Kamis, 23 Maret 2017

Kerajaan Allah menurut lukas

 Kerajaan Allah menurut Injil Lukas
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Tema Kerajaan Allah adalah satu tema yang sangat besar,[1] salah satu injil yang menulis tentang Kerajaan Allah adalah Injil Lukas. Injil Lukas ditulis oleh Lukas sendiri yang merupakan seorang tabib dan sahabat Rasul Paulus sendiri. Meskipun kitab ini tidak pernah mengatakan bahwa Lukas adalah penulisnya, para pemimpin Kristen pada abad ke-2 mengatakan bahwa Lukas yang menulisnya. Ciri khas lukas dalam bagian pengajaran ini (9:51-19:27) ialah bahwa dalam bagian ini ia tidak menonjolkan urutan waktu dan keterangan tempat karena di sini Lukas menekankan isi pelayanan Yesus (terutama kata-katanNya).[2] Kisah ini mengambil tempat terutama didaerah yang sekarang bernama Israel, dengan beberapa adegan dari sebelah timur sungai Yordan, yang sekarang adalah Yordania Utara. Banyak pelayanan Yesus mengambil tempat di daerah kampung halamanNya di Galilea, di Israel Utara. Dan salah satu pokok penting dalam ajaran Yesus yang di tulis oleh Lukas adalah tentang mengenai Kerajaan Allah, sebagaimana oleh para Nabi telah di Nubuatkan ji ka Yesus akan menduduki takhta daud. Takhta Daud pastilah mengenai kerajaan. Tafsiran – Tafsiran tentang Kerajaan Allah terdapat dalam beberapa bentuk yang berbeda-beda dengan detail yang sangat bervariasi. Dari Agustinus sampai para reformator, pandangan yang lazim adalah bahwa Kerajaan Allah dalam atau yang lain hal disamakan dengan gereja.[3] Oleh sebab itu di sini penulis akan memaparkan kerajaan Allah menurut Injil Lukas. penting untuk menafsirkan pemberitaan Yesus. Karena salah satu dari persoalan besar ialah bagaimana kerajaan Allah itu bisa bersifat yang akan datang dan sekaligus masa kini.
1.2. Rumusan masalah
1.      bagaimana Injil Lukas menjelaskan tentang kerajaan Allah


1.3 Tujuan penulisan
Setiap Injil dalam Alkitab memaparkan Kerjaan Allah. Oleh sebab itu di sini Tujuan dari penulisan mengenai kerajaan Allah menurut Injil Lukas adalah agar dapat  memahami bagaimana Injil Lukas menjelaskan Kerajaan Allah. Dan dapat mengerti tentang kerajaan Allah dari Injil Lukas.



















Bab II
Isi
2.1. Pengertian Kerajaan Allah
Beberapa prikop dalam Injil Lukas (Luk. 4:43; 8:1; 9:11) menunjukkan bahwa pokok mengenai Kerajaan Allah terlihat dalam pemberitaan Yesus. Istilah Basileia tou Theou (Kerajaan Allah) terutama dipakai dalam Injil ini untuk menunjuk kepada campur tangan Allah dalam sejarah manusia untuk mendirikan kerajaanNya. Beberapa waktu terjemahan RSV menerjemahkan kata basileia dengan kata “Kerajaan” atau kekuasaan raja.[4]  Jadi ungkapan Kerajaan Allah dalam Injil Lukas lebih menekankan aksi atau tindakan Allah dari pada pemberitaan tentang Kerajaan Allah itu sendiri. Dalam perkataan lain, tekanan yang sangat kuat tentang Kerajaan Allah itu terletak pada diri Yesus sebagai wakil Allah yang melaluiNya pemerintahan Allah itu terwujudkan.[5]
Apa arti “Kerajaan Allah” menurut Firman Tuhan sendiri ? pertama-tama, kita perlu mengerti bahwa tidak ada perbedaan pokok antara istilah “Kerajaan Allah” dan “Kerajaan Surga/Sorga” yang di gunakan Yesus dan para penulis Injil. Ada banyak bukti yang dapat di sebutkan.[6] Dan arti dari Kerajaan Allah dan Kerajaan surga adalah sama. Dalam Injil Lukas menggunakan kata KerajaanAllah dikarenakan Injil Lukas di tulis untuk kaum Yunani dimana akan lebih mudah mengerti jika menggunakan kata Kerajaan Allah. Tetapi jika kita melihat Injil Matius akan di temukan menggunakan kata Kerajaan Surga karena Matius adalah orang Yahudi asli dan nama Allah adalah nama Kudus tidak sembarang saja di ucapkan. Jadi Kerajaan Allah dan Kerajaan Surga memiliki arti yang sama yaitu tempat dimana Allah yang berkuasa dan dapat melaksanakan semua kehendaknya. Kerajaan Allah pada dasarnya adalah pemerintahan Allah. Kerajaan Allah adalah kedaulatan Allah yang sedang berkerja.
Pemerintahan Allah terwujud pada waktu sekarang dan pada masa mendatang dan karena itu ada kerajaan pada waktu sekarang dan kerajaan masa mendatang yang di dalamnya manusia dapat menikmati berkat pemerintahan Allah.[7] Penekanan Lukas terhadap sejarah membuat adanya perbedaan pengutipan pengajaran Yesus tentang Kerajaan Allah dalam Markus 1:14- 15 dengan Lukas 4:14-15, dimana Lukas mengutip secara berbeda dengan yang Matius lakukan (Matius 4:12-17).  Namun lebih lanjut Samuel Hakh menjelaskan bahwa hal itu tidak berarti Lukas mengabaikan pemberitaan tentang Kerajaan Allah sebagai pokok pemberitaan Yesus.  Hal tersebut akan menjadi jelas, jika membaca Lukas 4:43; 8:1 dan 9:11. Lukas 4:43, Yesus berkata: “juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”  Demikian juga pasal 8:1 “Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah.  Sementara itu pasal 9:11 “Ia menerima mereka dan berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah dan Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan.”  “Lebih lanjut Tuhan Yesus menjelaskan bahwa siapa saja yang menerima pengajaran-Nya dan misi-Nya sudah masuk Kerajaan Allah pada saat ini (Lukas 16:16).” Dengan demikian, jelas bahwa Lukas pun memberi perhatian tentang Kerajaan Allah; hanya saja berbeda dengan Matius dan Markus, Lukas lebih menekankan “aksi atau tindakan Allah dari pada pemberitaan tentang Kerajaan Allah itu sendiri.”  Akan tetapi, bagaimana pun Lukas juga sependapat bahwa Kerajaan Allah memiliki dimensi kekinian dan juga futuris yang akan terjadi di masa mendatang (Lukas 9:27 bnd Lukas 10:9).
      2.2.  Makna Kerajaan Allah Terjadi sekarang
Terhadap pemberitaan Kerajaan Allah oleh Yesus, C.H. Dodd berpendapat bahwa Kerajaan Allah adalah suatu eskatologi yang secara penuh telah terwujud pada masa kini.[8] Menurut Conzelman berpendapat bahwa waktu pemenuhan itu merupakan suatu periode yang berlangsung sebelum kedatangan Kerajaan Allah, suatu periode penuh pengharapan tetapi belum waktunya Kerajaan Allah itu. Sedangkan menurut Marshall bahwa kerajaan itu telah datang selama pelayanan Yesus, namun pemenuhannya masih di depan. Karena itu, Yesus sendiri berbicara baik masa kini maupun masa depan kerajaan itu.[9] Penafsiran lain menghubungkan kerajaan Allah dengan Gereja. Sejak zaman Agustinus, Kerajaan Allah sudah di definisikan dengan Gereja. Waktu Gereja bertumbuh, Kerajaan Allah bertumbuh dan meluas di dunia ini. [10]
Dalam Injil Lukas ada beberapa teks yang berbicara tentang kehadiran Kerajaan Allah pada masa kini, Lukas 11:20 “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (bnd. Mat.12:28). Dalam teks itu Matius memakai ungkapan “kuasa Roh Allah”, sedangkan Lukas memakai ungkapan “jari Allah”. Yesus, menurut Lukas, meminjam istilah itu dari Kel.8:19; Ul.9:10; bnd. Mzm. 8:4. Ungkapan “tangan Allah” atau “jari Allah” dalam pasal-pasal itu menggambarkan kuasa Allah yang telah Allah wujudkan dengan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ke Kanaan. Maka Yesus, menurut Lukas, mengutip ungkapan itu untuk menegaskan bahwa kuasa Allah itu kini sedang berlaku juga dalam pelayananNya. Berlakunya kuasa Allah itu nyata pada tindakan pembebasan manusia dari kungkungan kuasa setan kepada suatu kehidupan yang berpengharapan.[11]
Lukas 17:21b, “…Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu”. Teks ini merupakan jawaban Yesus terhadap pertanyaan orang-orang Farisi apabila kerajaan Allah itu telah datang. Lalu Yesus menjawab katanya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu”. Kerajaan Allah entos humon estin (ada diantara kamu), ada beberapa pendapat mengenai ini. Pertama, ada yang berpendapat bahwa maksud Yesus adalah kerajaan Allah yang ada dihatimu. Pendapat lain oleh Richard Hiers, bahwa maksud Yesus dengan ungkapan itu adalah menunjuk ke masa depan, ketika kerajaan itu datang dengan kuasanya.[12] Menurut Colin H. Roberts, bahwa maksud Yesus dengan ungkapan itu adalah Kerajaan Allah ada didalam jangkauanmu. Selain itu menurut Kummel, bahwa maksud Yesus adalah Kerajaan Allah hadir di dalam diri Yesus. Maka kehadiran Yesus diantara orang Yahudi adalah kehadiran Kerajaan Allah diantara mereka.[13] Bila dilihat dari sudut pandang Lukas, didalam diri Yesus kuasa Kerajaan Allah itu sedang bekerja. Oleh sebab itu melalui pelayanan Yesus orang mengalami aktivitas kuasa Kerajaan Allah itu. Sungguh pun demikian, pemenuhan itu masih ada di depan.[14]
Dalam Lukas 17:20-21 juga, pernyataan ini merupakan jawaban Yesus atas pertanyaan mengenai Kerajaan itu, kerena itu harus dipandang sebagai petunjuk khusus tentang sifat kekinian Kerajaan, yang diperhadapkan dengan penekanan yang lazim atas Kerajaan pada masa depan. Pernyataan ini juga mengungkapkan sifat Kerajaan yang non-politis. Apa yang Yesus katakana berarti, Kerajaan bukanlah sesuatu yang dapat kelihatan atau ditunjuk (“Orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada disana”).[15]
Lukas 16:16, “Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.” Yang hendak ditekankan disini adalah bahwa dengan rumusan teks itu Lukas menempatkan Yohanes Pembaptis pada barisan para nabi di masa lampau. Masa lampau itu diikuti oleh masa kini yakni masa dimana Kerajaan Allah diberitakan. Pandangan ini sesuai dengan pembagian sejarah keselamatan menurut Lukas. Ia membagi sejarah itu atas tiga masa yaitu masa lampau (zaman hukum Taurat dan nabi-nabi), masa kini (masa Yesus sebagai pusat sejarah) dan masa depan. Dengan demikian melalui teks ini Yesus, menurut Injil Lukas, hendak menyatakan bahwa masa kini adalah masa pemberitaan Kerajaan itu, sehingga orang berebut memasukinya. Kesimpulan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa Kerajaan Allah itu sedang hadir pada masa kini.[16]
Bila kita perhatikan teks Luk.11:20 bahwa Kerajaan Allah telah hadir dalam pelayanan Yesus. Kehadiran itu terbukti dengan pengusiran setan dengan kuasa Allah. Sementara Luk. 10:9 menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat kepada mereka yang mendengar pemberitaan murid-murid itu, dan mereka dapat mengalami kuasa kerajaan itu apabila mereka menyambut kerajaan itu.

      2.3. Makna Kerajaan Allah yang akan datang
Zaman yang akan datang itu senantiasa di pandang dari titik pandang maksud penebusa Allah bagi manusia, bukan dari titik pandang orang jahat. Pencapaian “zaman itu”, yakni zaman yang akan datang, adalah berkat yang disediakan bagi uamt Allah. Zaman itu akan ditahbiskan dengan kebangkitan kematian (Luk. 20:35), dan merupakan zaman maut tidak ada lagi. Orang-orang yang mencapai zaman itu akan menjadi seperti malaikat karena mereka tidak dapat mati lagi. Hanya pada waktu itulah mereka mengalami seluruh makna menjadi anak-anak Allah (Luk 20:34-36). Itu sebabnya hidup kebangkitan adalah hidup kekal – kehidupan Zaman yang akan datang – kehidupan kerajaan Allah.[17]
 Mengenai Kerajaan Allah yang akan datang Lukas mempertahankan untuk memelihara pengharapan Jemaat. Menurut Lukas, Yesus akan datang dalam KerajaanNya, namun kedatanganNya itu tidak diketahui orang maka jemaat dinasehati agar dengan sabar berjaga-jaga dan tetap bertahan menantikan Dia (Luk. 21:19). Jadi, Kerjaan Allah adalah realisasi kehendak Allah serta kegembiraan karena berkat-berkat yang menyertainya. Namun di dalam pernjian baru menyebutkan dengan jelas bahwa kehendak Allah tidak akan secara sempurna di wujudkan pada masa sekarang.[18] (Luk.3:3). Dari teks ini Lukas menghindari kata Kerajaan Surga. Lukas hendak menekankan pertobatan sebagai tindakan perubahan sikap dalam menyambut baptisan.
Dalam Lukas 10:9, Yesus mengutus tujuh puluh murid, tidak hanya menyembuhkan orang sakit tetapi juga memberitakan bahwa “Kerajaan Allah sudah dekat padamu” (eph humas he Basileia tou Theou).  Ungkapan yang sama, Yesus ulangi sekali lagi pada ayat 11. Menurut Nolland dan Danker, Lukas menyisipkan itu untuk menegaskan adanya suatu realitas masa depan eskatologis yang sekarang telah membelah masuk ke dalam dunia dalam kedatangan Yesus. Melalui kehadiranNya, Kerajaan Allah hadir diantara umat manusia namun pemenuhannya masih dinantikan dimasa depan. [19]
Kerajaan Allah ini masih akan datang dalam arti bahwa pemerintahan Allah ini belum sepenuhnya menjadi kenyataan di dunia ini. Maka murid Yesus harus berperilaku “seperti” mereka sudah menjadi anggota Kerajaan Allah. Ketaatan mutlak dalam keadaan manusia. [20]Unsur-unsur utama kedatangan Kerajaan Allah sudah dimulai dalam kehidupan Yesus dan kematianNya, yang dibenarkan oleh kebangkitanNya.[21]
Hidup, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus memulai penggenapan zaman Mesias, dan dalam Lukas Kerajaan Allah tetap merupakan pokok pengharapan (Luk. 20:35). Jadi peristiwa kedatangan itu akan digenapi secara tuntas pada saat Ia datang kelak dalam kemuliaan.[22]
Penegasan mengenai kedatangan itu digambarkan dalam perumpamaan tentang hamba yang menantikan kedatangan kembali tuannya. Karena kedatangan kembali laksana pencuri maka hamba itu dinasehati agar berjaga-jaga (Luk.12:38-40, 42-46). Demikianlah kedatangan Kerajaan Allah melalui Anak Manusia itu. KedatanganNya tidak diketahui oleh seorangpun maka jemaat dinasehati agar berjaga-jaga dan memiliki hati yang bijak untuk menilai tanda-tanda zaman ini (Luk.12:54-59).
Untuk mengerti pokok ini dan dapat memahami bagaimana kerajaan Allah dapat merupakan kerajaan masa mendatang, tetapi sudah ada sekarang, kita perlu membandingkan kebenaran ini dengan satu ajaran lain dalam Alkitab yang jarang di bicarakan dan yang mungkin kelihatran baru bagi sebagian orang. Dalam istilah Kristen popular, kehidupan pada zaman ini sering kali di sebut kehidupan di bumi, dan kehidupan masa mendatang di sebut sebagai kehidupan di surga. Kita menjalani kehidupan lahiriah di bumi, tetapi keselamatn yang akan datang akan di sempurnakan di surge. Pendekatan yang lebih filosofis membedakan waktu dan kekekalan seolah-olah keduanya menunjukan dua model kehidupan yang berbeda. Hidup yang kita jalani sekarang dalam waktu dan hidup yang akan datang di luar waktu yakni dalam kekekalan.[23] kita telah mengetahui bahwa Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah yang mengalahkan musuh-musuhNya, yang membawa manusia menikmati berkat-berkat pemerintahan ilahi itu. Kita telah mengetahui bahwa pemerintahan Allah dilaksanakan dalam tiga tindakan besar sehingga kita bisa mengatakan bahwa kerajaan datang dalam tiga tahap. Kemenangan ketiga dan terakhir terjadi pada akhir masa seribu tahun, ketika maut, iblis, dan dosa akhirnya dimusnakahkan dan Kerajaan itu dinyatakan dalam kesempurnaan penuh. Kemenangan kedua terjadi pada permulaan masa seribu tahun katika Iblis dirantai dalam lubang jurang maut. Walau demikian, rupanya dosa dan kematian tetap berlanjut sepanjang periode ini karena maut belum di lemparkan ke dalam lautan api sebelum tiba akhir masa Seribu Tahun.[24]
Dan kita sekali lagi akan  menjumpai Penegasan tentang kedatangan kembali itu disampaikan lagi dalam Luk. 21:31-32, “jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat”. Aku bekata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi”. Perkataan: “hal-hal ini terjadi” merupakan kesimpulan dari perumpamaan tentang pohon ara (ay.29,30) itu dan sekaligus menunjuk kepada tanda-tanda yang disebut dalam ayat 11,25 yakni: gempa bumi, penyakit sampar, kelaparan dan tanda-tanda yang dahsyat di langit, tanda-tanda pada matahari, bulan dan bintang-bintang, bangsa-bangsa takut dan bingung menghadapi deru gelombang laut. Yesus, menurut Lukas, memakai metode pendekatan terhadap perumpamaan pohon ara ini dan mengatakan, apabila kamu melihat tanda-tanda ini terjadi  maka ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Sedekat datangnya musim panas apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas (ay.30).[25]

2.4. Kerajaan Allah Pemerintahan Teokrasi
Kita perlu mengerti akan sifat Kerajaan Allah, khususnya dalam kaitan dengan ide bahwa bangsa Israel adalah idientik dengan Kerajaan Allah. Apakah bani Israel adalah Kerajaan Allah? Kalau bani Israel idientik dengan Kerajaan Allah mengapa Yohanes pembabtis berteriak kepada orang Isarel “Bertobat” (Luk3:3) yang menandakan jika bangsa Israel tidaklah layak untuk di sebut dengan idientik Kerajaan Allah. Macam-macam pemerintahan di dunia ini sangatlah banyak, Dan pemerintahan Allah itu sendiri adalah pemerintahan Teokrasi. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengajar kita berdoa: “Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu ”(Luk 11:2-4) [26]di sini Allah yang empunya kerajaan itu. Dan kerajaan itu akan ada selama-lamanya. Secara otomatis kita ini ada di dalam system pemerintahan Allah. Dan dalam pemerintahan itu Allah yang akan menjadi pemimpin kita. Dan  kita yang ingin memasuki Kerajaan itu kita harus berebut, “Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang yang menggagahinya berebut memasukinya” (eis auten baizetai, Luk 16:16). Dalam dua perkataan ini, Kerajaan Allah adalah dinamika pemerintahan Allah yang aktif dalam Yesus. Dan bila Kerajaan itu adalah pemerintahan Allah, maka setiap aspek Kerajaan itu harus berasal dari karekter dan tindakan Allah. Dan kehadiran Allah itu harus dipahami dari sifat tindakan Allah pada masa kini.[27] 















Bab III
Simpulan
Dari pembahasan mengenai Kerajaan Allah, kita dapat ambil kesimpulan bahwa Yesus, menurut Lukas, sangat menekankan kehadiran Kerajaan Allah pada masa kini. Kehadirannya telah nyata dalam pelayananNya di tengah masyarakat Yahudi. Orang dibebaskan dari kuasa setan. Sungguh pun demikian, Yesus menurut Lukas, tidak mengabaikan kedatangan Kerajaan Allah atau lebih tepat pemenuhan kerajaan itu dimasa depan. Pemenuhan Kerajaan Allah dalam kemegahan dan kemuliaan masih dinantikan di masa depan.[28] Dan inilah arti dari pada Kerajaan Allah ada di antara kita. Maka bagi orang yang percaya kita sudah berada di dalam Kerajaan Allah dan salah satu wujud Kerajaan Allah ialah adanya gereja di dunia hingga saat ini.[29] Dan perlu di ingat jika system pemerintahan yang ada dalam Kerajaan Allah adalah Teokrasi yang dimana Allah sendiri lah yang memerintah dalam Kerajaan tersebut.





[1] Stephen Tong. Kerajaan Allah gereja dan pelayanan. Momentum. Surabaya 2001. Hlm 9
[2] Irving L. Jensen. Lukas. 2000. Yayasan Kalam Hidup. Bandung.  Hlm. 90
[3] George Eldon Ladd. Teologi Perjanjian Baru jilid 1. Yayasan Kalam Hidup. Bandung. Hlm. 73
[4] George Eldon Ladd. Teologi Perjanjian Baru jilid 1. Yayasan Kalam Hidup. Bandung. hlm 81
[5] I. Howard Marshall, Luke-Historian & Theologian, (Great Britain: Paternoster Press,1997), 129
[6] Daud Kurniawan. Kerajaan Allah di antara kita. Yayasan Kalam Hidup. Bandung. 2006. Hlm. 18
[7] George Eldon Ladd. Injil Kerajaan. Yayasan penerbit Gandum Mas. Malang. 1999. Hlm. 27
[8] C.H. Dodd, The Parable of The Kingdom, (London: SCM Press, 1961), 38
[9] I. Howard Marshall, Luke-Historian & Theologian, (Great Britain: Paternoster Press,1997), hlm. 129
[10] George Eldon Ladd, Injil Kerajaan, yayasan Gandum Mas, 1999, hlm 16
[11] Samuel B. Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 54
[12] Richard H. Hiers, The Kingdom of God in the Synoptic Tradition, (Florida: The Storter Printing Co, 1970), 22
[13] W.G. Kummel, Promise and Fulfilment,( London: SCM Press LTD, 1956), 55
[14] Samuel B. Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007),   55
[15] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Keselamatan dan Hidup Baru), (Jakarta: BPK-GM, 1992),
[16] I. Howard Marshall, Luke-Historian & Theologian, (Great Britain: Paternoster Press,1997), 130-131
[17] George Eldon Ladd. Teologi Perjanjian Baru jilid 1. Yayasan Kalam Hidup. Bandung. Hlm. 58
[18] Ibid. Hlm 27
[19] Samuel B. Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007),  236
[20] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab,( Jakarta: BPK-GM, 2010), 195
[21] Ibid, 306
[22] c J. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini A-L,( Jakarta: YKBK-OMF, 2007), 286
[23] George Eldon Ladd. Injil Kerajaan . Yayasan penerbit Gandum Mas. Malang. 1999. Hlm 28
[24] Ibid. Hlm 151
[25] Joseph A. Fitzmyer,The Gospel According to Luke,( New York:Doubleday&Co),1353
[26] Stephen Tong. Kerajaan Allah gereja dan pelayanan. Momentum. Surabaya 2001. Hlm 28
[27] George Eldon Ladd. Teologi Perjanjian Baru jilid 1. Yayasan Kalam Hidup. Bandung. Hlm. 105
[28] Samuel B. Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus menurut Injil-injil Sinoptik, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 57
[29] Dr. David Imam Santoso. Theology Lukas. Literature SAAT.Malang.2010. hlm. 59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar