PEMBINAAN
WARGA GEREJA REMAJA:
CINTA
REMAJA DAN MASALAHNYA
Bab
I
1.1 Pendahuluan
Pada
saat ini para remaja atau pemuda dalam gereja akan menjalin sebuah ikatan
dengan lawan jenis yang biasa di sebut pacaran. Kita semua membutuhkan cinta
kasih,[1]
Mengenai usia berpacaran, Alkitab tidak menjelaskan tentang batas usia menjalin
hubungan berpacaran atau berkencan. Tetapi Alkitab mencatat tentang suatu
hubungan sepasang kekasih (Maria dan Yusuf) yang pada saat itu menjalin
hubungan pertunangan. Alkitab tidak membahas tentang pacaran. Namun dalam
Alkitab lebih dikenal istilah pertunangan. Karena pada saat itu, ketika seorang
pria dan wanita menjalin hubungan, mereka sudah memiliki visi atau tujuan
kedepan untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius yaitu
menikah. Hal ini yang jarang terjadi pada dunia pacaran anak muda (remaja)
jaman sekarang. Terkadang, bagi remaja, berpacaran sifatnya temporer
(sementara), dan tanpa komitmen. Ini terjadi karena usia remaja memulai
hubungan pacaran masih terlalu muda bahkan kecil, untuk dapat memikirkan
pertimbangan-pertimbangan yang seharusnya dilakukan sebelum menjalin hubungan
berpacaran, dan juga dasar dalam menjalin hubungan lebih menjurus kepada
penilaian fisik dan pemuasan nafsu berhala, atau dengan kata lain, mereka
menggunakan cinta yang bersifat eros. Tidak jarang juga hubungan
berpacaran dilakukan hanya demi mendapat kepuasan psikologis seperti, pengakuan
dari teman/grup pertemanan (gank) untuk mendapat “penghargaan” karena
telah mempunyai pacar yang (mungkin) popular disekolah, terpandai disekolah,
tercantik/terganteng disekolah. Oleh sebab itu gereja atau hamba Tuhan perlu
melakuka sebuah pembinaan kepada remaja dan pemuda Kristen agar melakukan
pacaran yang sesuai dengan Alkitab.
Cinta
dalam kelompok remaja sering juga dikenal dengan sebutan “cinta monyet” yang
memiliki semangat mula-mula yang sangat besar, kurang pertimbangan dan biasanya
hanya berdasarkan ketertarikan fisik belaka. Cinta remaja merupakan salah satu
hal yang manis dan menarik dalam suatu fase kahidupan manusia. Kebanyakan dari
kita memiliki kisah sendiri tentang cinta remaja yang pernah kita alami dengan
seseorang yang kita anggap ideal untuk menjadi pasangan kita atau yang sering
dikenal dengan istilah “tipe idaman saya”. Namun dalam kemanisan hubungan cinta
remaja itu, ada banyak remaja yang terjebak dan terperangkap dalam jeratan
cinta yang labil itu. Kebanyakan diataranya membawa dampak yang cukup serius,
baik dalam waktu yang sedang dijalani maupun masa depan remaja itu. Oleh karena
itu, sebagai pembimbing dari remaja, kita perlu mengetahui masalah-masalah
percintaan khas remaja dan cara menjadi konselor yang baik bagi remaja
tersebut, karena masalah yang sering dianggap remeh oleh sebgaian orang ini
ternyata perlu mendapatkan perhatian mendalam dari kita orang dewasa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
dengan pendahuluan di atas, maka rumusan
masalahnya adalah bagaimana pembinaan kepada remaja dan pemuda yang sedang
berpacaran agar saat berpacaran sesuai dengan Prinsip-Prinsip yang ada di dalam
Alkitab dan dapat menjadi terang
Bab II
IsI
2.1 Pengertian Pacaran secara Umum
Pacaran
merupakan suatu tahap menuju jenjang yang lebih tinggi atau pernikahan, atau
pacaran dapat juga sebagai tahap
membentuk pribadi, atau belajar mempelajari sikap lawan jenis, juga belajar
bagaimana dalam menghadapi masalah dalam suatu hubungan, dan bagaimana cara
kita menyelesaikan masalah itu.
Dalam
berpacaran juga sangat diperlukan restu orang tua, karena orang tua merupakan
wali Tuhan di dunia dan orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi kita.
Pacaran merupakan dua orang dan dua sifat berbeda bertemu menjadi satu, tentu
akan banyak perbedaan, maka sangat diperlukan sikap pengertian. dan apabila
terjadi ketidakcocokan sangat diperlukan rekonsiliasi. tuntutan tidak akan
menyelesaikan masalah, tetapi malah menambah masalah baru, maka sifat
pengertian sangat diperlukan, disamping itu tentu harus ada sikap kejujuran dan
keterbuakaan, dan kepercayaan.
Pacaran
itu pasti akan timbul hal-hal yang baik maupun tidak, artinya kalau pacaran itu
dijalankan sesuai dengan aturannya, kemudian tidak macam-macam yang artinya
tidak melanggar jalur yang ditetapkan Tuhan, maka sebagian besar akan
menjalankannya dengan penuh kebahagiaan. Namun sebaliknya, apabila pacaran itu
dijalankan dengan semau saya, kemudian tidak takut pada Tuhan, maka jangan
harap berkibat baik. Di dunia bebas apalagi di Negara kita yang sudah 60
tahun merdeka, Anda bebas berpacaran, tetapi bebas dalam pengertian bukan
sembarangan. Tetap saja ada batas-batasnya, ada batas etika, moral ,sopan
santun.
2.2. Pacaran menurut pandangan
Kristen
Tuhan
menginginkan yang terbaik untuk kita dalam setiap aspek kehidupan. Termasuk
diantaranya hubungan kita dengan kekasih/pacar. Kita berkencan untuk
mendapatkan kesenangan, persahabatan, pengembangan kepribadian dan memilih
kawan, bukan untuk popularitas atau untuk merasa aman. Jangan biarkan
lingkungan pergaulan memaksa kamu memasuki situasi kencan yang kurang pantas.
Ketahuilah bahwa lebih dari 50% remaja putri dan lebih dari 40% remaja putra
tidak pernah berkencan pada masa-masa SMA. Alkitab memberikan kita beberapa
pegangan yang jelas untuk membimbing kita dalam membuat keputusan mengenai soal
kencan/pacaran.
Pacaran
artinya mempunyai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan atas
dasar cinta kasih. Artinya, kalau kita sudah siap mempunyai pacar, seharusnya
kita memulai mengenal pribadi, karakter, kebiasaan, dan tutur kata[2].
Mengenai
usia berpacaran, Alkitab tidak menjelaskan tentang batas usia menjalin hubungan
berpacaran atau berkencan. Tetapi Alkitab mencatat tentang suatu hubungan
sepasang kekasih (Maria dan Yusuf) yang pada saat itu menjalin hubungan
pertunangan. Alkitab tidak membahas tentang pacaran. Namun dalam Alkitab lebih
dikenal istilah pertunangan. Karena pada saat itu, ketika seorang pria dan
wanita menjalin hubungan, mereka sudah memiliki visi atau tujuan kedepan untuk
melanjutkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius yaitu menikah. Hal ini
yang jarang terjadi pada dunia pacaran anak muda (remaja) jaman sekarang.
Terkadang, bagi remaja, berpacaran sifatnya temporer (sementara), dan tanpa
komitmen. Ini terjadi karena usia remaja memulai hubungan pacaran masih terlalu
muda bahkan kecil, untuk dapat memikirkan pertimbangan-pertimbangan yang
seharusnya dilakukan sebelum menjalin hubungan berpacaran, dan juga dasar dalam
menjalin hubungan lebih menjurus kepada penilaian fisik dan pemuasan nafsu
berhala, atau dengan kata lain, mereka menggunakan cinta yang
bersifat eros. Tidak jarang juga hubungan berpacaran dilakukan hanya
demi mendapat kepuasan psikologis seperti, pengakuan dari teman dan yang akan grup
pertemanan (gank) untuk mendapat “penghargaan” karena telah mempunyai
pacar yang (mungkin) popular disekolah, terpandai disekolah,
tercantik/terganteng disekolah.
2.3.
Tahapan Pacaran
Dalam
melakukan sebuah hubungan pacaran terdapat tiga tahapan, dimana masing-masing
tahapan akan menggambarkan perbedaan suatu kualitas dalam hubungan pacaran.
Tahapan dalam pacaran tersebut adalah
2.3.1.
Berkenalan
Perkenalan bisa terjadi karena dua orang berada
dilingkungan yang sama, merasa tertarik, dan juga perkenalan bisa terjadi
dipertemuan yang tidak disengaja atau disengaja (blind date/ jasa mak
comblang). Pertimbangan awal dari perkenalan remaja yang akan berpacaran
biasanya diprioritaskan pada hal fisik, popularitas, dan materi. Tetapi hal
yang seharusnya menjadi prioritas utama, yaitu status iman, karakter,
seringkali dikesampingkan bahkan tidak dipertimbangkan sama sekali.
Pada tahap kenalan ini sebaiknya kita mencari
seseorang yang memiliki kesamaan persepsi, pandangan hidup, tujuan hidup, dan
kecocokan. Biasanya orang jatuh cinta karena ada kesamaan, bukan hanya karena
cantik/tampan semata.
2.3.2.
Penjajakan (PDKT/Pendekatan)
Setelah berkenalan, biasanya remaja melanjutkan ke
tahap berikutnya, yaitu penjajakan atau PDKT. Tahap ini sangat menentukkan
apakah hubungan akan berlanjut atau berhenti sampai disitu. Tahap PDKT adalah
tahap observasi yang akan berlangsung sampai tahap pernikahan. Pada tahap ini,
dua pribadi yang saling mengasihi baru akan memulai mengenal karakter / pribadi
masing-masing. Tahap PDKT ini yang menjadi tahap batu uji cinta. Walter Trobisch,
seorang pendeta dari Camerun, menuliskan beberapa batu uji cinta:
2.4.
Ujian Pacaran
Dalam menjalin sebuah hubungan pacaran
pastilah akan menghadapi beberapa masalah. Oleh karena itu agar menjalin
pacaran dengan benar dan agar berjalan sesuai dengan baik berikut adalah
beberapa ujian yang aka nada dalam menjalin sebuah hubungan pacaran.
2.4.1.
Ujian kesetiaan
Ams.19:22, sifat yang diinginkan
pada seseorang ialah pada kesetiaannya.Dalam berpacaran kesetiaan perlu
diperhatikan. Orang yang tidak setia dalam berpacaranbiasanya juga tidak setia
ketika mereka sudah menikah. Orang yang takut kepada Tuhan akan setia kepada
Tuhan. Dan orang yang setia kepada Tuhan pasti akan setia kepada kita.
2.4.2.
Ujian pertengkaran
Yang paling penting dalam pertengkaran
adalah kemampuan untuk saling mengampuni, jika terjadi konflik. Sikap
perfeksionis akan menghambat seseorang dalam menenmukan psangan yang tepat.
2.4.3
Ujian Waktu
Dalam cinta ada sesuatu yang sangat
berkesan yang membuat kita ingat, memikirkan, dan selalu ingin berada
disisinya. Cinta sejati tidak akan pupus dimakan waktu dan tidak akan pudar
ketika pasangan tidak cantik/ tampan lagi. Ini adalah tentang “I LOVE YOU”
bukan “I LOVE YOUR BODY”. Alkitab member contoh yang sangat jelas, yaitu Yakub
yang tergila-gila pada Rahel. 7 tahun dianggap seperti beberapa hari saja
karena cintanya kepada Rahel (kej. 29: 20).
2.4.4.
Mengambil keputusan.
Setelah melewati tahap PDKT yang baik,
biasanya remaja akan membuat keputusan, apakah akan berpacaran dengan orang tersebut
atau tidak. Jika para remaja laki-laki biasanya bingung, mau menyatakan
perasaan cinta atau tidak, begitu juga dengan remaja perempuan. Mereka bingung
menerima pernyataan cinta tersebut atau tidak.
2.5. MASALAH PERCINTAAN
REMAJA
Ketika
remaja menjalin sebuah hubungan pacaran pastilah mempuyai beberapa masalah.
Masalah yang sering dijumpai pada hubungan percintaan remaja akan menyababkan
para remaja akan menghadapi stress atau bahkan depresi, masalah-masalah yang
aka nada antara lai adalah :
2.5.1
Berpacaran dengan orang yang tidak seiman.
2 Kor. 6: 14. “Terang” dan “gelap” tidak
mungkin bersatu. Cara berpikir orang beriman jelas berbeda dengan orang yang
tidak mengenal Kristus. Dalam Yohanes 14:15 Yesus berkata, “jikalau kamu
mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Tuhan telah memberi
harapan petunjuk yang jelas di dalam Alkitab. Anda harus bertanya kepada diri
sendiri, “apakah saya benar-benar mengasihi Tuhan? Apakah saya berkeinginan
kuat untuk menyenangkan Dia sehingga saya mau patuh pada petunjukNya meski itu
cukup berat”
Kita perlu mengerti mengapa Tuhan
memberikan perintah-perintah di dalam Alkitab. Dengan demikian, kita tidak akan
bereaksi buruk terhadap petunjuk-petunjuk Alkitabiah. Kita bisa meyakini bahwa
kalau Tuhan melarang kita melakukan sesuatu, Ia tentu mempuyai alasan yang
baik. Tuhan bukan Pribadi yang senang membrantas kesukaan. Ia tidak memburu
orang-orang di bumi ini yang sedang senang dan berseru ke bawah, “ Hai kamu
jangan senang” tidak Ia tidak pernah seperti itu.
Di dalam Alkitab banyak ayat yang
melarang orang Kristen menikah dengan orang yang tidak percaya. Di dalam 2
Korintus 6:14. Di larangnya karena mereka akan berputar-putar pada lingkaran
atau akan selalu berkelahi. Memang mereka bisa berhubungan secaa fisik, dan
secara intelektual dan emosi. Tetapi tidak dapat berhubungan secara roh. Karena
roh orang tidak percaya mati. Karena jika roh kita tidak benar maka akan
berhubungan juga dengan yang lainya juga.
2.5.2. Cemburu
Pada masa remaja berpacaran, emosi mereka
masih labil. Sehingga terkadang mereka merasa cemburu yang berlebihan dan
terkadang tidak beralasan, dan akhirnya berimbas pada hubungan dengan pacarnya
sendiri, teman, bahkan keluarga.
2.5.3. Kegalauan
Akibat dari emosi yang masih labil,
remaja sangat mudah bahkan sensitive terhadap perasaannya terhadap orang yang
mereka kasihi (pacar). Terkadang, ketika mereka bertengkar, remaja akan menjadi
sedih, atau istilah yang sering digunakan pada saat ini mereka merasa sedang
galau. Bahkan saat pacar tidak membalas sms, tidak menelpon, atau tidak ada
kabar, remaja juga dengan mudah akan merasa “sedang galau”. Dampak paling parah
dari rasa sedih/galau yang berlebihan bias membuat remaja depresi bahkan gila.
Atau lebih parahnya bunuh diri.
2.5.4. Seks
Seks sebenarnya adalah anugerah yang
Tuhan beri untuk manusia bukan hanya untuk tujuan reproduksi, tapi juga Allah
memandangnya sebagai sesuatu yang indah dan kudus, namun harus pada waktu dan
tempat yang tepat. Artinya Allah tidak membenarkan hubungan seks sebelum
pernikahan dan tidak membenarkan hubungan seks yang tidak wajar. Namun pada
saat ini, manusia (remaja) kurang mengerti hakekat seks dan pengaplikasian seks
dalam suatu hubungan. Seks yang seharusnya dilakukan pada saat telah menikah
(Kej 2:24. Kid.2:7), bersifat suci, kudus, dan berharga, akhirnya menjadi
tercemar. Mereka lebih cenderung menggunakan seks sebagai tanda bukti cinta
dari pasangannya. Hal ini yang akhirnya menghancurkan banyak kehidupan remaja.
Penyimpangan seksual yang sering dilakukan oleh remaja, antara lain:
a) Porneia, kata
ini menggambarkan macam-macam perbuatan seksual pranikah. Istilah ini menuju
pada setipa kegiatan atau permainan seksual yang intim diluar hubungan
pernikahan, termasuk menyentuh bagian-bagian kelamin atau menyikpakan ketelanjangan
seseorang. Terangkum dalam pelanggaran moral yang dibenci Allah (Im 18:6-30;
20:11-12,19,19-21; I KOr 6:18; I Tes 4:3)
b) Aselgeia,
merujuk pada tidka adanya prinsip moral. Tidak bias menguasai diri secara
seksual (I Tim 2:9)
c) Pleonekteo, merampas
kekudusan moral yang diinginkan Allah dengan memuaskan nafusnya sendiri.
Membangkitkan nafsu seksual dari orang lain berarti mengeksploitasi orang
tersebut.
Tuhan
menghendaki jika seks hanya di lakukan dalam hubungan pernikahan. Seks itu
bagaikan api, yang dapat membuat hangat rumah saat musim dingin, tetapi api
juga dapat membuat rumah tersebut habis karena terbakar. Dengan tersebut dapat
di katakana jika tempat yang paling tepat untuk melakukan seks adalah dalam
naungan pernikahan.
2.3. Pembinaan Remaja Kristen yang
sedang pacaran
Lawrence O. Richards mengemukakan bahwa tujuan
pembinaan warga gereja hanya dapat dipahami jika terlebih dahulu kita memahami
tujuan gereja. Dari dasar pemikirannya tentang natur gereja sebagai organism
yang hidup. Secara teologis panggilan gereja yang sering kita kenal antara
lain ialah beribadah (liturgia), bersekutu (koinonia),
pemberitaan (kerygma), mengajar (didache), melayani (diakonia),
meneguhkan (profeteia), bersaksi (marturia). Oleh karena itu
Gereja ini mempuyai kewajiban dalam melakukan suatu pembinaan kepada remaja
yang sedang menjalin sebuah hubungan kepada orang yang biasa di sebut dengan
pacaran.
2.3.1.
Umur Untuk Berpacaran
Saat berpacaran pada waktu umur yang
tidak tepat akan menyebabkan seseorang sakit hati. Suatu hal, penelitian
menunjukan bahwa semakin muda anda mulai berpacaran, semakin besar kemungkinan
anda mulai bersunggguh-sungguh dan mencari pasangan yang tetap. Orang yang
mulai mempuyai pasangan tetap pada usia yang lebih muda akan cenderung terlibat
sex lebih mendalam karena banyak anak muda menjalani hidupnya dengan berpikir
kalau apapun boleh[3],
termasuk melakukan hubungan sex dengan pacar mereka. Mereka juga cenderung
untuk menikah muda. Bahkan mereka mungkin terpaksa menikah. Separuh dari remaja putri
yang menikah di gereja sudah dalam keadaan hamil. Dan pernikahan yang terpaksa,
sama seperti pernikahan orang-orang yang terlalu muda usianya, cenderung untuk
gagal.
Karena alasan ini dan alasan yang
lain, maka tidak baik kalau mulai mencari-cari teman hidup selagi masih duduk
di sekolah menengah. Tanyakan pada diri anda sendiri. “apakah saya akan memilih
pasangan yang sama ketika saya berumur 25 dengan pasangan saya pada waktu umur
17 tahun ” bagi kenyakan dari kita, akan memilih jawaban yang tidak. Misalnya
di sama saya merasa yakin saya jatuh cinta.[4]
2.3.2. Harus Menyukai Diri Sendiri
Dalam
diri remaja biasanya mereka tidak dapat menyukai dirinya sendiri, terkadang
para remaja tidak dapat menerima keadaan apa adanya yang ada dalam dirinya.
Merasa paling jelek karena pendek, tinggi, hitam, terlalu putih dan masih
banyak lagi. Mereka selalu membandingkan dirinya dengan orang lain, terkadang
menganggap dirinya lebih rendah dari orang lain. Dalam hal mengasihi orang lain
kita harus terlebih dahulu mengasihi diri kita dahulu. Pendapat ini penting dan
mengandung pengertian yang penting. Karena sebelum mengasihi orang lain,
terlebih dahulu kita harus mengasihi diri sendiri. Dengan perkataan lain, kita
harus menyukai diri kita terdahulu, baru orang lain akan menyukai kita.
Pengertian
ini jelas terdapat dalam Alkitab. Yesus mengatakan bahwa kita harus mengasihi
sesame manusia seperti kita mengasihi diri sendiri (Markus 12:31). Sebelum kita
mengasihi orang lain, terlebih dahulu kita mengasihi diri sendiri dengan sehat.
Maksunya bukan menjadi sombong akan diri sendiri atau tinggi hati, tetapi
memiliki pandangan yang sehat terhadap diri sendiri.
Pengertian
tentang terlebih dahulu mengasihi diri sendiri sebelum kita dapat dengan tulus
mengasihi orang lain merupakan dasar hubungan pacaran yang sehat akan berhasil.
Percaya diri adalah salah satu kunci hubungan kencan yang berhasil. Dan kunci
untuk memperoleh percaya diri adalah menyukai diri anda sendiri[5]
2.3.3. bagaimana menolak ajakan untuk
berpacaan
Dalam
hal berpacaran terkadang para remaja Kristen akan kesusahan dalam menolak
ajakan berpacaran kepada orang lain. Terkadang malu, sungkan atau masalah yang
lain. Hal yang paling utama adalah mengutamakan kehendak Tuhan dalam hidup
kita. Terkadang para remaja mengutamakan dan menuruti arus hawa nafsunya.
Bagaimana cara menolak ajakanya? Bisa dengan mengatakan jika maaf saya orang
Kristen maka tidak dapat pergi denganmu.
Agar
dalam menolak kita dengan benar kita perlu memperhatika dua hal, yang pertama
adalah perkataan kita, kita harus berkata dengan rendah hati dan dengan roh
yang lembut. Kita jengan membuat orang itu tersakiti dengan perkataan kita.
Yang kedua adalah menjelaskan dengan baik mengapa kita menolak ajakanya dan
tidak mau pergi denganya. Jangan sampai kita membawa kekristenan kita menjadi
alasan kita menolak ajakanya.
2.3.4. Memelihara Kesucian Seks
Sebagai
orang percaya, kita dalam menjalani pacaran harus tetap menjaga kesucian kita
dalam berpacaran. Ada beberapa hal praktis yang dapat kita lakukan untuk
mencegah agar kita tidak terperangkap ke dalam godaan seks yang terlalu sulit
untk di atasi. Dalam 1 Korintus 10:13 Tuhan berjanji kepada kita bahwa Ia tidak
akan membiarkan kita di cobia melampaui kekuatan kita. Namun bagaimanapun juga,
janji itu tidak dapat di terapkan kalau kita sengaja menceburkan diri ke dalam
keadaan yang tidak bisa kita atasi, atau sengaja memberi kesempatan kepada hawa
nafsu untuk bangkit dan berkobar. Jadi, apa saja yang dapat kita lakukan agar
kita tidak memberi kesempatan kepada hawa nafsu.
Jika
dalam berpacaran, pasangan kita membawa kita ke dalam hal yang tidak benar maka
hal yang perlu kita lakukan adalah menolaknya dan kita harus dengan tegas
mengatakan jika kita tidak akan
melakukan hal tersebut. Dan kita harus mengingatkan apa saja yang akan
terjadi jika kita melakukan hal tersebut. Yang terpenting yang perlu dilakukan
oleh para remaja Kristen supaya mereka dapat memelihara kesucian seks tersebut.
Hal yang merupakan godaan terbesar adalah jika kita berkencan dengan orang yang
mempuyai moral rendah. Tetapi kita perlu mengambil keputusan untuk menjaga agar
pacaran yang di jalani tetap berpusat kepada Tuhan.
2.4.
Menghadapi Putus Cinta Atau Cara Memutus Cinta
Saat-saat
yang paling menyakitkan dalam kehidupan seorang anak muda adalah dimana ia
sedang menghadapi putus cinta. Hamper semua pemuda pernah merasakan putus cinta
dan pernah merasa benar-benar terluka oleh karenanya. Putus cinta yang tidak
baik dapat merusak perasaan, kerohanian, dan kesehatan seseorang. Jati diri
seseorang yang di putus oleh sepihak dapat rusak karena apa penyebab ia di
putus dan setelah itu akan merasa kesepian yang di sebabkan oleh sakit hati dan
selalu mempuyai perasaan yang buruk kepada lawan jenis. Hal yang dapat di
lakukan ketika kita di putus cinta dengan lawan sejanis adalah kita harus
mempercayai Tuhan pasti sediakan seseorang yang lebih baik bagi kita. Saat
berpacaran jika putus cinta adalah hal yang wajar tetapi jika sudah menikah
kita harus tetap menjalani pernikahan itu seumur hidup, atau sampai mati.
Hal
yang perlu di lakukan ketika kita hendak memutus pasangab kita adalah dengan
memberi tanda sebelumnya kepadanya. Kita perlu meminta nasehat kepada orang
yang kita anggap mempuyai kerohanian yang lebih baik dari pada kita. Meskipun kita
hendak memutuskanya kita harus bersikap baik kepadanya. Utarakan jika kita
mengharagi hubungan yang sedang kita jalani denganya. Dan sudah sangat
tertolong olehnya. Jangan sampai kita menjauhi secara tiba tanpa bilang apa-apa
keadanya.
Bab
III
Simpulan
Usia
remaja identik dengan masa dimana mereka masuk kedalam tahap yang mengarah
kelebih dewasa. Cinta remaja atau cinta monyet, pasti dialami setiap remaja.
Pada tahap ini, remaja juga perlu dengan khusus dan serius dibimbing dalam
Tuhan sehingga anak remaja tidak salah langkah. Pada tahap ini pula peran
orangtua, Pembina remaja, hamba Tuhan sangat diperlukan. Dengan menjalin
hubungan yang akrab dan hangat dengan setiap anak remaja yang kita layani, kita
dapat dengan mudah mengarahkan mereka. Sekali lagi, tentu saja dengan
memperhatikan latar belakang mereka, pola piker mereka, karakter mereka agar
kita bias dengan mudah membangun kedekatan dengan mereka. Memang ada banyak
metode yang disuguhkan untuk kita, sebagai pelayan anak remaja dalam melayani
mereka,. Namun lebih tepat lagi, untuk menggunakan metode yang Tuhan Yesus
terapkan ketika Ia mengajar anak muda yang banyak harta tersebut. Dengan penuh
kasih, hangat dan terbuka, Tuhan Yesus membimbing anak muda itu. Dan ketika
kita mendampingi anak remaja, kita dituntut juga untuk bisa mengerti keadaan
mereka. Dalam masa merasakan cinta, dan berbagai masalahnya, kita dituntut juga
untuk bisa menghargai perasaan remaja. Sehingga mereka bisa bercerita kepada
kita, sehingga dengan mudah kita bisa membimbing mereka. Walaupun terdengar
lucu atau bahkan norak, kita tidak bisa menertawakan mereka. Karena memang
seperti itu fase kehidupan mereka. Hikmat yang daripada Tuhan juga sangat
dibutuhkan dalam memahami karakter dan masalah-masalah remaja saat ini.
[1]
Scott Kirby. 1989. Berkencan(Bandung: Lembaga Literatur Babtis), hlm.48.
[2] Yahya,
Ayub. 2003. Bila Cinta Menyapa. Yogyakarta: Gloria Graffa.
[3]
John c. Maxwell 2002. Remaja Hebat (Mitra Media) hlm.109.
[4]
Ray E. Short . 1984. Seks, Berpacaran dan Cinta.( Bandung. Yayasan Kalam Hidup.)
hlm.26
[5]
Scott Kirby.2004. Berkencan dunia kawula muda(Bandung: Lembaga Literarut
Babtis). Hlm.26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar