Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Salomo
dipercayakan untuk meneruskan proyek pembangunan Bait Allah yang belum
terlaksana itu. Tetapi mengenai pola dan bentuknya, Allah terlebih dahulu
memberitahukanya kepada Daud. Allah tidak mengijinkan Daud membangunanya karena
pada saat itu waktu dan tenaga Daud banyak tersita untuk menghadapi peperangan
dan mengokohkan kerajaan Israel. Salomo yang dipercayakan untuk melaksanakan
tugas yang mulia ini. Pada waktu itu semua bahan bangunan sudah tersedia.
Kemanan negeri cukup stabil dan terjamin sehingga memudahkan pembangunan. Persembahan
auat upeti negeri – negeri lain terus mengalir. Sumber daya manusia tersedia.
Bagi Salomo inilah kesempatan emas untuk
mewujudkan impian ayahnya, yaitu membangun sebuah proyek monummental dalam
sejarah Israel sebagai lambang kehadiran Alah.[1]
Pembangunan
bait suci itu berlangsung 7 tahun, sesudah itu perabotnya di selesaikan oleh
hiram, Batu yang di perlukan untuk bait suci itu telah selesai ditara sebelum
di bawa ke tempat mendirikan bait suci itu, sehingga tidak ribut di waktu Bait
suci itu didirikan. Barulah setelah itu berdiri, segala perhiasan dan
perabotnya dipasang. Setelah bait suci dan segala perkakasnya selesai salomo
mengadakan peralatan besar untuk menahbiskan bait suci tersebut.[2]
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana Bait Allah itu ?
1.2.2
Bagaimana imam dalam
Bait Allah dan perananya dalam beribadah
1.2.3
Korban apa saja yang di
lakukan di dalam Bait Allah dan bagaimana tata caranya
1.2.4
Tahun ritual atau saat
kapan harus beribadah di dalam Bait Allah
1.2.5
Apa aplikasi yang dapat
di ambil bagi jemaat masa kini
1.3
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, tujuan penulisan dari penulisan ini adalah mengetahui
liturgika yang ada dalam Bait Allah dan mampu mengambil sebuah aplikasi bagi
orang percaya saat ini
Bab
II
Pembahasan
2.1
Bait Allah
Bait
Allah ada Pada tahun ke-480 sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada
tahun ke 4 sesudah Salomo menjadi Raja atas Israel, dalam bulan ziw, yakni
bulan kedua, maka salomo mulai mendirikan rumah bagi TUHAN.[3]
Gedung Bait Allah yang sebenarnya enam puluh hasta panjangnya dan dua puluh
hasta lebarnya (1 Raj 6 : 2), tepat 2 kali ukuran kemah suci (Kel 26:16). Temap
ini di bagi menjadi 2 dua ruang, Ruang dalam Tempat Maha Kudus atau tempat
kehadiran Allah berbentuk kubus dan ruang luar tempat kudus. [4]
Bait
Allah mempuyai bentuk persegi panjang dengan dua bagian, bagian terdalam
menyimpan tabut tembaga (2 taw 4:1). Ada kolam besar, untuk tempat pembahsuan
ritual, dan ada dua pilar terpisah yang di sebut Yakhim dan Boas, terletak di
depan gerbang bangunananya. Bagian paling dalamdari bangunan itu adalah ruang
maha kudus, [5] Ruang
maka kudus diberi bertingkat, serta di sekeliling seluruh gedung itu di buat
kamar – kamar dalam tingkat tingga semuanya 14 hasta tingginya. Kamar – kamar
itu di gunakan untuk menyimpan barang – barang keperluan bait suci. Bait itu
mempuyai dua pelataran di depan, pelataran dalam atau pelataran imam dan
pelataran luar yang lebih rendah letaknya untuk rakyat. Di pelataran untuk iman
– iman itu berdiri mezbah korban bakaran, yang panjangnya 20 hasta, lebarnya 20
hasta dan tinggihnya 10 hasta, laut tuangan yang termasyur, yang di buat dari
tembaga, adalah semacam bejana pembasuhan yang didukung oleh 12 lembu jantan tembaga, dan 10 bejana kecil yang di
pakai roda.[6] Tabut
perjanjian degan hormat di letakan di dalam ruang maha suci di bait Salomo, di
bawah sayap kerubim. Kemudian menarik keluar kayu pengusung yang di pakai untuk
menggotong tabut itu. Sebelum ini, kayu – kayu pengusung itu masih menempel
pada tabut itu, sehingga tabut itu dapat di bawa dari satu tempat ke tempat
yang lain. Namun kayu – kayui itu dapat di lihat di Ruang suci. [7]
2.2
Imam di dalam Bait Allah
Pada saat ini dalam sejarah Israel,
suatu keimaman yang sah dibentuk. Sesuai dengan perintah Allah (Kel. 28:1),
Musa menabiskan abangnya Harun dan anak – anak lelaki Harun sebagai imam. Orang
– orang ini berasal dari suku Lewi. Musa mengadakan perbedaan antara Harun dan
anak – anaknya, karena ia mengurapi Harun “Imam yang terbesar di antara saudara
- saudaranya” (Im 21:10). Ia membedakan jabatan Harun dengan memberikan jubah
yang khusus kepadanya(Kel. 28:4, 6-39, Im 8:7-9). Ketika harun meninggal dunia,
jubah dan jabatan itu di serahkan kepada Eleazar, anak laki – laki tertuanya
(Bil. 20:25-28).
Fungsi terpenting imam besar ialah
memimpin semua upacara pada hari raya Pendamaian setiap tahun. Pada hari itu,
imam besar dapat memasuki ruang maha kudus.[8]
Dalam PL para imam adalah perantara antara umat dan Allahnya yang berkuasa.
Fungsi utamanya adalah membawakan korban – korban dengan tugas tambahan
mengajarkan hukum taurat. Demikian sampai pada masa pembuangan. Mereka juga
mempuyai tugas mengurusi Urim dan Tumim, yaitu batu undi kudus, yang di bawa
para imam dalam kantung depan pakaian mereka (Kel. 28:30). Selama para hakim, imam
imam dari suku Lewi sangat di hormati (Hak 17:10). Dalam tulisan – tulisan sesudah pembuangan,
para imam dan orang Lewi sama – sama di anggap keturunan Lewi dan orang Orang
Lewi ini di bedakan dari para Imam. Imam-imam kepala bersama tua – tua bangsa dan
para ahli taurat, merupakan sanhedrin di yerusalem, kemana yesus di hadapkan
sebelum di serahkan untuk di jatuhi hukuman oleh pilatus.[9]
2.3
Korban
apa saja yang di lakukan di dalam Bait Allah dan bagaimana tata caranya
Alkitab
memuat banyak peraturan Musa untuk korban persembahan, tetapi Imamat 1-7
seluruhnya di sediakan untuk
membicarakan upacara agama. Banyak ahli menganggap bagian ini sebagai semacam “pedoman untuk kurban persembahan”
pasal – pasal ini memaparkan lima jenis persembahan : kurban bakaran, kurban
sajian, kurban keselamatan, kurban penghapus dosa, dan kurban penebus salah.
2.3.1
Kurban
Bakaran
Jenis
persembahan ini di bakar keseluruhanya. Tidak ada bagian yang di makan oleh
siapapun. Api membakar habis semuanya. Sebenarnya, api itu tidak pernah di
padamkan, “harus dijaga supaya api tetap di atas mezbah, janganlah biarkan
padam”(IM 6:13)
Orang
yang hendak beribadah itu membawa seekor binatang jantan – lembu jantan, anak
domba jantan, kambing jantan, burung merpati, anak burung terkukur, (sebagian
tergantung kepada kekayanaan masing – masing orang yang beribadah itu)- ke
pintu perkemahan atau ke bait suci. Binatang kurban tidak boleh bercela. Lalu
orang tersebut meletakan tanganya ke atas kepala binatang itu dan binatang
persembahan itu “di perkenanan untuk mengadakan perdamaian baginya” (Im 1:4).
Peletakan tangan adalah suatu perbuatan yang menyangkut upacara. Dengan upacara
tersebut orang yang beribadah itu memberkati atau menyiapkan binatang kurban.
Lalu binatang itu di sembelih di pintu
kemah. Dengan segera, imam mengambil darah binatang itu dan memercikan
sekeliling mezbah. (imam tidak pernah minum darah tersebut) kemudian, imam
memotong menjadi empat bagian, mempersembahkan kepala serat lemaknya di atas
mezbah, kemudian betis dan perutnya dibasuh dengan air dan dibakarnya. Sisa –
sisa lain boleh di lemparkan ke tempat abu. (Misalnya, hal ini dilakukan dengan
bulu burung.) selain menempatkan binatang kurban di atas mezbah, para imam
bertanggung jawab untuk menjaga api di mezbah agar tidak padam. Mereka tidak
boleh membiarkan abu menumpuk di dasar mezbah, tetapi pada waktu – waktu
tertentu menaruh abu itu di samping mezbah. Kemudian, mereka membawa abu itu
keluar perkemahan atau kota “ke suatu
tempat yang tahir.” Mereka harus mengganti pakaina untuk melakukan hal ini.
2.3.2
Kurban
Sajian
orang
Israel mempersembahkan padi – padian atau hasil sayur manyur di samping
mempersembahkan binatang. Orang yang beribadah itu dapat mempersembahkan adonan
yang di buat dari tepung gandum yang
telah dibakar dalam oven. Di pasang atas panggangan, dimasak dalam wajan, atau
di panggang untuk membuat roti(cara terakhir dipakai untuk mempersembahkan hulu
hasil.) setiap korban sajian di buat dengan minyak dan garam. Madu dan ragi
tidak boleh di pakai. Dan harus membawa sedikit kemenyan.
Para
penyembah membawa kurban sajian kepada seorang diantara dua imam, yang membawa
kurban itu ke mezbah dan membakar suatu “bagian ingat - ingatan” (dari roti,
roti bundar, roti tipis, atau bahan yang belum di masak) di atas api. Ia melakukan
yang dengan semua kemenyan. Yang selebihnya di makan oleh imam. Tujuan dari
korban bakaran sama dengan korban bakaran, perbedaanya adalah persembahan hulu
hasil yang untuk menyucikan seluruh panen.
2.3.3
Korban
keselamatan
santapan
upacara yang di sebut “kurban keselamatan” dimakan bersama – sama dengan Allah,
para imam, dan kadang – kadang dengan para penyembah yang lain. Kurban ini
memerlukan lembu jantan atau betina, domba, atau kambing. Dan cara
mempersembahkan hampir sama dengan persembahan kurban bakaran.
Binatang
di kumpulkan dan di siram sekeliling tepi mezbah. Lemak dan perutnya di bakar.
Kemudian sisanya di makan oleh imam dan apabila kurban itu merupakan kurban
sukarela oleh para penyembah, untuk mengucap syukur atau memberi pujian kepada
Allah. Kadang kala harus mempersembahkan ini setelah itu boleh mempersembahkan
sukarela.
Bila
kurban itu dipersembahkan secara sukarela, peraturanya tidak begitu ketat. Para penyembah tidak
perlu membawa roti tipis dan dapat
memakanya selama dua hari., bukan satu, bagian para imam di batasi pada dada
dan paha kanan binatang itu. Dan siapa saja yang suci menurut upacara keagamaan
dapat makan bagian – bagian yang lain.
2.3.4
Kurban
Penghapus Dosa
Persembahan
karena dosa “melunasi” atau mengadakan perdamaian karena kesalahan – kesalahan
ritual seorang penyembah terhadap Tuhan. Kesalahan – kesalahan ini dilakukan
secara tidak sengaja. (Im 4:1-2). Dosa – dosa imam besar di hapuskan dengan
mempersembahkan seekor lembu jantan, darahnya tidak di siram di atas mezbah, tetapi
dipercikan dari jari imam besar itu sebanyak tujuh kali di atas mezbah.
Selanjutnya semua lemak dari perut di bakar. Semua bagian yang lain di bakar
tidak dimakan, di luar perkemahan atau kota di “suatu tempat yang tahir, ke
tempat pembuangan abu”
Dosa
para pemuka dalam masyarakat itu harus dihapuskan dengan mempersembahkan seekor
kambing jantan. Darahnya dipercikan sekali saja, kemudian darah selanjutnya
dicurahkan sekeliling bagian bawah mezbah seperti dalam kueban bakaran. Dan
dosa seorang pribadi dengan kurban binatang betina, kambing, domba, burung
terkukur atau burung merpati. Apabila seorang tidak dapat menyediakan kurban
seperti itu, persembahan tepung yang terbaik dapat di terima. Cara
mempersembahkan tepung ini sama seperti cara untuk kurban sajian.
2.3.5
Kurban
Penebus Salah
Kurban
penebus salah sama seperti kurban penghapus dosa dan banyak ahli memasukan
dalam golongan kurban penghapus dosa. Perbedaanya adalah bahwa kurban penebus
salah itu merupakan kurban uang. Persembahan ini di buat untuk dosa – dosa
ketidaktahuan, yang menyangkut penipuan, misalnya jika seorang dengan tag
sengaja telah mendapat uang milik seorang dengan jalan menipu, persembahanya
harus setara dengan uang yang di dapatnya itu. Persembahan ini berhubungan
langsung dengan hal menghapus salah dengan perdamaian (mempertahankan kemuraha
Allah) dan mengigatkan kita akan emosi yang kuat dalam semua penyembahan rasa
kagum dan rasa syukur.
2.4
Tahun
ritual atau saat kapan harus beribadah di dalam Bait Allah
Umat
Israel menyembah Allah pada saat – saat yang di tentukanNya. Atau bilamana pun
mereka “mencari Dia.” Tetapi di bawah pimpinan Musa, penyembahan di perintahkan
pada waktu – waktu tertentu dalam setahun. Umat itu baru mematuhi hari sabat
dan hari yang lainya yang telah di
tetapkan.
2.4.1
Hari
Sabat
Rupanya
sebelum Musa tidak dijalankan hari perhentian yang khusus di antara orang
Ibrani. Pertama hari sabat di sebut pada saat orang Israel berkemah di padang
gurun Sin sebelum mereka menerima kesepuluh perintah Tuhan. Hari sabat memisahkan
orang Israel perbudakan, memisahkan orang Israel dari pekerjaan dan semua
aktivitas yang biasa. Jadi hari sabat menginkan jika bangsa Israel di pisahkan
dengan bangsa yang lain dan tentang hubungan dengan Allah.
2.4.2
hari
paskah dan hari raya roti tidak beragi
selama
hari raya ziarah, orang laki – laki di
haruskan menghadap hadirat Tuhan di tempat yang suci. Yang penting adalah hari
raya paskah, ini mengagabungkan dua upacara, yang memperingatai ketika malaikat
kematian melewati rumah tangga orang – orang Ibrani di mesir. Dan hari raya
roti tidak beragi. Yang memperingati tujuh hari yang pertama dari pristiwa
keluarnya Israel keluar dari tanah Mesir.
Perayaan
besar ini di mulai pada senja hari 14 bulan Abib (yang di anggap mulainya hari
ke 15) anak domba di sembelih tepat sebelum matahri terbenam. Dan di panggang
seanteronya dan di makan dengan roti tidak beragi dan sayur pahit. Darah
binatang menyimbolkan penyucian dari dosa. Sayur pahit melambangkan pahitnya
perhambaan di Mesir, roti tidak beragi melambangkan kemurnian. Dan hari pertama
dan hari ketujuh dijalani seperti hari sabat, tidak boleh melakukan pekerjaan
dan umat mengadakan pertemuan yang kudus.
2.4.3
hari
raya tujuh minggu
Hari
raya ini di lakukan setelah hari raya roti tidak beragi. Hari raya ini menandakan
akhir panen dan permulaan persembahan hulu hasil menurut Musim. Hari raya
sehari di jalankan seperti hari raya sabat dengan suci di kemah suci pertemuan.
Dua buah roti tidak beragi di persembahkan, bersama 10 ekor binatang yang layak
untuk korban bakaran, dan dua ekor domba jantan berumur setahun, dan para imam
mendesak orang banayk untuk mengingat orang yang memerlukan pertolongan pada
perayaan ini.
2.4.4
hari
raya pondok daun
hari
raya ini memperingati pengembaraan bangsa Israel di padang gurun. Namanya
berasal dari kenyataan karena selama perayaan ini bangsa Israel tinggal di
kemah atau pondok daun. Perayaan ini di mulai pada bulan tujuh dan hari kelima
belas. Jatuhnya pada akhir musim panen, imam mempersembahakn kurban bakaran
khusus, dua puluh ekor lembu jantan muda selama semingu itu dan 14 ekor domba
muda setiap hari dan seekor kambing jantan menjadi kurban penghapus dosa.
2.4.5
hari
raya pendamaian
Taurat
musa hanya meminta satu puasa pada hari raya perdamaian, dan hari itu jatuh
pada hari kesepuluh bulan Tisyri, sebelum hari raya pondok daun. Hari itu di
rayakan dengan tidak melakukan pekerjaan dan berpuasa untuk menghadiri
pertemuan kudus. Imam mengganti pakaian mewah dengan menggunakan pakaian putih
yang sederhana. Yang unik dari perayaan ini adalah imam dengan simbolis
memindahakan dosa umat kepada seekor kambing. Imam meletakan kedua tangan dan
mengakui dosa umat.[10]
Bab III
Penutup
3.1
aplikasi yang dapat di ambil bagi jemaat
masa kini
Pada saat Bait Allah masih ada umat Tuhan begitu
antusias dalam melakukan penyembahan, meskipun dengan aturan dan tata cara
ibadah atau liturgi ibadah yang menurut zaman sekarang sangat susah, umat Tuhan
tidak dapat datang dengan sendiri pada Tuhan dan harus melalui imam dan umat
Tuhan pun di haruskan membawa kurban bagi Tuhan, tetapi setelah Tuhan Yesus
datang Tuhan telah menggenapi semua hukum taurat yang ada, dan Tuhan telah
mengorbankan nyawanya untuk menebus setiap manusia dari dosa, sehingga umat
manusia tidak perlu lagi membawa kurban ketika datang kepada Tuhan, tetapi pada
kenyataan saat ini banyak sekali orang percaya yang tidak menghargai kurban
Tuhan di atas kayu salib, mereka menyianyiakan itu semua dengan hidup sesuai
keinginanya sendiri. Oleh karena itu setelah mempelajari liturgi dalam Bait
Allah penulis dapat memberikan aplikasi bagi orang percaya saat ini yaitu
setiap orang percaya yang telah di tebus Tuhan di atas kayu salib harus
bersyukur dan menghargainya dengan menujukan keseriusan
[1] Sostenis Nggebu dari ur-kasdim sampai ke Babel. Yayasan kalam
hidup. Bandung, 2000. Hal 203
[2] Dr F.l. Bakker. Sejarah kerajaan Allah. Bpk gunung mulia. Jakarta,
1993. Hal 559
[3] Lukas adi s, “Smart Book of Christianity”yogyakarta. Andi, 2015,
hlm 698
[4] Howard F. Vos”Arkeologi dan sejarah Alkitab”malang. Gandum mas.
1997. Hlm 214
[5] W.R.F. Browning. Kamus Alkitab. BPK. Gunung Mulia, Jakarta. 2007.
Hal. 43
[6] Dr F.l. Bakker. Sejarah kerajaan Allah. Bpk gunung mulia. Jakarta,
1993. Hal 357
[7] Brian j bailey. Daud dan Salomo. Nafiri Gabriel. Jakarta, 1997.
Hal. 157
[8] J. I. Packer, Merrill C. Tenney. Ensiklopedi fakta Alkitab.yayasan
penerbit Gandum Mas. Malang, 2001. Hal. 820
[9] W.R.F. Browning. Kamus Alkitab. BPK. Gunung Mulia, Jakarta. 2007.
Hal. 149
[10] J. I. Packer, Merrill C. Tenney. Ensiklopedi fakta Alkitab.yayasan
penerbit Gandum Mas. Malang, 2001. Hal. 823-832