Kerajaan Allah menurut Injil Lukas
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Tema Kerajaan Allah adalah satu tema yang sangat besar,[1]
salah satu injil yang menulis tentang Kerajaan Allah adalah Injil Lukas. Injil Lukas
ditulis oleh Lukas sendiri yang merupakan seorang tabib dan sahabat Rasul
Paulus sendiri. Meskipun kitab ini tidak pernah mengatakan bahwa Lukas adalah
penulisnya, para pemimpin Kristen pada abad ke-2 mengatakan bahwa Lukas yang
menulisnya. Ciri khas lukas dalam bagian pengajaran ini (9:51-19:27) ialah
bahwa dalam bagian ini ia tidak menonjolkan urutan waktu dan keterangan tempat
karena di sini Lukas menekankan isi pelayanan Yesus (terutama kata-katanNya).[2]
Kisah ini mengambil tempat terutama didaerah yang sekarang bernama Israel, dengan beberapa adegan dari sebelah timur sungai Yordan, yang
sekarang adalah Yordania Utara. Banyak pelayanan Yesus mengambil tempat di
daerah kampung halamanNya di Galilea, di Israel Utara. Dan salah satu pokok
penting dalam ajaran Yesus yang di tulis oleh Lukas adalah tentang mengenai
Kerajaan Allah, sebagaimana oleh para Nabi telah di Nubuatkan ji ka Yesus akan
menduduki takhta daud. Takhta Daud pastilah mengenai kerajaan. Tafsiran –
Tafsiran tentang Kerajaan Allah terdapat dalam beberapa bentuk yang
berbeda-beda dengan detail yang sangat bervariasi. Dari Agustinus sampai para
reformator, pandangan yang lazim adalah bahwa Kerajaan Allah dalam atau yang
lain hal disamakan dengan gereja.[3]
Oleh sebab itu di sini penulis akan memaparkan kerajaan Allah menurut Injil
Lukas. penting untuk menafsirkan pemberitaan Yesus. Karena salah satu dari
persoalan besar ialah bagaimana kerajaan Allah itu bisa bersifat yang akan
datang dan sekaligus masa kini.
1.2. Rumusan masalah
1. bagaimana
Injil Lukas menjelaskan tentang kerajaan Allah
1.3 Tujuan penulisan
Setiap
Injil dalam Alkitab memaparkan Kerjaan Allah. Oleh sebab itu di sini Tujuan
dari penulisan mengenai kerajaan Allah menurut Injil Lukas adalah agar
dapat memahami bagaimana Injil Lukas
menjelaskan Kerajaan Allah. Dan dapat mengerti tentang kerajaan Allah dari
Injil Lukas.
Bab II
Isi
2.1. Pengertian Kerajaan Allah
Beberapa prikop dalam Injil Lukas (Luk. 4:43; 8:1;
9:11) menunjukkan bahwa pokok mengenai Kerajaan Allah terlihat dalam
pemberitaan Yesus. Istilah Basileia tou
Theou (Kerajaan Allah) terutama dipakai dalam Injil ini untuk menunjuk
kepada campur tangan Allah dalam sejarah manusia untuk mendirikan kerajaanNya. Beberapa waktu terjemahan RSV menerjemahkan kata basileia dengan kata
“Kerajaan” atau kekuasaan raja.[4]
Jadi ungkapan Kerajaan Allah dalam Injil Lukas
lebih menekankan aksi atau tindakan Allah dari pada pemberitaan tentang
Kerajaan Allah itu sendiri. Dalam perkataan lain, tekanan yang sangat kuat
tentang Kerajaan Allah itu terletak pada diri Yesus sebagai wakil Allah yang
melaluiNya pemerintahan Allah itu terwujudkan.[5]
Apa arti
“Kerajaan Allah” menurut Firman Tuhan sendiri ? pertama-tama, kita perlu
mengerti bahwa tidak ada perbedaan pokok antara istilah “Kerajaan Allah” dan
“Kerajaan Surga/Sorga” yang di gunakan Yesus dan para penulis Injil. Ada banyak
bukti yang dapat di sebutkan.[6]
Dan arti dari Kerajaan Allah dan Kerajaan surga adalah sama. Dalam Injil Lukas
menggunakan kata KerajaanAllah dikarenakan Injil Lukas di tulis untuk kaum
Yunani dimana akan lebih mudah mengerti jika menggunakan kata Kerajaan Allah.
Tetapi jika kita melihat Injil Matius akan di temukan menggunakan kata Kerajaan
Surga karena Matius adalah orang Yahudi asli dan nama Allah adalah nama Kudus
tidak sembarang saja di ucapkan. Jadi Kerajaan Allah dan Kerajaan Surga
memiliki arti yang sama yaitu tempat dimana Allah yang berkuasa dan dapat
melaksanakan semua kehendaknya. Kerajaan Allah pada dasarnya adalah
pemerintahan Allah. Kerajaan Allah adalah kedaulatan Allah yang sedang berkerja.
Pemerintahan Allah terwujud
pada waktu sekarang dan pada masa mendatang dan karena itu ada kerajaan pada
waktu sekarang dan kerajaan masa mendatang yang di dalamnya manusia dapat
menikmati berkat pemerintahan Allah.[7]
Penekanan Lukas terhadap sejarah membuat adanya perbedaan pengutipan
pengajaran Yesus tentang Kerajaan Allah dalam Markus 1:14- 15 dengan Lukas
4:14-15, dimana Lukas mengutip secara berbeda dengan yang Matius lakukan
(Matius 4:12-17). Namun lebih lanjut
Samuel Hakh menjelaskan bahwa hal itu tidak berarti Lukas mengabaikan
pemberitaan tentang Kerajaan Allah sebagai pokok pemberitaan Yesus. Hal tersebut akan menjadi jelas, jika membaca
Lukas 4:43; 8:1 dan 9:11. Lukas 4:43, Yesus berkata: “juga di kota-kota lain
Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku
diutus.” Demikian juga pasal 8:1 “Yesus
berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil
Kerajaan Allah. Sementara itu pasal 9:11
“Ia menerima mereka dan berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan
Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan.” “Lebih lanjut Tuhan Yesus menjelaskan bahwa
siapa saja yang menerima pengajaran-Nya dan misi-Nya sudah masuk Kerajaan Allah
pada saat ini (Lukas 16:16).” Dengan demikian, jelas bahwa Lukas pun memberi
perhatian tentang Kerajaan Allah; hanya saja berbeda dengan Matius dan Markus,
Lukas lebih menekankan “aksi atau tindakan Allah dari pada pemberitaan tentang
Kerajaan Allah itu sendiri.” Akan
tetapi, bagaimana pun Lukas juga sependapat bahwa Kerajaan Allah memiliki
dimensi kekinian dan juga futuris yang akan terjadi di masa mendatang (Lukas
9:27 bnd Lukas 10:9).
2.2. Makna
Kerajaan Allah Terjadi sekarang
Terhadap pemberitaan Kerajaan Allah oleh Yesus, C.H.
Dodd berpendapat bahwa Kerajaan Allah adalah suatu eskatologi yang secara penuh
telah terwujud pada masa kini.[8]
Menurut Conzelman berpendapat bahwa waktu pemenuhan itu merupakan suatu periode
yang berlangsung sebelum kedatangan Kerajaan Allah, suatu periode penuh
pengharapan tetapi belum waktunya Kerajaan Allah itu. Sedangkan menurut
Marshall bahwa kerajaan itu telah datang selama pelayanan Yesus, namun
pemenuhannya masih di depan. Karena itu, Yesus sendiri berbicara baik masa kini
maupun masa depan kerajaan itu.[9] Penafsiran lain menghubungkan kerajaan Allah dengan Gereja. Sejak zaman
Agustinus, Kerajaan Allah sudah di definisikan dengan Gereja. Waktu Gereja
bertumbuh, Kerajaan Allah bertumbuh dan meluas di dunia ini. [10]
Dalam Injil Lukas ada beberapa teks yang berbicara
tentang kehadiran Kerajaan Allah pada masa kini, Lukas 11:20 “Tetapi jika Aku
mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah
datang kepadamu” (bnd. Mat.12:28). Dalam teks itu Matius memakai ungkapan
“kuasa Roh Allah”, sedangkan Lukas memakai ungkapan “jari Allah”. Yesus,
menurut Lukas, meminjam istilah itu dari Kel.8:19; Ul.9:10; bnd. Mzm. 8:4.
Ungkapan “tangan Allah” atau “jari Allah” dalam pasal-pasal itu menggambarkan
kuasa Allah yang telah Allah wujudkan dengan membawa bangsa Israel keluar dari
Mesir ke Kanaan. Maka Yesus, menurut Lukas, mengutip ungkapan itu untuk
menegaskan bahwa kuasa Allah itu kini sedang berlaku juga dalam pelayananNya.
Berlakunya kuasa Allah itu nyata pada tindakan pembebasan manusia dari
kungkungan kuasa setan kepada suatu kehidupan yang berpengharapan.[11]
Lukas 17:21b, “…Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada
di antara kamu”. Teks ini merupakan jawaban Yesus terhadap pertanyaan
orang-orang Farisi apabila kerajaan Allah itu telah datang. Lalu Yesus menjawab
katanya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang
tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab
sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu”. Kerajaan Allah entos humon estin (ada diantara kamu),
ada beberapa pendapat mengenai ini. Pertama, ada yang berpendapat bahwa maksud
Yesus adalah kerajaan Allah yang ada dihatimu. Pendapat lain oleh Richard
Hiers, bahwa maksud Yesus dengan ungkapan itu adalah menunjuk ke masa depan,
ketika kerajaan itu datang dengan kuasanya.[12]
Menurut Colin H. Roberts, bahwa maksud Yesus dengan ungkapan itu adalah
Kerajaan Allah ada didalam jangkauanmu. Selain itu menurut Kummel, bahwa maksud
Yesus adalah Kerajaan Allah hadir di dalam diri Yesus. Maka kehadiran Yesus
diantara orang Yahudi adalah kehadiran Kerajaan Allah diantara mereka.[13]
Bila dilihat dari sudut pandang Lukas, didalam diri Yesus kuasa Kerajaan Allah
itu sedang bekerja. Oleh sebab itu melalui pelayanan Yesus orang mengalami
aktivitas kuasa Kerajaan Allah itu. Sungguh pun demikian, pemenuhan itu masih
ada di depan.[14]
Dalam Lukas 17:20-21 juga, pernyataan ini merupakan
jawaban Yesus atas pertanyaan mengenai Kerajaan itu, kerena itu harus dipandang
sebagai petunjuk khusus tentang sifat kekinian Kerajaan, yang diperhadapkan
dengan penekanan yang lazim atas Kerajaan pada masa depan. Pernyataan ini juga
mengungkapkan sifat Kerajaan yang non-politis. Apa yang Yesus katakana berarti,
Kerajaan bukanlah sesuatu yang dapat kelihatan atau ditunjuk (“Orang tidak
dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada disana”).[15]
Lukas 16:16, “Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku
sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan
setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.” Yang hendak ditekankan disini
adalah bahwa dengan rumusan teks itu Lukas menempatkan Yohanes Pembaptis pada
barisan para nabi di masa lampau. Masa lampau itu diikuti oleh masa kini yakni
masa dimana Kerajaan Allah diberitakan. Pandangan ini sesuai dengan pembagian
sejarah keselamatan menurut Lukas. Ia membagi sejarah itu atas tiga masa yaitu
masa lampau (zaman hukum Taurat dan nabi-nabi), masa kini (masa Yesus sebagai
pusat sejarah) dan masa depan. Dengan demikian melalui teks ini Yesus, menurut
Injil Lukas, hendak menyatakan bahwa masa kini adalah masa pemberitaan Kerajaan
itu, sehingga orang berebut memasukinya. Kesimpulan ini secara tidak langsung
menyatakan bahwa Kerajaan Allah itu sedang hadir pada masa kini.[16]
Bila kita perhatikan teks Luk.11:20 bahwa Kerajaan
Allah telah hadir dalam pelayanan Yesus. Kehadiran itu terbukti dengan
pengusiran setan dengan kuasa Allah. Sementara Luk. 10:9 menyatakan bahwa
Kerajaan Allah sudah dekat kepada mereka yang mendengar pemberitaan murid-murid
itu, dan mereka dapat mengalami kuasa kerajaan itu apabila mereka menyambut
kerajaan itu.
2.3. Makna
Kerajaan Allah yang akan datang
Zaman yang
akan datang itu senantiasa di pandang dari titik pandang maksud penebusa Allah
bagi manusia, bukan dari titik pandang orang jahat. Pencapaian “zaman itu”,
yakni zaman yang akan datang, adalah berkat yang disediakan bagi uamt Allah.
Zaman itu akan ditahbiskan dengan kebangkitan kematian (Luk. 20:35), dan
merupakan zaman maut tidak ada lagi. Orang-orang yang mencapai zaman itu akan
menjadi seperti malaikat karena mereka tidak dapat mati lagi. Hanya pada waktu
itulah mereka mengalami seluruh makna menjadi anak-anak Allah (Luk 20:34-36).
Itu sebabnya hidup kebangkitan adalah hidup kekal – kehidupan Zaman yang akan
datang – kehidupan kerajaan Allah.[17]
Mengenai Kerajaan Allah yang akan
datang Lukas mempertahankan untuk memelihara pengharapan Jemaat. Menurut Lukas,
Yesus akan datang dalam KerajaanNya, namun kedatanganNya itu tidak diketahui
orang maka jemaat dinasehati agar dengan sabar berjaga-jaga dan tetap bertahan
menantikan Dia (Luk. 21:19). Jadi, Kerjaan Allah adalah realisasi kehendak Allah serta kegembiraan
karena berkat-berkat yang menyertainya. Namun di dalam pernjian baru
menyebutkan dengan jelas bahwa kehendak Allah tidak akan secara sempurna di
wujudkan pada masa sekarang.[18]
(Luk.3:3).
Dari teks ini Lukas menghindari kata Kerajaan Surga. Lukas hendak menekankan
pertobatan sebagai tindakan perubahan sikap dalam menyambut baptisan.
Dalam Lukas 10:9, Yesus mengutus
tujuh puluh murid, tidak hanya menyembuhkan orang sakit tetapi juga
memberitakan bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat padamu” (eph humas he Basileia tou Theou). Ungkapan yang sama, Yesus ulangi sekali lagi
pada ayat 11. Menurut Nolland dan Danker, Lukas menyisipkan itu untuk
menegaskan adanya suatu realitas masa depan eskatologis yang sekarang telah
membelah masuk ke dalam dunia dalam kedatangan Yesus. Melalui kehadiranNya,
Kerajaan Allah hadir diantara umat manusia namun pemenuhannya masih dinantikan
dimasa depan. [19]
Kerajaan Allah ini masih akan datang
dalam arti bahwa pemerintahan Allah ini belum sepenuhnya menjadi kenyataan di
dunia ini. Maka murid Yesus harus berperilaku “seperti” mereka sudah menjadi
anggota Kerajaan Allah. Ketaatan mutlak dalam keadaan manusia. [20]Unsur-unsur
utama kedatangan Kerajaan Allah sudah dimulai dalam kehidupan Yesus dan
kematianNya, yang dibenarkan oleh kebangkitanNya.[21]
Hidup, kematian dan kebangkitan
Yesus Kristus memulai penggenapan zaman Mesias, dan dalam Lukas Kerajaan Allah
tetap merupakan pokok pengharapan (Luk. 20:35). Jadi peristiwa kedatangan itu
akan digenapi secara tuntas pada saat Ia datang kelak dalam kemuliaan.[22]
Penegasan mengenai kedatangan itu
digambarkan dalam perumpamaan tentang hamba yang menantikan kedatangan kembali
tuannya. Karena kedatangan kembali laksana pencuri maka hamba itu dinasehati
agar berjaga-jaga (Luk.12:38-40, 42-46). Demikianlah kedatangan Kerajaan Allah
melalui Anak Manusia itu. KedatanganNya tidak diketahui oleh seorangpun maka
jemaat dinasehati agar berjaga-jaga dan memiliki hati yang bijak untuk menilai
tanda-tanda zaman ini (Luk.12:54-59).
Untuk
mengerti pokok ini dan dapat memahami bagaimana kerajaan Allah dapat merupakan
kerajaan masa mendatang, tetapi sudah ada sekarang, kita perlu membandingkan
kebenaran ini dengan satu ajaran lain dalam Alkitab yang jarang di bicarakan
dan yang mungkin kelihatran baru bagi sebagian orang. Dalam istilah Kristen
popular, kehidupan pada zaman ini sering kali di sebut kehidupan di bumi, dan
kehidupan masa mendatang di sebut sebagai kehidupan di surga. Kita menjalani
kehidupan lahiriah di bumi, tetapi keselamatn yang akan datang akan di
sempurnakan di surge. Pendekatan yang lebih filosofis membedakan waktu dan
kekekalan seolah-olah keduanya menunjukan dua model kehidupan yang berbeda.
Hidup yang kita jalani sekarang dalam waktu dan hidup yang akan datang di luar
waktu yakni dalam kekekalan.[23]
kita telah mengetahui bahwa Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah yang
mengalahkan musuh-musuhNya, yang membawa manusia menikmati berkat-berkat
pemerintahan ilahi itu. Kita telah mengetahui bahwa pemerintahan Allah
dilaksanakan dalam tiga tindakan besar sehingga kita bisa mengatakan bahwa
kerajaan datang dalam tiga tahap. Kemenangan ketiga dan terakhir terjadi pada
akhir masa seribu tahun, ketika maut, iblis, dan dosa akhirnya dimusnakahkan
dan Kerajaan itu dinyatakan dalam kesempurnaan penuh. Kemenangan kedua terjadi
pada permulaan masa seribu tahun katika Iblis dirantai dalam lubang jurang
maut. Walau demikian, rupanya dosa dan kematian tetap berlanjut sepanjang
periode ini karena maut belum di lemparkan ke dalam lautan api sebelum tiba
akhir masa Seribu Tahun.[24]
Dan kita
sekali lagi akan menjumpai Penegasan
tentang kedatangan kembali itu disampaikan lagi dalam Luk. 21:31-32, “jika kamu
melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat”. Aku
bekata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya
terjadi”. Perkataan: “hal-hal ini terjadi” merupakan kesimpulan dari
perumpamaan tentang pohon ara (ay.29,30) itu dan sekaligus menunjuk kepada tanda-tanda
yang disebut dalam ayat 11,25 yakni: gempa bumi, penyakit sampar, kelaparan dan
tanda-tanda yang dahsyat di langit, tanda-tanda pada matahari, bulan dan
bintang-bintang, bangsa-bangsa takut dan bingung menghadapi deru gelombang
laut. Yesus, menurut Lukas, memakai metode pendekatan terhadap perumpamaan
pohon ara ini dan mengatakan, apabila kamu melihat tanda-tanda ini terjadi maka
ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Sedekat datangnya musim panas
apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas (ay.30).[25]
2.4. Kerajaan Allah Pemerintahan Teokrasi
Kita perlu mengerti akan sifat Kerajaan Allah, khususnya dalam kaitan
dengan ide bahwa bangsa Israel adalah idientik dengan Kerajaan Allah. Apakah
bani Israel adalah Kerajaan Allah? Kalau bani Israel idientik dengan Kerajaan
Allah mengapa Yohanes pembabtis berteriak kepada orang Isarel “Bertobat”
(Luk3:3) yang menandakan jika bangsa Israel tidaklah layak untuk di sebut
dengan idientik Kerajaan Allah. Macam-macam pemerintahan di dunia ini sangatlah
banyak, Dan pemerintahan Allah itu sendiri adalah pemerintahan Teokrasi. Itulah
sebabnya Tuhan Yesus mengajar kita berdoa: “Bapa, dikuduskanlah nama-Mu,
datanglah Kerajaan-Mu ”(Luk 11:2-4) [26]di sini Allah yang empunya
kerajaan itu. Dan kerajaan itu akan ada selama-lamanya. Secara otomatis kita
ini ada di dalam system pemerintahan Allah. Dan dalam pemerintahan itu Allah
yang akan menjadi pemimpin kita. Dan
kita yang ingin memasuki Kerajaan itu kita harus berebut, “Kerajaan
Allah diberitakan dan setiap orang yang menggagahinya berebut memasukinya” (eis
auten baizetai, Luk 16:16). Dalam dua perkataan ini, Kerajaan Allah adalah
dinamika pemerintahan Allah yang aktif dalam Yesus. Dan bila Kerajaan itu
adalah pemerintahan Allah, maka setiap aspek Kerajaan itu harus berasal dari
karekter dan tindakan Allah. Dan kehadiran Allah itu harus dipahami dari sifat
tindakan Allah pada masa kini.[27]
Bab III
Simpulan
Dari pembahasan mengenai Kerajaan Allah, kita dapat
ambil kesimpulan bahwa Yesus, menurut Lukas, sangat menekankan kehadiran
Kerajaan Allah pada masa kini. Kehadirannya telah nyata dalam pelayananNya di
tengah masyarakat Yahudi. Orang dibebaskan dari kuasa setan. Sungguh pun
demikian, Yesus menurut Lukas, tidak mengabaikan kedatangan Kerajaan Allah atau
lebih tepat pemenuhan kerajaan itu dimasa depan. Pemenuhan Kerajaan Allah dalam
kemegahan dan kemuliaan masih dinantikan di masa depan.[28] Dan inilah arti dari pada Kerajaan Allah ada di antara kita. Maka bagi
orang yang percaya kita sudah berada di dalam Kerajaan Allah dan salah satu
wujud Kerajaan Allah ialah adanya gereja di dunia hingga saat ini.[29]
Dan perlu di ingat jika system pemerintahan yang ada dalam Kerajaan Allah
adalah Teokrasi yang dimana Allah sendiri lah yang memerintah dalam Kerajaan tersebut.
[2] Irving L. Jensen. Lukas.
2000. Yayasan Kalam Hidup. Bandung. Hlm.
90
[3] George Eldon Ladd.
Teologi Perjanjian Baru jilid 1. Yayasan Kalam Hidup. Bandung. Hlm. 73
[5] I.
Howard Marshall, Luke-Historian & Theologian, (Great Britain: Paternoster
Press,1997), 129
[8] C.H. Dodd, The Parable
of The Kingdom, (London: SCM Press, 1961), 38
[9] I. Howard Marshall, Luke-Historian
& Theologian, (Great Britain: Paternoster Press,1997), hlm. 129
[11] Samuel B. Hakh,
Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info
Media, 2007), 54
[12] Richard H. Hiers, The
Kingdom of God in the Synoptic Tradition, (Florida: The Storter Printing Co,
1970), 22
[13]
W.G. Kummel, Promise and Fulfilment,( London: SCM Press LTD, 1956), 55
[14] Samuel B. Hakh,
Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info
Media, 2007), 55
[15] Donald Guthrie, Teologi
Perjanjian Baru 2 (Keselamatan dan Hidup Baru), (Jakarta: BPK-GM, 1992),
[16] I. Howard Marshall, Luke-Historian
& Theologian, (Great Britain: Paternoster Press,1997), 130-131
[19] Samuel B. Hakh,
Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info
Media, 2007), 236
[28] Samuel B. Hakh,
Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info
Media, 2007), 57
Tidak ada komentar:
Posting Komentar