Sabtu, 19 Agustus 2017

bukti Yesus adalah Tuhan dalam Injil Markus

by : jamal 
“Bukti Keilahian Yesus Dalam Injil Markus”

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Keilahian Yesus  di sini mengandung pengertian “memiliki kodrat hakiki Allah atau kodrat yang Mahatinggi”. Keilahian Yesus dinyatakan berulangkali dalam gelar “Anak Allah” yang diberikan kepada-Nya oleh orang lain maupun diri-Nya sendiri, bahkan Bapa sendiri menyebut Yesus sebagai “Anak yang dikasihi (Markus 1:1, 11; 14:61; 5:7; 9:7; 12:6)[1]. Keilahian Yesus merupakan sifat Ke-Allahan-Nya yang mutlak, karena Ia adalah Allah yang mahakuasa dan juga sebagai Pencipta seluruh alam semesta dan segala yang ada. Markus dengan sangat mengesankan memulai dengan pernyataan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dan diakhir Injilnya Markus memberitahukan kepada kita bahwa kepala pasukan Romawi mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah (15:39)[2]. Ketika Yesus dimuliakan di atas gunung, sekali lagi Markus mencatat suara dari sorga: “Inilah Anak yang Kukasihi (9:7). Markus dengan tegas mengatakan kebenaran ini.
Inilah bukti keilahian Yesus yang adalah Anak Allah dan Dialah Allah itu sendiri. Keilahian yang dimiliki Yesus sesuatu yang bersifat kekal dan mutlak yang nampak dan terpancar dari Diri-Nya sendiri. Tak ada satu pun kuasa yang ada di dunia ini yang mampu menandinggi kekuasaan keilahian-Nya. Bahkan disebutkan di dalam Injil Markus, semua kuasa roh-roh jahat tunduk dan sujud menyembah di hadapan-Nya dan mereka pun mengenal Dia sebagi Anak Allah yang mahakuasa. Keilahian-Nya dapat menyembuhkan orang yang sakit dan melepaskan mereka yang kerasukan roh jahat.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pernyataan tentang keilahian Yesus dalam Injil Markus?
2.      Bukti apa sajakah mengenai keilahian-Nya?
3.      Bagaimanakah keilahian Yesus sebagai Pribadi Allah?

C.  Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas maka penulis membuat tujuan penulisan sebagai berikut:
1.      Memaparkan pernyataan-pernyataan tentang keilahian Yesus itu sendiri.
2.      Membuktikan bahwa Yesus adalah Pribadi yang Ilahi.
3.      Menjelaskan Ke-Allahan Yesus di dalam keilahian-Nya.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pernyataan Tentang Keilhaian Yesus
1.      Murid-murid-Nya menyebut-Nya Anak Allah (1:1; 14:61; 5:7)
Murid-murid, orang lain, bahkan Iblis sendiri pun menyebut Yesus sebagai Anak Allah, tetapi Kristus tidak pernah menolak sebutan ini. Ketika Ia diserang musuh, digugat oleh orang lain dan ejekan yang berbunyi: “Apakah Engkau Mesias, Anak Allah yang terpuji? Mark 14:61. Dari pertanyaan-pertanyaan atau ejekan-ejekan itu, Yesus menjawab: “Akulah Anak Allah”.[3] Kesemuanya ini membuktikan sebutan manusia pada diri Kristus Yesus sebagai Anak Allah atau dengan kata lain manusia mengakui Ia adalah Anak Allah.
2.      Ia menyebut Diri-Nya sebagai Anak Allah (12:6)
Yesus mengakui Diri-Nya sebagai Anak Allah, maksudnya tidak lain dari pada Anak Allah. Sebab itu ketika imam besar menuduh Dia telah menghujat Allah dengan mengatakan Diri-Nya sebagai Anak Allah (Mark 12:6); maka ini menunjukkan manusia tidak menghargai Dia sebagai Anak Allah, bukan hanya merupakan hubungan dari etika manusia dengan sejarah, terlebih lagi yang transenden, satu-satunya. Yesus juga disebut dengan nama Ilahi “Yang kudus dari Allah (1:24).  
3.      Allah Bapa menyebut Dia sebagai “Anak-Ku yang Ku kasihi” (1:11; 9:7)
Ini adalah kesaksian Allah Bapa terhadap manusia, membuktikan apa yang dikatakan Yesus adalah benar, dan Allah Bapa pun mengakui Dia sebagai Anak Allah. Karena Yesus adalah Anak Tunggal yang paling dikasihi Bapa, perkataan ini diucapkan Bapa setelah Yesus dibaptis, maka turunlah Roh Kudus yang menyerupai burung merpati ke atas-Nya.  
4.      Ia juga disebut Tuhan (Mark 2:28)
Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat. Ia sendiri yang berkata dan menyebut Dia Tuhan. Yesus mengakui bahwa Dia adalah Tuhan, manusia tidak mungkin menyebut dirinya Tuhan. Menyebut Diri-Nya sebagai Tuhan yakni mengakui keilahian-Nya; Dia adalah Allah[4]. Di dalam Perjanjian Baru Tuhan menunjukkan Yesus. 

B.     Bukti-bukti Keilahian Yesus Kristus
1.      Mukjizat-mukjizat Yesus
Markus mengisahkan banyak sekali mujikzat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Pelayanan Tuhan Yesus terutama pada waktu Ia melayani di daerah Galilea, meliputi empat hal: berkhotbah (kerusso), mengajar (didakso), mengusir setan (exorcism) dan menyembuhkan orang sakit (healing)[5]. Dalam rangka menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan serta mujikzat-mujikzat lainnya banyak sekali dilakukan oleh Yesus (1:32-34, 39; 6:53-56). Yesus tidak pernah menolak orang yang datang kepada-Nya yang meminta tolong. Namun mujikzat bukanlah pekerjaan atau pelayanan Tuhan Yesus yang terutama, melainkan untuk meneguhkan dan menguatkan apa yang dikhotbahkan dan diajarkan Tuhan Yesus, di samping untuk menyatakan keilahian-Nya[6]. Diantaranya:  
a.       Yesus mengusir Setan di rumah Ibadah
Maka pada waktu pertama kali Yesus beribadah dan mengajar di rumah ibadah di Kapernaum, di sana ada seorang yang kerasukan roh jahat. Di sana Yesus melakukan mukjizat secara terbuka di depan umum pada hari Sabat. Ini adalah mukjizat pertama yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam Injil Markus. Pekerjaan Yesus di sana sangat berhasil. Ia melakukan banyak mujizat yang luar biasa yang membuat banyak orang kagum dan takjub. Roh jahat pun diperintah-Nya keluar (1:23-27)[7]. Yesus merupakan pahlawan yang gagah perkasa datang sebagai Anak Allah dan Juruselamat dunia bersama dengan kedatangan Kerajaan-Nya.


b.      Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus
Pada hari yang sama ketika Yesus mengusir roh jahat di rumah ibadah, Yesus datang ke rumah Petrus (juga di Kapernaum) dan menyembuhkan ibu mertua Petrus yang sakit demam. Tentunya Simon Petrus dan Andreas saudaranya, percaya dan melihat kuasa Yesus yang bisa melakukan mujikzat, lalu memohon Yesus untuk menyembuhkan ibu mertuanya. Maka Yesus datang menyembuhkannya. Ini mujikzat kedua yang dilakukan Tuhan Yesus yang dicatat dalam Injil Markus.  Di samping itu, Yesus juga menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan (1:32-34; 5:1-20).
c.       Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta
Di bagian akhir pasal Yesus menyembuhkan orang yang sakit kusta. Markus mengisahkan bagaimana Yesus menyembuhkan si kusta untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah, sebagaimana yang dinubuatkan dalam PL (Yes 35:5 bdk Luk 7:22).  Penulis percaya si kusta itu percaya bahwa Yesus mau dan dapat mentahirkan dia, maka ia berlutut dan memohon kepada Yesus  untuk mentahirkannya. “Berlutut dan memohon” mengindikasikan imannya kepada Yesus. Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau jadilah engkau tahir “ (1:41).[8]
d.      Yesus menyembuhkan orang lumpuh
     Dalam pasal 2 kita melihat bagaimana Markus mencatat Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh. Ada fenomena baru yang kita dapat lihat dan pelajari dalam hal ini, yaitu Yesus menyelesaikan masalah rohani terlebih dahulu, yaitu mengampuni dosa si lumpuh itu, baru kemudian jasmaninya disembuhkan (2:1-12). Hal ini menyatakan bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa seseorang. Dengan kalimat ini jelas kita mengenal keilahian Yesus. Sebab bagi orang Yahudi hanya Allahlah yang berkuasa mengampuni.

e.       Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya  
Mukjizat berikutnya ialah Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (3:1-6), di mana ada seorang yang mati tangan kanannya. Orang tersebut tentulah tidak bisa mencari nafkah . Keadaan inilah bagi Yesus adalah keadaan yang kasihan dan perlu ditolong. Lalu Tuhan Yesus hanya mengatakan kepada orang itu (1) Berdirilah di tengah, dan (2) Ulurkanlah tanganmu!, lalu sembuhlah orang itu.
f.       Yesus meredakan angin ribut (4:35-41)
Yesus hendak menyeberang danau Galilea tujuan-Nya ialah untuk Gerasa dan berhadapan dengan roh jahat dan bermaksud membinasakan-Nya (5:1-20). Maka tidaklah heran kalau roh jahat itu menghalang-halangi kedatangan Tuhan Yesus dengan membangkitkan angin rebut yang begitu dahsyat. Kemudian Yesus menghardik angin ribut itu sehingga menjadi tenang. Kata “menghardik” yaitu epitimao, suatu kata yang biasa ditujukan kepada roh jahat (bdk 1:25; 8:33; 9:25, Yunani). Markus memakai kata itu mungkin ia juga melihat ada kuasa roh jahat di belakangnya.   
g.      Yesus mengusir setan di Gerasa
Ketika Yesus sampai di daerah Gerasa, baru saja turun dari perahu datanglah seorang yang kerasukan roh jahat (5:1-20). Roh jahat itu sangat kuat, tidak seorang pun dapat mengikatnya rantai pun diputuskan dan belenggunya dimusnahkan. Tidak heran ketika ditanya oleh Tuhan siapakan namanya, jawabnya: “Namaku Legion, karena kami banyak (5:9)[9]. Lalu Yesus mengusir roh-roh jahat itu, kemudian roh-roh jahat itu masuk ke dalam babi dan membinasakan 2000 ekor babi dan mati ke dalam danau.
h.      Yesus menyembuhkan Bartimeus (10:46-52)
Mujikzat ini adalah mukjizat terakhir yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, terjadinya di Yerikho, yaitu dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Sedikit berbeda dengan mukjizat-mukjizat sebelumnya, Bartimeus jelas adalah  a man of faith, sehingga ia mendapat kesembuhan yaitu matanya dicelikkan. Memang dari Injil Markus kita mengetahui unsur iman sangat penting bagi terjadinya mukjizat, misalnya kepada Yairus anak perempuannya yang sudah mati pun dibangkitkan (5:36), kepada perempuan yang sakit pendarahan (5:34).
2.      Kebangkitan Yesus dari Kematian[10]
·         Kehilangan besar darah menyebabkan Yesus mati. Dia mempunyai 5 luka dan  berada di atas kayu salib  mulai  jam  9 pagi (Markus 15:25) hingga jam 3 sore (Markus 15:42).
·         Pilatus memastikan bahwa Yesus mati sebelum diserahkan mayat-Nya ke Yusuf dari Arimatea.(Markus 15:42-47).
·         Hari Minggu kubur Yesus kosong, Yesus telah bangkit (Matius 28; Markus 16).
·         Penampakan Diri Kristus kepada Maria Magdalena (Mark 16:9), kepada dua murid dalam perjalanan ke Emaus (Mark 16:12-13), dan kepada sebelas murid termasuk Tomas (Mark 16:14)[11].
3.      Kemahakuasaan Kristus
Kristus melakukan tindakan-tindakan yang hanya dilakukan oleh Allah. Perhatikanlah pekerjaan dan tindakan yang dilakukan oleh Kristus adalah sebuah Pengampunan: Ia mengampuni dosa selama-lamanya. Manusia mungkin dapat melakukannya untuk sementara,namun Kristus memberikan pengampunan kekal (Markus 2:1-12). Kemahakuasaan adalah semacam sifat Allah, yang mahakuasa adalah Allah. Karena Yesus mahakuasa maka itu Ia adalah Allah. Nama Yesus adalah “Allah yang mahakuasa”[12], jadi jelaslah Ia adalah Allah. Yesus mempunyai otoritas, menguasai segala sesuatu, bahkan melampaui segala sesuatu. Ia sanggup melakukan mujizat-mujizat yang banyak dicatat oleh Markus, karena Ia adalah Yang Mahakuasa. Yesus mempunyai tujuan dalam hal ini, pertama, demi kemuliaan Allah agar manusia dapat mengenal Allah. Kedua, untuk membangun orang lain.
a.       Kuat kuasa-Nya di bumi
ü  Menang atas segala sakit-penyakit (Mark 4:23-24)
ü  Menang atas kematian (5:22-24, 35-43)
b.      Kuat kuasa-Nya di neraka[13]
Ø  Menang atas iblis (1:21-27; 5:1-20; 9:14-29)
Ø  Menang atas malaikat jahat (6:56).
4.      Kemahatahuan Yesus
Ia mengetahui isi hati mereka (2:8). Kemahatahuan Yesus menunjukkan bahwa Ia mempunyai pengetahuan mutlak sempurna dan kekal terhadap segala sesuatu, obyek pengetahuan-Nya itu baik yang nyata, yang abstrak[14], yang dahulu dan yang sekarang bahkan yang akan datang.  Yesus mengetahui apa yang tidak diketahui oleh manusia. Ia mengetahui isi hati manusia, itu jelas bahwa Yesus adalah Pribadi Ilahi. Sebab kemahatahuan Kristus tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, kemahatahuan Allah adalah secara langsung dan lengkap dan sempurna yang tidak perlu melalui panca-indera apapun, tidak perlu berdasarkan penelitian ataupun penafsiran.

C.      Ke-Allahan Yesus
Markus mengawali Injilnya dengan menyebut Yesus Kristus sebagai “Anak Allah” (1:1), ketika ia sampai pada puncak tulisannya, ia mengisahkan bagaimana seorang perwira ketika menyaksikan kematianYesus di kayu salib berkata, “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah” (15:39)[15]. Jadi, “Anak Allah merupakan gelar yang pertama dan yang terakhir di antara gelar-gelar yang digunakan untuk Yesus dalam Injil ini. Ungkapan ini bisa dipakai untuk kaum beriman sebagai anggota-anggota keluarga Surgawi, meskipun Markus tidak memakai ungkapan tersebut dalam arti khusus. Istilah ini mengacu pada seseorang yang mempunyai hubungan istimewa dengan Allah yang tidka dimilki oleh orang lain. Hanya dua kali Markus mencatat adanya suara ilahi, dan pada kedua peristiwa tersebut Allah memanggil Yesus “Anak”. Markus bermaksud mengatakan bahwa Allah memberitahukan kepada kita bagaimana kita seharusnya memandang Yesus. Pada waktu Yesus dibaptis, ada “suara dari surga” (jelas suara Allah) yang berkata, “Engkau Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (1:11). Hal ini tidak bisa dilihat sebagai pujian yang diberikan kepada seseorang yang sekedar baik saja. Anak yang dikasihi Allah ini adalah seseorang yang istimewa.
Sebutan ini kita temukan lagi di atas gunung Transfigurasi, ketika suara dari awan mengatakan, “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia (9:7). Tiga orang murid pilihan Petrus, Yakobus dan Yohanes telah menyaksikan sepintas kemuliaan Anak Allah, suatu kemuliaan yang tidak dinyatakan selama hidup-Nya di dunia ini, namun benar-benar nyata. Ketika roh-roh jahat melihat-Nya mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya serta berteriak, “Engkaulah Anak Allah” (3:11)[16]. Ada kejadian istimewa, yaitu tentang orang kerasukan setan di Gerasa yang menyebut Tuhan kita sebagai “Yesus Anak Allah yang mahatinggi” (5:7). Roh jahat itu mengakui kuasa Yesus, karean ia  menyatakan tidak mempunyai urusan apa pun dengan Yesus, dan ia menyadari bahwa Yesus bisa memperlakukan dia dengan keras. Yesus mempunyai kuasa untuk berbuat begitu.
Kesadaran Yesus akan diri-Nya sebagai Anak Allah adalah melalui suatu pernyataan doa-Nya. Doa itu ditujukan kepada Allah sebagai Bapa, dan gelar Bapa disebutkan dua kali. Bapa digambarkan sebagai Tuhan langit dan bumi. Tetapi yang terpenting ialah bahwa doa itu menyangkut pernyataan Allah. Di sini Yesus menyebut Allah sebagai “Bapa-Ku” dan juga “Bapa”, tetapi Ia menggunakan bentuk mutlak “Anak” sebagai penggambaran diri[17]. Pernyataan ini nampaknya melibatkan hubungan anak yang unik antara Yesus dan Allah. Pernyataan Yesus yang lain yang menimbulkan kesulitan dalam Markus 13:32. Pernyataan itu mendukung hubungan bapa-anak yang erat antara Allah dengan Yesus, tetapi menimbulkan kesulitan karena kesan ketidaktahuan Anak.  Pandangan Kristus sebagai Anak Allah tidak dibangun secara doktrinal tetapi ditentukan oleh aktivitas ilahi-Nya.[18] Ia menarik orang banyak, berkuasa atas segala penyakit, dan mengusir roh jahat dengan otoritas penuh. Ia memenangkan badai dengan perkataan dan menyatakan kuasa-Nya atas alam.

D.      Kebangkitan Yesus
Bagian terakhir dalam Injil Markus dikisahkan mengenai kebangkitan Yesus dari kematian-Nya pada hari ketiga, yang disaksikan oleh Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus serta Salome ketika mereka hendak mengunjungi kuburan Yesus untuk meminyaki Yesus (16:1-8). Menurut aturan hukum orang Yahudi, kesaksian wanita tidak bisa menjadi bukti pada masa itu, tapi Injil Markus menuliskan bahwa para wanita merupakan saksi pertama dari kubur kosong.[19] Tetapi tampaklah ada anak muda yang berjubah putih menampakkan diri kepada mereka serta berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini (16: 5-6). Yesus telah bangkit, itu menandakan bahwa Ia adalah pribadi yang Ilahi yang sepenuhnya adalah Allah. Hanya Allah yang dapat melakukan hal itu tanpa campur tangan manusia atau pun kuasa-kuasa jahat sekalipun. Ini sebagai bukti bahwa Ia penuh kuasa dan kemuliaan, dan Yesus telah mengalahkan maut serta kematian. Yesus telah menampakan diri kepada murid-murid-Nya.








BAB III
PENUTUP
Kitab Markus sudah sangat jelas membahas dan mencatat tentang keilahian Yesus dan Dia adalah Tuhan atau Allah 100%. Yesus menerima penyembahan dari manusia, Yesus tidak berdosa, Yesus hidup penuh dengan mujizat-mujizat, dan Yesus bangkit dari kematian membuktikan bahwa Yesus benar-benar adalah Tuhan Pribadi Ilahi. Dengan banyak orang menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan. Pertama, murid-murid-Nya menyebut Dia Anak Allah (1:1). Kesemuanya ini membuktikan sebutan manusia pada diri Kristus Yesus sebagai Anak Allah atau dengan kata lain manusia mengakui Ia adalah Anak Allah. Kedua, Yesus mengakui Diri-Nya sebagai Anak Allah, maksudnya tidak lain dari pada Anak Allah. Ketiga, Allah Bapa menyebut Dia sebagai “Anak-Ku yang Ku kasihi” (1:11; 9:7) Ini adalah kesaksian Allah Bapa terhadap manusia, membuktikan apa yang dikatakan Yesus adalah benar, dan Allah Bapa pun mengakui Dia sebagai Anak Allah. Karena Yesus adalah Anak Tunggal yang paling dikasihi Bapa.
Yesus juga banyak melakukan mujizat-mujizat dan tanda-tanda ajaib kepada mereka yang membutuhkan dan yang datang kepada Yesus. Perkara ini hanya dapat dilakukan oleh Allah, Ia berbelas kasihan secara manusia tidak mungkin. Sehingga banyak dari mereka yang menyaksikan perbuatan Yesus itu terkagum-terkagum dan menyanjung perbuatan ajaib Yesus. Mulai dari Yesus mengusir Setan di rumah Ibadah, menyembuhkan orang-orang yang sakit, mereka yang kerasukan setan (roh jahat), meredakan angin rebut, memberikan makan beribu-ribu orang sampai kepada Yesus bangkit dari kematian. Kesimpulannya adalah Yesus adalah Pribadi Ilahi atau Pribadi Allah itu sendiri yang penuh kuasa dan sangat setuju. Semua ini tercatat dalam Injil Markus.





Daftar Pustaka

1.      S, Jonar. 2013. Kristologi. Yogyakarta: ANDI
2.      Santoso, Dr. David Iman . 2012. Theologi Markus. Malang: SAAT
3.      Wongso, Pdt. Dr. Peter.  1988. Kristologi. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara
4.      Indra, Ichwei G. Allah-Manusia Sejati. Semarang: Pelayanan Kristen Mandiri “Mikhael”
5.      Morris, Leon. 1996. Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.
6.      Guthrie, Donald. 2013. Teologi Perjanjian Baru 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia
7.      Fernando, Ajith. 2006. Supremasi Kristus. Surabaya: Momentum
8.      http://www.pemudakristen.com/artikel/keilahian_yesus_kristus.php




[1] Jonar S. Kristologi. (Yogyakarta: ANDI, 2013), hlm. 59. 
[2] Dr. David Iman Santoso. Theologi Markus.( Malang: SAAT, 2012), hlm. 55.
[3] Pdt. Dr. Peter Wongso. Kristologi. (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1988), hlm. 4-5.
[4] Pdt. Dr. Peter Wongso. Kristologi. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1988), hlm. 6.
[5] Dr. David Iman Santoso. Theologi Markus. (Malang: SAAT, 2012), hlm. 32.
[6] Ibid, hlm. 33.
[7] Ibid, hlm. 34-35.
[8] Dr. David Iman Santoso. Theologi Markus. (Malang: SAAT, 2012), hlm. 35-40.
[9] Dr. David Iman Santoso. Theologi Markus. (Malang: SAAT, 2012), hlm. 41-45
[10] http://www.pemudakristen.com/artikel/keilahian_yesus_kristus.php
[11] Ichwei G. Indra. Allah-Manusia Sejati. (Semarang: Pelayanan Kristen Mandiri “Mikhael”), hlm. 80.
[12] Pdt. Dr. Peter Wongso. Kristologi.( Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1988), hlm. 24-25.
[13] Pdt. Dr. Peter Wongso. Kristologi. (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1998), hlm. 24
[14] Ibid, hlm. 26.
[15] Leon Morris. Teologi Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas, 1996), hlm. 136-137.
[16] Leon Morris.  Teologi Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas, 1996), hlm. 137.
[17] Donald Guthrie. Teologi Perjanjian Baru 1. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), hlm. 345.
[18] Donald Guthtrie. Pengantar Perjanjian Baru volume 1. (Surabaya: Momentum, 2012), hlm. 45.
[19] Ajith Fernando. Supremasi Kristus. (Surabaya: Momentum, 2006), hlm. 251.