Tuhan. Dan orang yang setia kepada Tuhan pasti akan setia kepada kita.
2.4.2. Ujian pertengkaran
Yang paling penting dalam pertengkaran adalah kemampuan untuk saling mengampuni, jika terjadi konflik. Sikap perfeksionis akan menghambat seseorang dalam menenmukan psangan yang tepat.

2.4.3  Ujian Waktu
Dalam cinta ada sesuatu yang sangat berkesan yang membuat kita ingat, memikirkan, dan selalu ingin berada disisinya. Cinta sejati tidak akan pupus dimakan waktu dan tidak akan pudar ketika pasangan tidak cantik/ tampan lagi. Ini adalah tentang “I LOVE YOU” bukan “I LOVE YOUR BODY”. Alkitab member contoh yang sangat jelas, yaitu Yakub yang tergila-gila pada Rahel. 7 tahun dianggap seperti beberapa hari saja karena cintanya kepada Rahel (kej. 29: 20).
2.4.4. Mengambil keputusan.
Setelah melewati tahap PDKT yang baik, biasanya remaja akan membuat keputusan, apakah akan berpacaran dengan orang tersebut atau tidak. Jika para remaja laki-laki biasanya bingung, mau menyatakan perasaan cinta atau tidak, begitu juga dengan remaja perempuan. Mereka bingung menerima pernyataan cinta tersebut atau tidak.
2.5.  MASALAH PERCINTAAN REMAJA
Ketika remaja menjalin sebuah hubungan pacaran pastilah mempuyai beberapa masalah. Masalah yang sering dijumpai pada hubungan percintaan remaja akan menyababkan para remaja akan menghadapi stress atau bahkan depresi, masalah-masalah yang aka nada antara lai  adalah :
2.5.1 Berpacaran dengan orang yang tidak seiman.
2 Kor. 6: 14. “Terang” dan “gelap” tidak mungkin bersatu. Cara berpikir orang beriman jelas berbeda dengan orang yang tidak mengenal Kristus. Dalam Yohanes 14:15 Yesus berkata, “jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Tuhan telah memberi harapan petunjuk yang jelas di dalam Alkitab. Anda harus bertanya kepada diri sendiri, “apakah saya benar-benar mengasihi Tuhan? Apakah saya berkeinginan kuat untuk menyenangkan Dia sehingga saya mau patuh pada petunjukNya meski itu cukup berat”
Kita perlu mengerti mengapa Tuhan memberikan perintah-perintah di dalam Alkitab. Dengan demikian, kita tidak akan bereaksi buruk terhadap petunjuk-petunjuk Alkitabiah. Kita bisa meyakini bahwa kalau Tuhan melarang kita melakukan sesuatu, Ia tentu mempuyai alasan yang baik. Tuhan bukan Pribadi yang senang membrantas kesukaan. Ia tidak memburu orang-orang di bumi ini yang sedang senang dan berseru ke bawah, “ Hai kamu jangan senang” tidak Ia tidak pernah seperti itu.
Di dalam Alkitab banyak ayat yang melarang orang Kristen menikah dengan orang yang tidak percaya. Di dalam 2 Korintus 6:14. Di larangnya karena mereka akan berputar-putar pada lingkaran atau akan selalu berkelahi. Memang mereka bisa berhubungan secaa fisik, dan secara intelektual dan emosi. Tetapi tidak dapat berhubungan secara roh. Karena roh orang tidak percaya mati. Karena jika roh kita tidak benar maka akan berhubungan juga dengan yang lainya juga.
2.5.2. Cemburu
Pada masa remaja berpacaran, emosi mereka masih labil. Sehingga terkadang mereka merasa cemburu yang berlebihan dan terkadang tidak beralasan, dan akhirnya berimbas pada hubungan dengan pacarnya sendiri, teman, bahkan keluarga.
2.5.3. Kegalauan
Akibat dari emosi yang masih labil, remaja sangat mudah bahkan sensitive terhadap perasaannya terhadap orang yang mereka kasihi (pacar). Terkadang, ketika mereka bertengkar, remaja akan menjadi sedih, atau istilah yang sering digunakan pada saat ini mereka merasa sedang galau. Bahkan saat pacar tidak membalas sms, tidak menelpon, atau tidak ada kabar, remaja juga dengan mudah akan merasa “sedang galau”. Dampak paling parah dari rasa sedih/galau yang berlebihan bias membuat remaja depresi bahkan gila. Atau lebih parahnya bunuh diri.
2.5.4.      Seks
Seks sebenarnya adalah anugerah yang Tuhan beri untuk manusia bukan hanya untuk tujuan reproduksi, tapi juga Allah memandangnya sebagai sesuatu yang indah dan kudus, namun harus pada waktu dan tempat yang tepat. Artinya Allah tidak membenarkan hubungan seks sebelum pernikahan dan tidak membenarkan hubungan seks yang tidak wajar. Namun pada saat ini, manusia (remaja) kurang mengerti hakekat seks dan pengaplikasian seks dalam suatu hubungan. Seks yang seharusnya dilakukan pada saat telah menikah (Kej 2:24. Kid.2:7), bersifat suci, kudus, dan berharga, akhirnya menjadi tercemar. Mereka lebih cenderung menggunakan seks sebagai tanda bukti cinta dari pasangannya. Hal ini yang akhirnya menghancurkan banyak kehidupan remaja. Penyimpangan seksual yang sering dilakukan oleh remaja, antara lain:
a)      Porneia, kata ini menggambarkan macam-macam perbuatan seksual pranikah. Istilah ini menuju pada setipa kegiatan atau permainan seksual yang intim diluar hubungan pernikahan, termasuk menyentuh bagian-bagian kelamin atau menyikpakan ketelanjangan seseorang. Terangkum dalam pelanggaran moral yang dibenci Allah (Im 18:6-30; 20:11-12,19,19-21; I KOr 6:18; I Tes 4:3)
b)       Aselgeia, merujuk pada tidka adanya prinsip moral. Tidak bias menguasai diri secara seksual (I Tim 2:9)
c)      Pleonekteo, merampas kekudusan moral yang diinginkan Allah dengan memuaskan nafusnya sendiri. Membangkitkan nafsu seksual dari orang lain berarti mengeksploitasi orang tersebut.
Tuhan menghendaki jika seks hanya di lakukan dalam hubungan pernikahan. Seks itu bagaikan api, yang dapat membuat hangat rumah saat musim dingin, tetapi api juga dapat membuat rumah tersebut habis karena terbakar. Dengan tersebut dapat di katakana jika tempat yang paling tepat untuk melakukan seks adalah dalam naungan pernikahan. 
2.3. Pembinaan Remaja Kristen yang sedang pacaran
Lawrence O. Richards mengemukakan bahwa tujuan pembinaan warga gereja hanya dapat dipahami jika terlebih dahulu kita memahami tujuan gereja. Dari dasar pemikirannya tentang natur gereja sebagai organism yang hidup. Secara teologis panggilan gereja yang sering kita kenal antara lain ialah beribadah (liturgia), bersekutu (koinonia), pemberitaan (kerygma), mengajar (didache), melayani (diakonia), meneguhkan (profeteia), bersaksi (marturia). Oleh karena itu Gereja ini mempuyai kewajiban dalam melakukan suatu pembinaan kepada remaja yang sedang menjalin sebuah hubungan kepada orang yang biasa di sebut dengan pacaran.
2.3.1. Umur Untuk Berpacaran
            Saat berpacaran pada waktu umur yang tidak tepat akan menyebabkan seseorang sakit hati. Suatu hal, penelitian menunjukan bahwa semakin muda anda mulai berpacaran, semakin besar kemungkinan anda mulai bersunggguh-sungguh dan mencari pasangan yang tetap. Orang yang mulai mempuyai pasangan tetap pada usia yang lebih muda akan cenderung terlibat sex lebih mendalam karena banyak anak muda menjalani hidupnya dengan berpikir kalau apapun boleh[3], termasuk melakukan hubungan sex dengan pacar mereka. Mereka juga cenderung untuk menikah muda. Bahkan mereka mungkin  terpaksa menikah. Separuh dari remaja putri yang menikah di gereja sudah dalam keadaan hamil. Dan pernikahan yang terpaksa, sama seperti pernikahan orang-orang yang terlalu muda usianya, cenderung untuk gagal.
            Karena alasan ini dan alasan yang lain, maka tidak baik kalau mulai mencari-cari teman hidup selagi masih duduk di sekolah menengah. Tanyakan pada diri anda sendiri. “apakah saya akan memilih pasangan yang sama ketika saya berumur 25 dengan pasangan saya pada waktu umur 17 tahun ” bagi kenyakan dari kita, akan memilih jawaban yang tidak. Misalnya di sama saya merasa yakin saya jatuh cinta.[4]
 2.3.2. Harus Menyukai Diri Sendiri
Dalam diri remaja biasanya mereka tidak dapat menyukai dirinya sendiri, terkadang para remaja tidak dapat menerima keadaan apa adanya yang ada dalam dirinya. Merasa paling jelek karena pendek, tinggi, hitam, terlalu putih dan masih banyak lagi. Mereka selalu membandingkan dirinya dengan orang lain, terkadang menganggap dirinya lebih rendah dari orang lain. Dalam hal mengasihi orang lain kita harus terlebih dahulu mengasihi diri kita dahulu. Pendapat ini penting dan mengandung pengertian yang penting. Karena sebelum mengasihi orang lain, terlebih dahulu kita harus mengasihi diri sendiri. Dengan perkataan lain, kita harus menyukai diri kita terdahulu, baru orang lain akan menyukai kita.
Pengertian ini jelas terdapat dalam Alkitab. Yesus mengatakan bahwa kita harus mengasihi sesame manusia seperti kita mengasihi diri sendiri (Markus 12:31). Sebelum kita mengasihi orang lain, terlebih dahulu kita mengasihi diri sendiri dengan sehat. Maksunya bukan menjadi sombong akan diri sendiri atau tinggi hati, tetapi memiliki pandangan yang sehat terhadap diri sendiri.
Pengertian tentang terlebih dahulu mengasihi diri sendiri sebelum kita dapat dengan tulus mengasihi orang lain merupakan dasar hubungan pacaran yang sehat akan berhasil. Percaya diri adalah salah satu kunci hubungan kencan yang berhasil. Dan kunci untuk memperoleh percaya diri adalah menyukai diri anda sendiri[5]
2.3.3. bagaimana menolak ajakan untuk berpacaan
            Dalam hal berpacaran terkadang para remaja Kristen akan kesusahan dalam menolak ajakan berpacaran kepada orang lain. Terkadang malu, sungkan atau masalah yang lain. Hal yang paling utama adalah mengutamakan kehendak Tuhan dalam hidup kita. Terkadang para remaja mengutamakan dan menuruti arus hawa nafsunya. Bagaimana cara menolak ajakanya? Bisa dengan mengatakan jika maaf saya orang Kristen maka tidak dapat pergi denganmu.
            Agar dalam menolak kita dengan benar kita perlu memperhatika dua hal, yang pertama adalah perkataan kita, kita harus berkata dengan rendah hati dan dengan roh yang lembut. Kita jengan membuat orang itu tersakiti dengan perkataan kita. Yang kedua adalah menjelaskan dengan baik mengapa kita menolak ajakanya dan tidak mau pergi denganya. Jangan sampai kita membawa kekristenan kita menjadi alasan kita menolak ajakanya.
2.3.4. Memelihara Kesucian Seks
            Sebagai orang percaya, kita dalam menjalani pacaran harus tetap menjaga kesucian kita dalam berpacaran. Ada beberapa hal praktis yang dapat kita lakukan untuk mencegah agar kita tidak terperangkap ke dalam godaan seks yang terlalu sulit untk di atasi. Dalam 1 Korintus 10:13 Tuhan berjanji kepada kita bahwa Ia tidak akan membiarkan kita di cobia melampaui kekuatan kita. Namun bagaimanapun juga, janji itu tidak dapat di terapkan kalau kita sengaja menceburkan diri ke dalam keadaan yang tidak bisa kita atasi, atau sengaja memberi kesempatan kepada hawa nafsu untuk bangkit dan berkobar. Jadi, apa saja yang dapat kita lakukan agar kita tidak memberi kesempatan kepada hawa nafsu.
            Jika dalam berpacaran, pasangan kita membawa kita ke dalam hal yang tidak benar maka hal yang perlu kita lakukan adalah menolaknya dan kita harus dengan tegas mengatakan jika kita tidak akan  melakukan hal tersebut. Dan kita harus mengingatkan apa saja yang akan terjadi jika kita melakukan hal tersebut. Yang terpenting yang perlu dilakukan oleh para remaja Kristen supaya mereka dapat memelihara kesucian seks tersebut. Hal yang merupakan godaan terbesar adalah jika kita berkencan dengan orang yang mempuyai moral rendah. Tetapi kita perlu mengambil keputusan untuk menjaga agar pacaran yang di jalani tetap berpusat kepada Tuhan.
2.4. Menghadapi Putus Cinta Atau Cara Memutus Cinta
            Saat-saat yang paling menyakitkan dalam kehidupan seorang anak muda adalah dimana ia sedang menghadapi putus cinta. Hamper semua pemuda pernah merasakan putus cinta dan pernah merasa benar-benar terluka oleh karenanya. Putus cinta yang tidak baik dapat merusak perasaan, kerohanian, dan kesehatan seseorang. Jati diri seseorang yang di putus oleh sepihak dapat rusak karena apa penyebab ia di putus dan setelah itu akan merasa kesepian yang di sebabkan oleh sakit hati dan selalu mempuyai perasaan yang buruk kepada lawan jenis. Hal yang dapat di lakukan ketika kita di putus cinta dengan lawan sejanis adalah kita harus mempercayai Tuhan pasti sediakan seseorang yang lebih baik bagi kita. Saat berpacaran jika putus cinta adalah hal yang wajar tetapi jika sudah menikah kita harus tetap menjalani pernikahan itu seumur hidup, atau sampai mati.
            Hal yang perlu di lakukan ketika kita hendak memutus pasangab kita adalah dengan memberi tanda sebelumnya kepadanya. Kita perlu meminta nasehat kepada orang yang kita anggap mempuyai kerohanian yang lebih baik dari pada kita. Meskipun kita hendak memutuskanya kita harus bersikap baik kepadanya. Utarakan jika kita mengharagi hubungan yang sedang kita jalani denganya. Dan sudah sangat tertolong olehnya. Jangan sampai kita menjauhi secara tiba tanpa bilang apa-apa keadanya.



Bab III
Simpulan
Usia remaja identik dengan masa dimana mereka masuk kedalam tahap yang mengarah kelebih dewasa. Cinta remaja atau cinta monyet, pasti dialami setiap remaja. Pada tahap ini, remaja juga perlu dengan khusus dan serius dibimbing dalam Tuhan sehingga anak remaja tidak salah langkah. Pada tahap ini pula peran orangtua, Pembina remaja, hamba Tuhan sangat diperlukan. Dengan menjalin hubungan yang akrab dan hangat dengan setiap anak remaja yang kita layani, kita dapat dengan mudah mengarahkan mereka. Sekali lagi, tentu saja dengan memperhatikan latar belakang mereka, pola piker mereka, karakter mereka agar kita bias dengan mudah membangun kedekatan dengan mereka. Memang ada banyak metode yang disuguhkan untuk kita, sebagai pelayan anak remaja dalam melayani mereka,. Namun lebih tepat lagi, untuk menggunakan metode yang Tuhan Yesus terapkan ketika Ia mengajar anak muda yang banyak harta tersebut. Dengan penuh kasih, hangat dan terbuka, Tuhan Yesus membimbing anak muda itu. Dan ketika kita mendampingi anak remaja, kita dituntut juga untuk bisa mengerti keadaan mereka. Dalam masa merasakan cinta, dan berbagai masalahnya, kita dituntut juga untuk bisa menghargai perasaan remaja. Sehingga mereka bisa bercerita kepada kita, sehingga dengan mudah kita bisa membimbing mereka. Walaupun terdengar lucu atau bahkan norak, kita tidak bisa menertawakan mereka. Karena memang seperti itu fase kehidupan mereka. Hikmat yang daripada Tuhan juga sangat dibutuhkan dalam memahami karakter dan masalah-masalah remaja saat ini.




[1] Scott Kirby. 1989. Berkencan(Bandung: Lembaga Literatur Babtis), hlm.48.
[2] Yahya, Ayub. 2003. Bila Cinta Menyapa. Yogyakarta: Gloria Graffa.

[3] John c. Maxwell 2002. Remaja Hebat (Mitra Media) hlm.109.
[4] Ray E. Short . 1984. Seks, Berpacaran dan Cinta.( Bandung. Yayasan Kalam Hidup.) hlm.26
[5] Scott Kirby.2004. Berkencan dunia kawula muda(Bandung: Lembaga Literarut Babtis). Hlm.26.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar