Selasa, 02 Mei 2017

makna kurban penghapus dosa dan relevansinya

Bab II
Pembahasan
2.1.  Pengertian Kurban Penghapus Dosa
Kita tentuna mengetahui jika Allah itu kudus, tetapi manusia itu berdosa, dan ketika manuisa berdosa, manusia tidak dapat menghampiri Allah. Jika manuisa ingin menghampiri manusia ia harus membawa kurban yang di persembahkan kepada Alah[1]. Karena Kurban dipahami sebagai persembahan kepada yang ilahi, sebagai pengganti manusia yang berdosa, atau santapan untuk dewa-dewa,dan sebagainya. Sistem kurban ini secara tidak langsung mengungkapkan akan adanya sesuatu yang lebih besar dari manusia, karena korban itu dipersembahkan kepada sesuatu atau seseorang yang dianggap lebih besar dari manusia. Dan manusia yang menyadari akan kesalahan-kesalahannya, memberikan korban kepada sesuatu yang lebih besar ini, sehingga akibat dari kesalahan-kesalahan tidak lagi ditimpakan kepada manusia yang melakukan kesalahan. Perlu kita perhatikan konsep kurban oleh orang kafir dengan konsep kurban orang Israel pada hakekatnya sangat berbeda. G. E. Wright dan Kuiper dalam buku mereka menjelaskan bagaimana konsep orang kafir mengenai kurban tidak lepas dari anggapan anthropomorf tentang dewa. Dimana  antara manusia dan dewa terdapat ikatan kekeluargaan dan persamaan, sehingga para dewa menyerupai manusia. Dewa bergantung pada manusia demikian sebaliknya manusia bergantung kepada dewa. Disini berlakulah dasar pokok do ut des (aku memberi agar engkau memberi). Namun lain halnya dengan kurban dalam kitab Imamat sering dinyatakan untuk ’menebus’(Imamat 1:4, dst). Kurban salah satu kelompok kata untuk ’persembahan’ yang berasal dari kata kerja ’untuk membawa dekat.” Kurban adalah sarana umat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah bukan karena umat bermasud minta balasan berdasarkan kurban yang sudah diberikan, melainkan kurban itu adalah korban sukarela kepada Allah juga sebagai tebusan atas pelanggaran umat kepada Allah. Sedangkan Adam Clarke yang dikutip oleh Pdt Budi Azali dalam artikelnya di internet berkata:
“‘Bring an offering.’ The word KURBAN, from KARAB, ‘to approach or draw near,’ signifies an offering or gift by which a person had access unto God: and this receives light from the universal custom that prevails in the east, no man being permitted to approach the presence of a superior without a present or gift; and the offering thus brought was called ‘korban,’ which properly means the introduction-offering, or offering of access” ( ‘Membawa suatu persembahan / korban’. Kata KURBAN, dari kata KARAB, ‘mendekat’, menunjukkan suatu kurban atau pemberian dengan mana seseorang mendapat jalan masuk kepada Allah: dan ini mendapatkan terang dari kebiasaan universal yang berlaku di Timur, tak seorangpun diijinkan untuk mendekati seorang yang lebih tinggi tanpa suatu hadiah atau pemberian; dan persembahan yang dibawa itu disebut ‘kurban’, yang secara benar berarti ‘kurban yang mempersiapkan jalan’ atau ‘kurban jalan masuk’). pemberian dengan mana seseorang mendapat jalan masuk kepada Allah: dan ini mendapatkan terang dari kebiasaan universal yang berlaku di Timur, tak seorangpun diijinkan untuk mendekati seorang yang lebih tinggi tanpa suatu hadiah atau pemberian; dan persembahan yang dibawa itu disebut ‘kurban’, yang secara benar berarti ‘kurban yang mempersiapkan jalan’ atau ‘kurban jalan masuk’).[2] Ada beberapa istilah tenang kurban yang perlu di perhatikan secara khusus. “kurban penghapusan dosa mudah di kacaukan dengan “Kurban penebus salah”, karena keduanya sama, kecuali kurban penebus salah menuntut ganti rugi kepada orang yang dirugikan oleh dosa.
Persembahan karena dosa “melunasi” atau mengadakan perdamaian karena kesalahan – kesalahan ritual seorang penyembah terhadap Tuhan. Kesalahan – kesalahan ini dilakukan secara tidak sengaja. (Im 4:1-2). Dosa – dosa imam besar di hapuskan dengan mempersembahkan seekor lembu jantan, darahnya tidak di siram di atas mezbah, tetapi dipercikan dari jari imam besar itu sebanyak tujuh kali di atas mezbah. Selanjutnya semua lemak dari perut di bakar. Semua bagian yang lain di bakar tidak dimakan, di luar perkemahan atau kota di “suatu tempat yang tahir, ke tempat pembuangan abu”
Dosa para pemuka dalam masyarakat itu harus dihapuskan dengan mempersembahkan seekor kambing jantan. Darahnya dipercikan sekali saja, kemudian darah selanjutnya dicurahkan sekeliling bagian bawah mezbah seperti dalam kueban bakaran. Dan dosa seorang pribadi dengan kurban binatang betina, kambing, domba, burung terkukur atau burung merpati. Apabila seorang tidak dapat menyediakan kurban seperti itu, persembahan tepung yang terbaik dapat di terima. Cara mempersembahkan tepung ini sama seperti cara untuk kurban sajian.
“Upacara kurban dalam Perjanjian Lama berpusat pada kata kerja bahasa Ibrani kipperyang biasanya diterjemahkan dengan “mendamaikan” atau “menutupi” (Imamat 1:4). Arti dasarnya barangkali “menutupi” atau “menghapuskan”. Atau kata kerja ini menunjuk kepada proses penebusan atau pendamaian dengan membayarkan sejumlah uang atau upeti, yang mencerminkan arti kata benda Ibrani koper (“harga tebusan”). Berdasarkan konteks alkitabiah (terutama Imamat 17:11), arti terakhir ini paling tepat mencerminkan konsep Ibrani.”  
2.2. Makna Korban Penghapus Dosa
Ketika kita diberitahukan, pada akhir kitab Ibrani, untuk pergi kepada- Nya diluar kemah, Ibr 13:13, pesan mengenai datang dengan keberanian ke tahta kasih karunia terlihat menjadi kebalikan. Kebenaran dibelakang pernyataan ini adalah bahwa kita bersatu dengan Dia salam kurban penghapus dosa dan penebus salah, seperti juga pada persembahan yang lain. Ini, kemudian, adalah yang membawa kita maju, dalam partisipasi total, kepada pernyataan korban keselamatan, ‘Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan kurban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan (mengucap syukur – Terjemahan Inggris) nama- Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab kurban-kurban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.’ Ibr 13:15, 16. Kita berpartisipasi dalam kurban penghapus dosa ketika kita mengaktifkan pengampunan Allah dan proses untuk penghapusan dosa dari kehidupan kita (atau kehidupan yang lain). Darah Kristus telah dipercikkan tujuh kali di tutup pendamaian (kursi kemurahan – terjemahan Inggris) untuk mengaktifkan pengampunan dan kemurahan bagi semua yang mendekat. Jadi semua persembahan adalah ‘demi kemurahan Allah (oleh kemurahan Allah – terjemahan Inggris’. Rom 12:1. Ketika kita bersatu dengan Kristus dalam kurban penghapus dosa, pemisahan dibuat antara yang diletakkan di atas mezbah didalam kemah, dan yang dibakar diluar kemah di tempat tahir. Im 4:9-12. Ginjal (Ibrani dan yang dibakar diluar kemah di tempat tahir. Im 4:9-12. Ginjal (Ibrani. kilyah, kekang/kontrol) dan lemak dari korban dibakar di mezbah yang di dalam. Ginjal mewakili bagian dalam kita, hati kita diuji oleh Tuhan di atas mezbah. ‘Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin (pikiran – terjemahan Inggris) [Ibr. kilyah], untuk memberi balasan kepada setiap  orang setimpal dengan … hasil perbuatannya’. Yer 17:10. Jika kita menemukan pertobatan benar dalam hati kita dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk bersatu dalam persembahan Kristus, maka proses untuk penghapusan dosa dalam kehidupan kita dapat menjadi efektif. Tubuh dari persembahan dibawa keluar kemah untuk dibakar di tempat tahir. ‘Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus [untuk mengaktifkan kemurahan dan pengampunan] oleh Imam Besar [sebagai kurban] penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan’. Ibr 13:11. Tempat tahir mengindikasikan kehidupan, rumah dan konteks dimana kita berada diluar dari kemah dan persembahan perjamuan, tempat dimana elemen kedagingan harus diproses hari demi hari. Adalah di dalam konteks kehidupan keseharian kita, proses ganjaran dan pembersihan terjadi. Seperti Kristus diganjar dan dibuat menderita oleh Bapa di taman Getsemani, demikian juga kita menanggung ganjaran untuk penghapusan dosa dan untuk warisan dan kedewasaan kita sebagai anak. Api yang membakar di tempat tahir membedakan antara hal-hal yang diberikan kepada kehancuran dan hal-hal yang diberikan kepada Tuhan dan dapat dimurnikan oleh api.
Dari pengertian tersebut dapatlah dikatakan bahwa kurban-kurban yang dipersembahkan oleh Israel kepada Allah dalam Perjanjian Lama adalah merupakan pengganti (substitusi) nyawa mereka sendiri. Gagasan ini jelas terlihat dalam peristiwa kurban-kurban yang dicurahkan darahnya. Dalam hal ini, darah bukan unsur yang mengandung tenaga gaib, tetapi diterima Allah sebagai pengganti nyawa atau sebagai tebusan orang yang beribadah itu.
            Dalam melaksanakan kurban bakaran tidak akan terlepas dari seorang imam. Imam harus seorang yang diurapi. Ungkapan imam yang diurapi tertdapat hanya dalam imamat, karena imam-imam di Yerusalem biasanya di sebut imam saja dan tidak ada penekanan imam itu diurapi. Dan hanya raja Daudlah yang diurapi karena dia mengepalai kerajaan dan ibadah. Imam mewakili bangsa Israel di depan Allah dan memimpin upacara keagamaan atas nama mereka. Sebab itu jika imam bersalah dalam melaksanakan ritual bangsa pun ikut didalamnya.
2.2.1. Fungsi dari Kurban Penghapus Dosa
Kurban yang paling penting adalah kurban penghapus dosa, yang selalu mendahului kurban-kurban yang lainya dan memainkan peranan yang amat penting pada hari raya pendamaian. Karena seseorang yang berbuat dosa baik di sengaja atau tidak di sengaja maka ia harus membawa kurban domba atau kambig sebagai penghapus dosa. Ketika kita melihat definisi korban itu sendiri sebenarnya sudah mengisyaratkan betapa pentingnya kurban itu sendiri. Jika diperhatikan lebih jauh  mengapa dalam kitab Imamat sangat ditekankan persembahan korban dimana pasal satu sampai pasal tujuh dengan detail membahas peraturan-peraturan  persembahan kurban yang harus dilakukan oleh umat Tuhan pada waktu itu, jelaslah betapa pentingnya kurban itu di dalam Perjanjian Lama. 
Jika kita perhatikan persembahan kurban binatang merupakan tema penting dalam seluruh Kitab Suci. Ketika Adam dan Hawa berdosa, Allah mengorbankan binatang untuk menyediakan pakaian bagi mereka (Kejadian 3:21). Kain dan Habel membawa persembahan kepada Allah. Persembahan Kain tidak diterima karena dia mempersembahkan buah-buahan sedangkan persembahan Habel diterima karena dia mempersembahkan "anak sulung dari kambing dombanya" (Kejadian 4:4-5). Setelah banjir surut, Nuh mempersembahkan binatang kepada Allah. Persembahan Nuh ini merupakan persembahan yang berbau harum yang menyenangkan Tuhan (Kejadian 8:20-21). Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya. Abraham taat kepada Allah, namun ketika Abraham siap mempersembahkan Ishak, Allah campur tangan dan menyediakan seekor domba jantan untuk mati menggantikan Ishak (Kejadian 22:10-13). Kurban adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam ibadat orang Israel. Jika seorang imam berbuat dosa, atau seluruh komunitas itu bersalah karena berbuat dosa, maka seekor lembu jantan harus di kurbankan dan darahnya di bawa ke dalam Kemah Suci dan di percikan di depan tabir penyekat tempat kudus. Lemak, kedua buah pinggang dan umbai hati lembu itu harus di bakar di atas mezbah kurban bakaran, tidak ada yang boleh di makan dari kurban ini.  
 Pulpit Commentary menjelaskan begini: “The offerer’s  faith is truly needful as the victim he brings. ‘Without faith it is impossible to please God’ (= Iman dari si pemberi korban sama perlunya seperti kurban yang ia bawa. ‘Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.’) Ibr 11:6  “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah”. Dalam Imamat 4,5,6 dan 7 diuraikan kepada kita hukum-hukum kurban penghapus dosa dan kurban penebus salah. Kurban penghapus dosa bermaksud memperbaiki hubungan dengan Allah kembali dan untuk menebus dosa. Kurban penghapus dosa ini dipersembahkan pada hari Pendamaian Besar untuk menebus dosa pada imam dan segenap bangsa Israel. Sedangkan korban pengahapus salah adalah kurban ganti rugi kepada orang yang dirugikan. Dalam kurban penghapus dosa jika seorang imam yang melakukan dosa maka ritual itu akan di ikuti oleh seluruh rakyat. Untuk menghapus dosa seorang imam lembu jantan yang di kurbankan, ketika lembu jantan di persambahkan karena dosa imam maka ada beberapa yang berhubungan dengan darah. Yang pertama adalah sesudah lembu jantan di sembelih darahnya di kumpulkan dalam mangkok dan imam masuk ke dalam tempat kudus dari pelataran luar dan memercikan sedikit darah di depan tabir sebanyak tujuh kali. Yang kedua imam membuhbuhkan sedikit darah pada tanduk-tanduk mezbah pembakaran ungkupan yang terletak dalam tempat kudus. Dan yang ketiga adalah imam besar keluar dari tempat kudus dan mencurahkan secara perlahan semua sisa darah tersebut pada bagian bawah mezbah korban bakaran itu. 
Dalam semua ritual tidak ada bukti dosa manusia dipindahkan pada ternak. Atau ternak yang dibebani dengan dosa menjadi busuk dan menderita hukuman sebagai pengganti orang mempersembahkanya. Imam-imam tidak makan ternak yang dibebani dengan dosa demikian, dan dikatakan jika lemaknya menjadi bau yang menyenangkan hati Tuhan. Dan kurban penghapus dosa itu dipersembakan pada waktu-waktu yang tidak ditentukan sesuai dengan kebutuhan.[3]
Jadi dengan persembahan korban manusia diberi kesempatan untuk memuliakan dan menghormati Tuhan yang hidup, memelihara persekutuan dengan Dia dan melalui kurban manusia diberi kesempatan menerima penebusan ketika manusia melakukan dosa tetapi itu adalah sementara. Namun kurban khusunya dalam PL adalah sesuatu yang sangat penting dan begitu ditekankan.















Bab III
Relevansi bagi masa kini
3.1 Relevansi Bagi Jemaat
            Dalam kehidupan sehari-hari pastilah ada beberapa hal yang kita tidak sengaja lakukan, termasuk berbuat dosa dengan tidak di sengaja. Setelah saya membaca dan mempelajari kurban penghapus dosa. Saya mempuyai sebuah relevansi bagi jemaat Tuhan masa kini yaitu jemaat hendaknya mengkoreksi diri setiap harinya apakah dalam berkehidupan melakukan dosa. Di sini hendaknya orang yang berdosa tidak mencari alasan untuk membenarkan diri tetapi harus meminta pengampunan kepada Allah, dengan cara ini hubungan yang benar akan terjalin dengan Allah.

3.2. Relevansi Bagi pelayan Tuhan
            Dalam kurban pengahapus dosa, dosa yang paling parah adalah ketika sebuah imam melakukan dosa. Karena jika imam salah dalam melakukan sebuah cara atau ritual maka jemaat atau bangsanya akan ikut bersalah. Oleh sebab itu imam harus melakukan kurban penghapus dosa. Ketika kita tarik pada saat ini hal ini masih relevansi, hamba Tuhan atau pelayan Tuhan harus selalu mengkoreksi dirinya apakah telah berbuat dosa atau tidak. Jika telah berbuat dosa seorang hamba Tuhan atau seorang pelayan Tuhan hendaknya meminta pengampunan kepada Allah.
             





[1] Peter Dominy. Melihat ke dalam Perjanjian Lama.(Bandung. Yayasan Kalam Hidup. ) cet.pertama hal.182
[2] William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 1992), cet.  kedua, hlm.  133.

[3] Pdt. Dr. Robert M. Paterson. Kitab Imamat.(Jakarta.BPK Gunung Mulia. 1994 ) hal. 77