Kamis, 14 September 2017

KEILAHIAN YESUS MENURUT KITAB YOHANES

by : martha dea
KEILAHIAN YESUS MENURUT KITAB YOHANES

Bab 1
Pendahuluan

1.1.  Latar Belakang
            Kitab Yohanes membuktikan secara meyakinkan bahwa Yesus adalah anak Allah dan bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya akan memiliki hidup kekal. Kitab Yohanes mencantumkan delapan mukjizat dan enam diantaranya secara khusus. Kitab Yohanes mencantumkan di mana Dia datang dalam rupa manusia ke sebuah tempat di alam semesta yang disebut planet bumi. Di mana, sang pencipta menjadi ciptaan yang dibatasi oleh ruang dan waktu, dan ruang serta rentan terhadap penuaan, penyakit, dan kematian. Tetapi kasih menggerakan-Nya sehingga Dia datang untuk menyelamatkan orang-orang yang terhilang dan memberi mereka anugerah yang hidup kekal. Dialah Firman itu; Dialah Yesus Sang Mesias.
            Kebenaran inilah yang dibawakan oleh Rasul Yohanes bagi orang-orang percaya dalam kitab ini. Injil Yohanes bukanlah kisah tentang kehidupan Kristus; tetapi Injil ini merupakan suatu penjelasan yang kuat tentang inkarnasi, suatu peragaan yang meyakinkan bahwa Yesus, dulu dan sekarang adalah Anak Allah yang telah diutus dari surga dan merupakan satu-satunya sumber hidup yang kekal. Yohanes menyingkapkan identitas Yesus langsung dengan kata pertamanya “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah” (Yoh 1:1-2);
            Dalam setiap pasal kitab Yohanes mencantumkan Yesus sebagai Tuhan. Identitas Yesus ditegaskan melalui nama-nama yang diberikan kepada-Nya – Firman, Anak Tunggal, Anak Domba Allah, Anak Allah, roti hidup, kebangkitan, pokok anggur. Formula yang dipakai dalam kitab Yohanes adalah “Akulah”. Pada waktu Yesus menggunakan ungkapan ini, Ia mempertegas keberadaan-Nya sebelum inkarnasi dan keilahian-Nya kekal. Yesus berkata Akulah roti hidup (Yoh 6:35), Akulah terang dunia (Yoh 8:12; 9:5), Akulah pintu (Yoh 10:7), Akulah gembala yang baik (Yoh 10:11 dan 14), Akulah kebangkitan dan hidup (Yoh 11:25), Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6), dan Akulah pokok anggur yang benar (Yoh 15:1).  Jadi, kitab Yohanes berbicara mengenai keilahian Yesus dimulai dengan pendeklarasian Yesus sebagai Firman dan menjelma menjadi manusia kemudian dilengkapi dengan pelayanan mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Selanjutnya penulis akan memaparkan secara singkat paparan kitab Yohanes yang mencakup tentang keilahian Yesus, dan memaparkan secara singkat tentang pelayanan Yesus.

1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka penulis membuat suatu rumusan tentang pokok-pokok permasalahan yang ada dengan tujuan untuk mempermudah pembahasan dan mendapat penguraian yang lebih sistematis. Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1.2.1        Bagaimana paparan yang berbicara mengenai keilahian Yesus menurut kitab Yohanes?
1.2.2        Bagaimana paparan mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus  menurut kitab Yohanes?

1.3.Tujuan Penulisan
Ada pun tujuan penulisan dalam paper ini adalah sebagai berikut:
1.3.1        Agar mengetahui paparan yang berbicara mengenai keilahian Yesus menurut kitab Yohanes.
1.3.2        Agar mengetahui paparan tentang pelayanan dan mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus menurut kitab Yohanes.






















Bab II
Pembahasan

2.1.Keilahian Yesus Menurut Kitab Yohanes
            Yohanes memulai Injilnya dengan memberikan kesaksian tentang keadaan Yesus yang sebenarnya sebagai Firman Allah yang hidup. Sebagai Anak Allah yang kekal, maka Dialah pencipta dan sumber segala kehidupan. Kehidupan Kristus adalah kehiduan rohani. Kehidupan Kristus di dalam kita itulah kehidupan kekal yang menjadi milik kita karena anugerah dan kebenaran-Nya. Setelah memberikan kesaksian tentang ketuhanan Yesus dan maksud-Nya, maka Yohanes mengisahkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada minggu pertama dan paskah pertama di dalam pelayanan Yesus[1]. Yohanes menjabarkan inkarnasi Kristus dengan menujuk pada Yesus sebagai “Putra Allah” atau “Putra”. Yesus menggunakan istilah-istilah itu untuk diri-Nya sendiri. Orang Yahudi yang tidak percaya menangkap signifikasi dari klaim itu, lalu mereka berusaha untuk melempari Dia dengan batu atas dasar penghujatan, di mana Yesus telah menyejajarkan Diri-Nya dengan Allah (Yoh. 5:18). Pada waktu Yesus mengklaim diri-Nya sebagai Anak Allah, Ia sedang mengklaim kesederajatan dengan Allah. Yesus secara jelas mengklaim sebagai Anak Allah (Yoh. 10:36), dan dengan demikian Ia telah memiliki hak keilahian: Ia sederajat dengan Bapa (Yoh. 5:18); Ia memiliki hidup dalam Diri-Nya sendiri (Yoh 5:26); Ia memiliki kuasa untuk membangkitkan orang dari kematian (Yoh. 5:25); Ia memberikan hidup (Yoh. 5:21); Ia membebaskan manusia dari perbudakan dosa (Yoh. 8:36); Ia menerima kemuliaan  sederajat dengan Bapa (Yoh. 5:23); Ia adalah objek dari iman (Yoh. 6:40); Ia adalah objek dari doa (14:13, 14); Ia memiliki kuasa untuk menjawab doa (Yoh. 14:13)[2].
            Yesus mengindikasikan bahwa relasi-Nya dengan Bapa sangat unik. Ketika Ia berada di dalam bait Allah dekat perbendaraan, Yesus menyatakan diriNya sendiri sebagai Terang yang lebih baik dari pada tiang api di padang gurun. Kemudian orang-orang Yahudi menantang Yesus karena menurut pengadilan mereka orang tidak diizinkan memberi kesaksian tentang dirinya sendiri. Akan tetapi Yesus menyatakan bahwa Dia mengetahui asal-usul dan tujuanNya. Dia tidak dibatasi oleh hal-hal yang membatasi kita. Tanpa bantuan ilahi, kita hanya dapat mengadili orang dari hal-hal yang lahiriah saja. Tetapi Yesus tidak mengadili orang dengan cara demikian. Dia memiliki pengetahuan yang dimiliki oleh Bapa. Karenanya kesaksianNya itu dapat dipercaya sama seperti kesaksian Bapa sendiri, dan kesaksian Bapa dan Anak itu memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat. Yesus juga menyatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak mengerti hal ini, karena mereka berasal dari dunia dan tidak mengetahui asal usul maupun tujuanNya. Mereka tidak mengenal Allah dan tidak mengerti hal-hal rohani, sehingga mereka tidak dapat memahami kenyataan bahwa kematianNya itu perlu untuk menyelamatkan mereka agar jangan mati dalam dosa mereka. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan hanya oleh Allah telah dilakukan Yesus. Yesus tidak hanya membangkitkan orang mati (Yohanes 5:21, 11: 38-44). Terlebih lagi, Kristus memiliki atribut-atribut yang dapat dimiliki hanya oleh Allah, yaitu: kekal (Yohanes 8:58), mahakuasa (Yohanes 11: 38-44).
            Apa yang Yesus ajarkan dan yang Dia lakukan berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dari jati diri-Nya. Yohanes menunjukan bahwa Yesus sepenuhnya adalah manusia dan sepenuhya Anak Allah. Meskipun Yesus menggunakan wujud kemanusiaan yang lengkap dan hidup sebagai manusia, Dia tidak pernah berhenti sebagai Allah kekal yang selalu ada, Pencipta dan Penopang segala sesuatu, dan sumber kehidupan yang kekal. Inilah kebenaran tentang Yesus dan dasar dari semua kebenaran. Yohanes menulis untuk orang-orang percaya di mana pun, baik Yahudi maupun bukan Yahudi (bangsa-bangsa lain). Sebagai salah satu dari 12 murid Yesus, Yohanes menulis sebagai saksi mata yang memiliki kredibilitas atau perihal yang dapat dipercaya dan detail-detail. Kitab Yohanes bukanlah sebuah biografi (seperti kitab Lukas). Kitab Yohanes berbicara mengenai presentasi tematik atau bersangkutan dengan tema mengenai kehidupan Yesus[3].
            Yesus menyebut Allah sebagai Bapanya sendiri dan secara tak langsung menyatakan bahwa Dia ikut mengerjakan pekerjaan yang sama seperti yang sedang dikerjakan Allah. Yesus juga mengatakan bahwa Dia bebas dari hukum hari sabat, atas dasar yang sama seperti Allah Bapa. Ini berarti Yesus memiliki hak dan kekuasaan yang sama atas taurat seperti yang dimiliki oleh Allah. Jadi, Yesus setara dengan Allah, dan hubungan-Nya dengan Allah Bapa adalah lebih akrab dari pada orang lain. Secara khusus Dia adalah Anak Allah. Selanjutnya Yesus menerangkan bahwa sifat ilahi-Nya itu tidak meniadakan kenyataan sifat manusiawi-Nya yang sejati. Dia adalah Anak Allah dan Anak Manusia. Yesus menyatakan percaya kepada-Nya berarti percaya kepada Allah, kepada kesaksian Allah, dan kesaksian Kitab Suci. Allah telah menjadikan Yesus sebagai pemberi hidup dan hakim. Yesus-lah yang akan membangkitkan orang-orang mati pada hari kebangkitan (Yoh 5:16-19 dan 25-27)[4].
            Keilahian Yesus juga dapat dibuktikan ketika Yesus bangkit (Yohanes 20:1-31 dan 21:1-25) tibalah pagi hari kebangkitan denga teka-teki kubur yang terbuka dan kain kapan yang terletak ditempatnya, kedua-duanya kosong. Kemudian Yesus menampakan diri-Nya dalam keadaan jasmani dan mengakhiri pertentangan antara kepercayaan dan ketidak percayaan yang tergambar di dalam Kitab Yohanes. Thomas seorang murid Yesus yang tidak percaya dan ragu-ragu telah diyakini dan ia telah berseru ya Tuhanku dan Allahku. Selama 40 hari Tuhan mempersiapkan dan mengajar mereka. Yesus mengetahui betapa besarnya penyesalan Petrus karena perkataan penyangkalannya itu. Dia lebih menunjukan perhatian-Nya ketika Yesus menangkap ikan kembali, dan membawa enam murid lainnya[5].        


2.2.Keilahian Yesus dalam pelayananNya Menurut Kitab Yohanes
            Tujuan utama Yohanes menulis Injil Yohanes adalah untuk memenangkan orang-orang yang belum percaya (orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan-Yahudi) kepada iman yang menyelamatkan. Yohanes pasti juga memikirkan peneguhan iman orang-orang pecaya, sehingga jemaat akan memiliki anggota-anggota yang menjadi saksi yang lebih giat. Dalam Yohanes 20:30-31 tujuan Yohanes mencatat “tanda-tanda” yang dibuat Tuhan Yesus dalam Injil ini. Yohanes menyebut mujizat-mujizat  itu “tanda-tanda” karena mujizat-mujizat itu menyatakan kebenaran-kebenaran rohani yang sangat penting[6]. Dari antara penulis-penulis Injil hanya Yohaneslah yang melaporkan awal pelayanan Yesus kepada orang-orang Yudea. Setelah memberikan kesaksian tentang ketuhanan Yesus dan maksud-Nya, maka Yohanes mengisahkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada minggu pertama dan paskah pertama di dalam pelayanan Yesus.
            Kisah ini dimaksudkan untuk menujukkan bagaimana Allah memimpin Yohanes penulis Injil ini, sehingga percaya kepada Yesus. Pertama-tama Allah menggunakan kesaksian Yohanes Pembaptis. Kesaksian itu tidak berdasarkan kabar angin, melainkan berdasarkan nubuat-nubuat Perjanjian Lama dan kenyataan yang dikaruniakan oleh Roh Kudus. Selanjutnya Allah menggunakan cara Yesus menghadapi murid-muridNya yang pertama termasuk Yohanes sendiri, Andreas, Petrus, Filipus, dan Natanael. Ini diikuti dengan mujizat-mujizat atau tanda ajaib yang pertama di dalam fasal 2, penyucian Bait Allah yang pertama kalinya, dan mujizat-mujizat pada Paskah yang pertama[7].
              Tanda yang pertama terjadi pada suatu pesta pernikahan yang kehabisan air anggur. Ibu Yesus memberitahukan hal ini kepada Yesus. yesus menyanggah dengan lembut. Ibunya tidak mengerti maksudNya. Sekalipun demikian, Yesus menyuruh pelayan-pelayan mengisi enam buah tempayan yang disediakan pembasuhan “menurut adat orang Yahudi.” Dengan suatu perbuatan ciptaan yang penuh kuasa, tiap-tiap tempayan yang berisi 408 sampai 613 liter itu tiba-tiba penuh dengan air anggur. Dengan hanya mematuhi perintah Kristus, pelayan-pelayan itu turut melakukan suatu mujizat yang luar biasa[8]. Tanda ajaib berikutnya yang diceritakan di dalam Injil Yohanes terjadi pada hari Sabat di kolam Betesda. Di sana, Yesus melihat seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya menderita sakit. Orang itu berbaring berbaring di dekat kolam itu sambil mengharapkan penyembuhan dari air yang bergoncang itu; meskipun ia tahu bahwa ia tak mempunyai harapan. Yesus datang bertanya “maukah engkau sembuh?.” Kemudian Yesus menyuruh dia mengangkat tilamnya dan berjalan. Bersamaan dengan perintah itu datanglah kuasa. Kemudian, Yesus juga bertindak terhadap dosa orang itu. Dalam peristiwa memberi makan lima ribu orang merupakan salah satu mujizat Kristus yang paling dramatis dan mengagumkan. Mujizat ini terjadi pada puncak ketenaranNya di Galilea dan mengakhiri tahun pelayanan-Nya di sana. Keempat kitab Injil mengakui peristiwa itu sebagai suatu titik perubahan dalam karierNya di dunia, dan inilah satu-satunya mujizat yang terdapat di dunia, dan inilah satu-satunya mujizat yang terdapat di dalam keempat Injil itu. Karena mujizat ini orang-orang Galilea menjadi begitu yakin akan kebesaran dan kuasaNya, sehingga mereka hampir menangkapNya dan mencoba memaksaNya untuk menjadi Raja mereka. Peristiwa memberi makan dengan roti dan ikan itu hanyalah suatu tanda yang menujuk kepada kenyataan bahwa Dia dapat memberi makan kepada mereka dengan roti rohani yang asli dan memberi mereka hidup yang sesungguhnya.
            Semua mujizat dan tanda-tanda di dalam Injil Yohanes menuju kepada mujizat yang terakhir, yaitu kebangkitan Yesus sendiri. Tanda terakhir yang menujuk kepada peristiwa ini adalah kebangkitan Lazarus. Ini merupakan suatu tanda yang penting dengan arti yang menyedihkan. Fasal 1 sampai dengan fasal 10 mengisahkan bagaimana Yesus telah menyatakan diriNya sendiri kepada orang-orang Yahudi dalam segala macam cara yang bisa membangkitkan iman. Ketika Yesus sedang melayani di Parea, di sebelah timur sungai Yordan, ada seorang yang datang memberitahukan bahwa teman-Nya Lazarus, sakit hampir mati. Tetapi Yesus tinggal dua hari lagi di tempat itu. Hal itu dilakukanNya agar supaya Allah akan dimuliakan degan suatu mujizat yang lebih besar, yang tidak mungkin terjadi seandainya Yesus segera berangkat ke Betania.
            Kisah Yesus mengubah air jadi anggur, yaitu mujizat pertama yang dilakukan Tuhan Yesus, rasul Yohanes mengatakan: “Ia telah mengatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya” (Yoh 2:1-25). Hal ini berarti bahwa murid-murid percaya bahwa Yesus adalah Mesias. W. H. Harris mengatakan: “The first sign-miracle had the sama purpose as that of all teh following sign-miracle, namely, to reveal the person of Jesus.” Yesus memberi makan kepada 5.000 orang, Ia mengatakan “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi” (Yoh 6:1-71). Yesus menghimbau agar mereka percaya bahwa Dia adalah Mesias, Roti yang memberi hidup kekal. Yesus menyembuhkan anak pegawai istana (Yoh 4:46-54). Yesus menyembuhkan banyak orang-orang sakit pada hari sabat di kola Betsaida (Yoh 5:1-47). Yesus berjalan di atas air (Yoh 16-20). Yesus menyembuhkan orang buta sejak lahir (Yoh 9:1-41). Pelayanan Yesus selanjutnya Ia membasuh kaki murid-murid-Nya (Yoh 13:1-20). Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya (Yoh 17:26)[9].

2.3.Yesus Memberikan Hidup Kekal
       Berikut 6 adalah sebagian ayat-ayat di dalam injil Yohanes yang mengkonfirmasi pernyataan Yesus ini, yaitu: 1. Yohanes 4:13-14. Yesus berkata kepada perempuan Samaria bahwa Yesus memiliki “air hidup” yang akan menjadi mata air di dalam diri yang menerimanya dan terus-menerus memancar sampai sampai kepada hidup yang kekal. 2. Yohanes 6:27-29. Yesus digambarkan sebagai “roti hidup” yang dapat memberikan kehidupan yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. 3. Yohanes 11:25-26. Yesus adalah kebangkitan dan hidup, barang siapa yang percaya kepada-Nya akan hidup walaupun sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada Yesus tidak akan mati selama-lamanya. Dengan adanya cukup banyak ayat di dalam injil Yohanes yang menjelaskan bahwa Yesus juga memberikan hidup yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepadNya, apakah masih perlu diragukan keilahian Yesus Kristus? Orang percaya pasti berkata Tidak! Sebab Dia memang adalah salah satu pribadi Ilahi.

2.4.Yesus membangkitkan orang mati
       Yesus membangkitkan orang mati (Yoh. 5:21) Orang-orang Farisi tentu sangat tahu bahwa pekerjaan untuk menghidupkan orang mati adalah pekerjaan seorang Ilahi (Yehovah). Orang Farisi tentu tidak akan marah jika Yesus mengatakan bahwa Allah sanggup membangkitkan seseorang dari kematian. Tetapi yang menjadi masalah adalah bahwa Yesus sendiri dengan percaya diri mengatakan bahwa Dia sama dengan Allah. “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.” Dengan demikian ayat ini telah membuktikan bahwa Yesus adalah pribadi yang Ilahi.

2.5. Yesus Memiliki Sifat-Sifat Ilahi
2.5.1. Yesus adalah pribadi yang Mahatahu
       Ada cukup banyak ayat di dalam injil Yohanes yang membuktikan bahwa Yesus Mahatahu. Beberapa ayat saja yang dengan sangat jelas menunjukkan ke-Maha Tahuan Yesus.      1. Yohanes 1:47-48. Pada saat Yesus memilih murid-murid yang pertama, adalah Natanael yang langsung tersentak oleh ke-Mahatahuan Yesus, sebab Yesus langsung tahu identitas Natanael dan tempat di mana Natanael ketika Filipus memanggilnya. 2. Yohanes 2:25. Yesus tahu apa yang ada di dalam hati manusia. 3. Yohanes 4:17-18. Seorang perempuan tersentak dengan ke-Mahatahuan. Yesus bahwa dia telah memiliki lima suami, dan yang ada sekarang padanyapun bukanlah suaminya. 4. Yohanes 6:70-71. Yesus telah mengetahui dari semula siapa yang akan menyerahkan Dia, yaitu Yudas Iskariot sebelum peristiwa itu terjadi. Empat peristiwa di atas telah menunjukkan bagi setiap pembaca injil Yohanes bahwa Yesus adalah pribadi yang Mahatahu. Dengan demikian Ia sanggup memenuhi tuntutan sifat ke-Ilahian.


2.5.2. Yesus adalah peribadi yang Mahahadir (Yoh. 3:13)
       Sepertinya tidak pernah ada terjadi suatu peristiwa di mana seseorang bisa hadir di tempat A sekaligus berada di tempat B dengan waktu yang sama. Bagi manusia biasa tentu hal ini adalah sesuatu yang mustahil! Jika seseorang berada di tempat A maka dia tidak akan mungkin berada di tempat B dengan waktu yang sama. Seseorang tersebut hanya boleh hadir di suatu tempat dalam suatu waktu dan jika dia ingin berada di tempat lain haruslah dengan waktu yang lain pula. Namun, jika ada suatu pribadi yang sanggup melakukan hal ini tentulah dia bukan manusia biasa. Di dalam injil Yohanes 3:13 tercatat bahwa Yesus memenuhi syarat ilahi ini, yaitu ke-Mahahadiran.

2.6.Yesus adalah pribadi yang Mahakuasa
       Sifat Mahakuasan ini tentu hanyalah kepunyaan Allah. Sifat Mahakuasa ini tentu tidaklah sama seperti kekuasaan manusia di bumi. Kekuasaan manusia di  bumi memiliki lingkup yang sangat terbatas. Misalnya, seorang raja hanya akan berkuasa sampai batas-batas kerajaannya, dia tentu tidak berkuasa atas kerajaan lain sebab kerajaan yang lainnya juga punya raja yang memiliki kekuasaan atas wilayah kerajaannya. Namun, sifat Mahakuasa yang disebutkan di sini adalah keMahakuasaan terhadap seluruh alam semesta, bahkan maut sekalipun. Berbagai ayat Alkitab dengan terang-terangan menunjukkan ke-Mahakuasaan Allah atas alam semesta, binatang, sakit-penyakit, malaikat, iblis, maut dll
2.6.1.      Berkuasa atas sakit-penyakit
          Di dalam kitab injil Yohanes, dicatat dengan sangat jelas tiga peristiwa bahwa Yesus berkuasa atas sakit penyakit. Peristiwa yang pertama dicatat dalam Yohanes 4:46-54, yaitu tentang seorang anak pegawai istana. Peristiwa penyembuhan atas anak seorang pegawai istana ini sangatlah luar biasa, Yesus hanya mengatakan tiga kata kepadanya yaitu: “Pergilah, anakmu hidup!” dan terbukti bahwa anak tersebut hidup. Jadi hal ini sungguh membuktikan kuasa Yesus atas sakit penyakit.
            Peristiwa yang kedua dicatat dalam Yohanes 9:1-41, yaitu tentang seorang yang buta sejak lahirnya. Yesus menyembuhkan seorang buta hanya dengan mengaduk tanah dan mengoleskannya kepada mata orang tersebut sehingga dia pun melihat. Namun, orang-orang Farisi tidak mau mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tetapi kesaksian orang buta tersebut telah nyata bagi orang-orang yang hidup sezaman dengan dia dan juga bagi para pembaca injil Yohanes. Yesus memang datang untuk melakukan banyak mujizat dan Dia berkuasa atas sakit penyakit
2.6.2.  Berkuasa atas maut (kematian)
      Seperti yang sudah pernah disinggung bahwa bangsa Yahudi tidak akan merasa terkejut jika dikatakan bahwa Allah dapat menghidupkan orang mati. Mengapa? Karena mereka tahu bahwa Allah sanggup melakukannya. Namun, dalam Yohanes 5:1 dikatakan: “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkan-nya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.” Ternyata dalam injil Yohanes, Yesus meng-klaim diri-Nya sama dengan Allah Bapa dalam hal kesanggupan menghidupkan orang mati. Dengan demikian maka tanda ini memberitahukan kepada setiap pembaca bahwa Yesus adalah salah satu pribadi Ilahi















Bab III
Penutup

3.1. Kesimpulan
Kitab Yohanes membuktikan secara meyakinkan bahwa Yesus adalah anak Allah dan bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya akan memiliki hidup kekal. Kitab Yohanes mencantumkan delapan mukjizat dan enam diantaranya secara khusus. Kitab Yohanes mencantumkan di mana Dia datang dalam rupa manusia ke sebuah tempat di alam semesta yang disebut planet bumi. Di mana, Sang Pencipta menjadi ciptaan yang dibatasi oleh ruang dan waktu, dan ruang serta rentan terhadap penuaan, penyakit, dan kematian.
Tetapi kasih menggerakan-Nya sehingga Dia datang untuk menyelamatkan orang-orang yang terhilang dan memberi mereka anugerah yang hidup kekal. Dialah Firman itu; Dialah Yesus Sang Mesias. Tujuan utama Yohanes menulis Injil Yohanes adalah untuk memenangkan orang-orang yang belum percaya (orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan-Yahudi) kepada iman yang menyelamatkan. Mujizat-mujizat yang disebut dengan tanda-tanda yang ajaib yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus ini agar orang-orang yang belum mengenal Tuhan bisa percaya lewat mujizat-mujizat yang Tuhan kerjakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan sifat ke-Mahahadiran Yesus Kristus di bumi dan sekaligus juga di Surga, orang-orang percaya tidak memiliki alasan lagi untuk meragukan ke-Ilahian Yesus Kristus.










[1] Stanley M. Harton. 1980. Injil Yohanes. (Gandum Mas: Malang). hlm. 4
[2] Paul Enns. 2012. The Moody Handbook Of Theology. (Literari SAAT: Malang). hlm. 166
[3] Life Application Study Bible. 2014. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. (Kerja Sama Penerbit Gandum Mas dan Lembaga Alkitab Indonesia), hlm. 2147.
[4] Stanley M. Horton.  1980. Injil Yohanes. (Gandum Mas: Malang), hlm. 29.
[5] Stanley M. Horton. Ibid., hlm. 110-111.
[6] Irving L. Jensen. 1970. Yohanes. (Kalam Hidup: Bandung), hlm. 13
[7] Stanley M. Harton. 1980. Injil Yohanes. (Gandum Mas: Malang), hlm. 4-5.
[8] Stanley M. Harton. Ibid., hlm. 11-12.
[9] Dr. David Iman Santoso. 2014. Theologi Yohanes. (Literatur Saat), hlm. 35-36.