Kamis, 02 November 2017

Eskatologi dalam Teologi Paulus


Eskatologi dalam Teologi  Paulus

Bab 1
Pendahuluan
1.1. latar belakang
Dalam doktrin kekristenan tentunya banyak sekali doktrin. Misalnya saja doktin tentang akhir zaman. Pada hari-hari ini banyak orang yang berkata jika sudah termasuk pada akhir zaman. Bahkan ada beberapa hamba Tuhan yang berani menentukan waktu kiamat. Menurut rasul Paulus, orang kristen hidup di antara dua masa. Akhir zaman sudah hadir dengan kematian serta kebangkitan Kristus, namun zaman akhir masih akan datang dengan kedatangan-Nya yang kedua kali. Aspek esensial doktrin eskatolog ialah fakta futuristik, yaitu pengungkapan sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang melalui nubuat pada masa yang lampau. Sebab itu nubuat Alkitab menjadi fokus dominan dalam penyelidikan dan pembahasan doktrin eskatologi.
Akhir zaman selalu merupakan bahan spekulasi yang ramai dibicarakan oleh kalangan orang-orang percaya. Banyak yang terjebak. Dan akan mengatakan jika akhir zaman akan terjadi pada hari dan tanggal yang sudah di ketahui. Padahal hal itu adalah hal yang salah. Berbica mengenai tentang akhir zaman memang sebah hal yang belum terjadi, dan dalam Alkitab sendiri tidak terdapat kapan akan terjadi kiamat itu sendiri. Tetapi Tuhan dalam Alkitab memberi sebuah tanda-tanda bagaimana akhir zaman itu akan terjadi. Eskatologi adalah istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kalangan semniari atau dunia akademik teologi Kristen. Bahkan, istilah tersebut cenderung di pahami secara luas dalam segmen jemaat yang umum. Sebab pokok itu sudah sering di ajarakan di dalam jemaat di lingkungan gereja-gereja tertentu[1]. Dan penulis dalam karya ini akan meneliti bagaimana akhir zaman yang dijelaskan oleh Paulus di beberapa surat yang di tulis oleh Paulus.
Paulus berfokus pada diri dan peristiwa yang melingkupi kehidupan Yesus. Jadi, suatu eskatologi yang bersifat Kristologis. Dengan konsep utama pada peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus, maka Paulus tampil sebagai teolog yang membangun teologi yang Kristosentris. Dan setelah ditetapkan bahwa eskatologi adalah pokok dari pikiran Paulus yang subur, para cendekiawan melajutkan dalam dua jurusan. Beberapa cendekiawan memegang pendapat bahwa eskatologi tetap konsisten dalam tulisan-tulisanya. Berpendapat bahwa dalam satu atau lain cara, tumpang tindih dari dua zaman itu dari pikiran Paulus.[2]
Berdasarkan semua pemikiran itu, Paulus menyatakan bahwa melalui kematian dan kebangkitan Yesus, keselamatan dan Kerajaan Allah sudah dialami oleh orang percaya. Hal ini memberi keyakinan kepada orang percaya bahwa tidak ada satupun masalah yang menakutkan mereka. Bahkan kematianpun bukan lagi sebagai sesuatu yang menakutkan karena  tidak ada satupun kuasa yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan. Banyak persoalan yang timbul sehubungan dengan keterangan-keterangan Paulus mengenai kedatangan Yesus yang kedua kali, tetapi tidak dapat di ragukan bahwa ia mengharapkan tibanya peristiwa yang penting itu.[3]
Teologi Paulus secara hakiki bersifat eskatologis, sebab titik pangkal teologi Paulus  adalah kebangkitan Kristus. Sifat eskatologis kebangkitan Kristus, khususnya berhubungan dengan iman orang kristiani, yang ditegaskan Paulus di dalam Roma 3:21-26. kebangkitan Kristus mempunyai arti keselamatan (Roma 4:25). Maka dengan tegas Paulus dapat berkata bahwa kita hidup pada waktu, di mana zaman terakhir telah tiba (1 Kor. 10:11). Kendati segala realitas, diterima dengan iman, Paulus selalu menekankan juga pengharapan. Ia berani berbicara mengenai Allah pengharapan (Roma 15:13). Roh Kudus diberikan dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan (2 Kor. 1:22), oleh Roh, dan oleh karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapankan (Gal. 5:5), kita menantikan pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Pengarapan di sediakan di sorga (Kol. 1:5). Sebab Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan (Kol. 1:27). Dalam Roma 8:25, Paulus menjelaskan pengharapan itu: jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikan dengan tekun (bnd. 15:4). Dari teologi Paulus ialah bahwa dalam zaman ini sudah terlaksana zaman yang akan datang, karena kebangkitan Kristus[4].
Paulus menerima pandangan tentang kedatangan Kristus kedua kali sebagai peristiwa yang sudah dekat yang akan terjadi melalui beberapa peristiwa yang mendahului kedatangan Kristus. Dalam surat kiriman 1 Tes. 4:13 dst, tanda-tanda yang disebutkan menyertai kedatangan Kristus yang kedua kali dan tanda-tanda yang menyertai mempunyai bentuk apokaliptis yang jelas: suara yang keras, seruan penghulu malaikat, bunyi sangkakala dan awan-awan. Dalam Roma 11:25 dst, ia memandang ke depan pada apa yang disebut masuknya jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain yang merupakan batu loncatan yang menentukan keselamatan Israel[5] Seperti yang akan kita amati berulang kali dalam karya ini, pandangan eskatologis seperti itu tentang keberadaan Kristen yang muncul terus dalam Paulus, kususnya paradoks ”yang sudah/belum”
1.2. Rumusan Masalah
            1. Bagaimana Eskatologi di dalam Teologi Paulus ?
            2. Bagaimana Aplikasi bagi orang percaya masa kini  ?
1.3. Tujuan Penulisan.
Dengan menulis karya ilmiah yang berjudul “Eskatologi dalam Teologi Paulus” Tujuan dari penulisan ini adalah penulis berharap setiap orang percaya dapat mengerti tentang bagaimana akhir zaman yang di kemukakan oleh rasul Paulus. Dan orang percaya dapat memahami doktrin dari akhir zaman tersebut.



















Bab II
Pembahasan
2.1. Pengertian Eskatologi
Ajaran Alkitab tentang eskatologi (ajaran tentang Akhir Zaman) tidak hanya mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tapi juga sejarah manusia. Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diri-Nya melalui orang-orang yang mendapat ilham, tapi juga dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang membebaskan umat-Nya, dan peristiwa yang terpenting dari semuanya ialah kedatangan Anak-Nya Yesus Kristus. Selanjutnya, isi dari penyataan ini tidak terbatas pada kebenaran-kebenaran mengenai sifat dan tujuan Allah, tapi mencakup juga tindakan-tindakan pelepasan umat-Nya dan firman yang diilhamkan yang menafsirkan makna tindakan-tindakan tersebut. Karena Allah ialah Tuhan atas segala peristiwa sejarah, maka penggenapan dari karya pelepasan oleh Allah mencakup juga pelepasan manusia dari sejarah, artinya, perubahan tata tertib dunia ini menjadi suatu dunia yang baru. Pengertian Eskatologi
Kata Eskatologi berasal dari bahasa Yunani : eskhatos yang berarti akhir zaman, yang hampir sama dengan bahasa Inggris "escalate" (terangkat ) dan digunakan dalam istilah Theologi untuk menunjuk masa"pengangkatan orang kudus" pada akhir jaman. Dalam konteks ini, "eschatos" menunjuk pada saat KedatanganNya Kedua kali ke dunia. "... pada waktu bunyi nafiri yang terakhir ... orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tak dapat binasa dan kita semua akan diubah" (1 Kor 15:52). "Maka Tuhan sendiri akan turun dari Sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit" (1 Tes 4:16). Dalam konteks yang lebih luas, berarti "hari-hari terakhir" dimulai pada saat Pentakosta pada tahun 33 Masehi. Banyak orang yakin bahwa "hari-hari terakhir" akan berakhir saat Yesus datang kembali ke dunia. Jadi Eskatologi adalah ilmu teologi yang berbicara tentang hal-hal yang bertalian dengan akhir zaman.
2.2.Eskatologi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
2.2.1. Eskatologi Dalam Perjanjian Lama
            Pada dasarnya Perjanjian Lama tidak sedikit memperbincangkan hubungannya dengan iman yang akan datang. Salah satu aspek Perjanjian Lama yang paling penting adalah pengharapan terhadap masa yang akan datang (eskaton). Eskaton dipahami sebagai hal yang terakhir, sudah terdapat dalam Perjanjian Lama sebelum kitab Perjanjian Baru muncul. Dalam terjemahan Septuaginta  disebut τελος yang berarti akhir, penghabisan, kesudahan, kesimpulan. Dalam bahasa latin Finem, bahasa Inggris Finish[6] dan dalam  bahasa Ibrani בּאחוית היּמים  yang sering diartikan dengan hari Tuhan (Yoom Yahweh) dan Paulus menyebutnya “Hari Kristus”. Istilah ini berkembang dalam pemberitaan Perjanjian Lama yang propetis yaitu dengan pola nubuatan dan pemenuhan [7].
Eskaton dipahami sebagai hari Tuhan yang merupakan otoritas-Nya sepenuhnya. Hari itu dapat dilihat sebagai berkat, hukuman ataupun peringatan, (Mzm73:24,49:16, Ayub 19:25-27, Yes 26:19). Hari Tuhan dengan ungkapan lain pada hari itu mengartikan kepedulian Allah dan lebih, menekankan sifat kejadian itu daripada waktunya dan mengungkapkan kepeduliaan Allah yang sudah terjadi dalam sejarah maupun kepedulian terakhir pada akhir zaman (Yoel 3:14, 18, Zef 3:11,16, Za1 4:9) dan pada hari-hari yang terakhir Allah akan datang mendirikan kerajaan-Nya (Yes 2:2-4; Hos 3:5)[8]. Konsep Eskaton dalam Perjanjian Lama juga dipahami sebagai akhir zaman ( Yes 65:17, 66:23 ) dan adanya suatu langit dan bumi yang baru (Yes 65:17, 66:23). Pada umumnya pengaharapan di Perjanjian Lama merupakan pandangan yang optimis tentang masa depan yang mengharapkan berkat jasmani dan rohani serta  perubahan dalam kehidupan politik, dan adanya harapan  bahwa akan terjadi suatu perubahan yang radikal yang dilakukan oleh Allah kelak yang didasari oleh keyakinan “ bahwa sejarah bergerak dengan tujuan tertentu yang ditentukan oleh Allah dan Allah berkarya dalam sejarah untuk memastikan tujuan tersebut, ide seperti ini sering dipahami sebagai hal Eskatologi[9]. Harapan Eskatologi dalam Perjanjian Lama di dasarkan pada :
Sejak awal zaman para nabi terdapat keyakinan akan ada waktu atau hari ketika Tuhan Allah akan campur tangan dalam sejarah Israel (Ams 5:18-20) keyakinan ini nyata dalam ungkapan Hari Tuhan (Yes 13:6,9, Yeh 13:5, Yoel 1:15,2:1,11,35, Obj 15, Zef 1:7,14, Zak 14:1). Akhirnya konsep umat Israel memandang kedepan, dimana mereka kadang-kadang memusatkan perhatian kepada seorang “ tokoh ” yang akan diutus Allah (Mesias : Masyiakh) tokoh anak manusia (Dan 7) dan gambaran tentang kebangkitan orang mati (Yes 26:19). [10]
2.2.2. Eskatologi dalam Perjanjian Baru
Secara umum daam perjanjian baru Eskaton dipahami sebagai kesudahan akhir zaman yaitu kedatangan Yesus Kristus kedua kali dengan kemuliaaNya (Rom 8:19). Yesus sendiri bersabda akan kedatanganNya yang kedua kali (Mat 16:27, 23:19, 24:27, Yoh 14:3, 14:28). Rasul Paulus juga menyebutnya sebagai kedatangan Yesus yang kedua kali ( 1 Kor 1:17, 15:23, Kol 3:4, 1 Tes 1:10). Dalam Eskaton dipahami bahwa Yesus akan datang untuk menghakimi semua orang yang hidup maupun yang mati. Jaman akan berakhir dan adanya suatu jaman yang baru yang kekal selamanya. Dalam inkarnasi Yesus Kristus Perjanjian Baru melihat sebagian pengharapan Perjanjian Lama telah digenapi, dan dalam kedatanganNya yang kedua kali kelak penggenapanNya seutuhnya pengharapan itu. Hidup, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus memulai penggenapan zaman Mesias, walaupun dalam bentuk yang belum pernah diharapkan. Menurut Ibr 1:2 “ Zaman Akhir sudah di sini sekarang, yaitu hari-hari yang akan melihat berdirinya Kerajaan Allah. Tetapi zaman yang akan datang masih tetap dianggap sebagai saat menerima hidup yang kekal. Umat Allah pada zaman ini bersifat umat akhir zaman, yang telah mengalami suatu kuasa yang mengubah dan berdasarkan itu mereka tidak lagi dalam kekuasaan dunia ini (Rom 12:2).

2.3. Eskatologi dalam Teologi Paulus
Dalam pemahamannya tentang Eskatologi, Paulus mendasarkan pemahamannya terhadap kebangkitan Kristus, yang dianggapnya sebagai permulaan zaman akhir dan hal ini merupkan ciri khas iman kristiani.  Kristus telah mati di Golgata dan bangkit pada hari yang ketiga, peristiwa-peristiwa ini dijadikan oleh Paulus sebagai pemberitaan Eskatologinya. Kematian dan kebangkitan Kristus dianggap dan dimaklumi sebagai peristiwa yang paling besar peranannya dalam proses Eskatologi yang menurut Paulus sedang berlangsung (1 Kor 15:3-4).[11]  Kebangkitan Kristus tidak dilihat sebagai suatu peristiwa yang partikular untuk Yesus sendiri, melainkan tindakan penyelamatan Allah yang berarti permulan keselamatan yang defenitif. Hubungan antara kebangkitan Kristus dan keselamatan manusia secara khusus diuraikan oleh Paulus dalam 1Kor15:12-18 “ Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan maka… sia-sialah kepercayaan kamu”. Dan iman akan kebangkitan Kristus berarti pembebasan dari dosa. Paulus yakin bahwa Kristus akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia ( Flp3:21; Lih 1 Kor 15:48-49). Apa yang terjadi dengan Yesus pada hari Jumat Agung dan pada hari Paskah merupakan kejadian pokok yang menyatakan kegiatan Allah pada zaman akhir ini, karena Yesus sudah menyatakan kedatangan Kerajaan Allah melalui pemberitaan dan perbuatanNya. Dan dalam 1 Kor 15:23 Paulus memperlihatkan dengan jelas bahwa kebangkitan Kristus merupakan permulaan dari kebangkitan umum (bdk Rom 4:17) dimana Allah disebut “ Allah yang menghidupkan orang mati” (Lih 2 Kor1:9). Sifat Eskatologi kebangkitan Kristus khususnya berhubungan dengan iman orang kristiani (Rom 3:21,26). Kebangkitan Kristus mempunyai arti keselamatan (Rom4:245), maka dengan tegas paulus dapat mengatakan bahwa kita “ hidup pada waktu dimana zaman terakhir telah tiba (  Kor 10:11), sejarah keselamatan telah mencapai tujuannya dalam Kristus ( Gal 4:4)”.Waktu ini adalah waktu perkenaan; hari ini adalah hari penyelamatan  (2 Kor6:2) rahasia yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita” sekarang terlakasana (1Kor2:7, Rom16:26, Kol 1:26).[12]
Paulus sebagai orang Yahudi percaya bahwa sejarah mempunyai satu Tuhan, suatu tujuan dan suatu kesudahan. Inti pengharapan Kristen bagi Paulus adalah untuk diam bersama-sama dengan Kristus  (Flp 1:23) “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1Kor 15:20)”. Apa yang terjadi pada Kristus akan terjadi pada milikNya oleh karena itu demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan (1Tes 4:17)  pengharapan akan “ diam bersama-sama bersama-sama dengan Kristus” tergantung terhadap pengharapan kita yang hidup dalam Kristus tidak dalam daging.
Pemberitaan Eskatologi menurut Paulus haruslah menyifatkan eksistensi orang Kristen yang berada semacam dalam ketegangan. Pada satu pihak keselamatan sudah terwujud, dan pada pihak lain kedudukan orang Kristen yang sebenarnya sebagai anak-anak Allah belum kelihatan dalam dunia. Orang Kristen berada di tengah jalan diantara kedua pola waktu tersebut.[13] Kita hidup dalam Kristus  dan Kristus dalam hidup kita, tetapi Paulus tidak pernah mengungkapkan bahwa kita sudah bangkit bersama dengan Kristus dan juga hidup bersama dengan Tuhan. Kebangkitan manusia tetap menjadi satu pokok pengharapan yang masih dinantikan pada masa depan karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia (1 Tes 4:14 bdk 2 Kor 4:14). Dari satu pihak Paulus berkata bahwa “rahasia yang didiamkan berabad-abad lamanya, sekarang telah dinyatakan dalam Yesus Kristus (Rom 16:26)”, tetapi sama jelas adalah pernyataan bahwa kita mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita, sebab kita diselamatkan dalam pengharapan (Rom 8:23-24). Paulus juga menyatakan bahwa “ Zaman Akhir telah tiba” (1Kor 10:11), namun dari lain pihak dia juga berbicara mengenai dunia yang sekarang ini jahat (Gal 1:4), zaman ini adalah jahat (2 Kor 4:4). Paulus bukanlah seolah-olah telah memperoleh hal ini (kebangkitan) atau telah sempurna, “ melainkan aku mengejarNya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapNya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus ”. 
kendati segala realitas keselamatan, diterima dalam iman, Paulus juga selalu menekankan pengharapan dan dalam suratnya dia mengatakan Allah, Allah Pengharapan (Rom15:13)  dan oleh Roh karena Iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan (Gal 5:5), kita menantikan pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus, pengharapan disediakan di surga ( Kol 1:5) sebab Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan ( Kol 1:27) dan itulah yang menjadi kekhasan iman kristiani (1Tes 4:13). Dan kekhasan teologi Paulus adalah bahwa dalam jaman ini “sudah terlaksana zaman yang akan datang” karena kebangkitan Kristus.
 2.3.1. Parousia
Jika kita memperhatikan, Suatu kata yang khas untuk Eskatologi Paulus adalah kata “Parousia; παρουσια”. Dalam Perjanjian Lama kata ini dipahami sebagai Kedatangan Allah dalam sejarah kehidupan manusia dan Kedatangan Allah sebagai Raja Dunia.[14] Kata Parousia sebetulnya berarti  “ Kehadiran/ ketibaan (1 Kor 17:2, 2 Kor 7 :7 ) ”. Kata parousia mendapat arti teologis dari konteks Eskatologi. Dalam istilah Yunani Parousia dipakai untuk kunjungan seorang pejabat tinggi, sedangkan dalam apokaliptik Yahudi dipakai untuk kedatangan Allah atau mesiasNya. Arti ini diambil alih oleh Paulus dan ada pemahaman bahwa Pauluslah yang mengintrodusir kata “Parousia ” untuk kedatangan Kristus sebagai Tuhan yang mulia.[15] Parousia berarti kedatangan Kristus pada akhir zaman. Dalam teologi Paulus realitas parousia juga diungkapkan dengan cara lain “ Pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus ”, apabila Kristus menyatakan diri kelak disebut hari Tuhan.
Bagi Paulus, Parousia bukan sesuatu yang semata-mata akan datang pada akhir zaman, melainkan sekarang sudah mulai pengaruhnya sesuai dengan seluruh pandangan Eskatologi Paulus (1 Tes 4:13, 5:23) dan Parousia sangat erat hubungannya dengan kebangkitan Kristus, oleh karena itu Paulus menekankan sifat pengharapan dalam menantikan Parousia. Bagi Paulus seharusnya Akhir Zaman sudah tiba, Kristus telah mati dan bangkit, memulai zaman baru yaitu zaman roh. Masa depan dalam arti riel sudah dikinikan dan orang-orang Kristen sedang menikmati berkat-berkat masa akhir. Karena masa kini mempunyai kualifikasi sebagai masa Eskatologi, maka manusia yang dalam Kristus sudah merupakan ciptaan baru, tidak menentukan, apakah waktu tibanya “ Hari itu” (1 Tes 5:4) sudah dekat. Sungguhpun demkian Paulus dan jemaat mula-mula menantikan kedatanganNya dengan segera “ Hari sudah jauh malam, telah hampir siang (Rom 13:12), Tuhan sudah dekat (Flp 4:5).
Jemaat Paulus di kota Korintus mengucapkan kerinduannya akan kedatangan Tuhan dengan menaikkan Doa “ Maranata ” datanglah ya Tuhan (1Kor 16:22) bahkan Paulus yakin bahwa ia juga masih sempat mengalami Parousia Kristus pada masa hidupnya ( 1 Tes 4:15; 1 Kor 15:51). Dalam hal ini Paulus mulai menyimpulkan peristiwa-peristiwa pada akhir zaman, dimana Paulus mengarahkan perhatian pada pentingnya penyataan yang akan segera disampaikan. Rahasia yang akan disampaikannya adalah bagian dari kebenaran-kebenaran yang telah di rahasiakan Allah dimasa lampau, tetapi kini telah disingkapkannya dengan kedatangan Kristus (Rom 11:2, 16:26, Ef 3:3-5, Kol 1:26,27).[16]  Penggenapan kehendak Allah yang misterius dimasa lampau menunjuk kepada penggenapan dimasa depan, iman masa kini tidak mungkin ada tanpa pengharapan di masa mendatang. Pada tahap ini Paulus masih mengharapkan bahwa dia dan sebagian orang di Korintus tidak akan mati sebelum kedatangan Kristus kembali tetapi di bagian lain suratnya Paulus memperhitungkan kematiannya terhadap kedatangan Parousia Kristus (2 Kor 5:8, Flp 1:23, 3:11). Karena akhir zaman telah dimulai maka Parousia sudah pasti. Dalam surat-suratnya (Tessalonika) mula-mula Paulus mengharapkan hari itu datang segera, tetapi entah segera atau lambat kedatangan itu adalah merupakan kekalahan yang menentukan bagi kejahatan dan kemenangan sepenuhnya rencana Allah di dalam Kristus. Inti pengharapan Krisen bagi Paulus adalah diam bersama-sama Kristus  (Flp 1:23). Dalam surat Tesalonika serta 1 Korintus 15 Paulus mengharapkannya pada hari Kristus, dalam 2 korintus 5:1-10, pemikirannya akan Parousia berubah karena diantara 1 dan 2 Korintus Paulus telah diperhadapkan dengan maut, jadi dalam 2 Korintus dia mengharapkan bila ia mati, juga dalam Filipi 1:23 Paulus berbicara tentang “ Pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus”.
Pegertian dan paparan Paulus tentang Eskatologi tidak dapat diselesaikan begitu saja dikemudian hari. Pengharapan jemaat-jemaat berada dalam satu krisis, sebab semakin hari semakin nyata bahwa Parousia Yesus Kristus belum terjadi. Memang, menurut Paulus, masa kini orang Kristen terisi penuh secara rohani, dan kepercayaan mereka mempunyai dasar yang teguh. Namun demikian, ada hidup pengharapan yang rindu meyambut hari penggenapan yang tidak jauh lagi.
Masa transisi tidak bisa abadi, apa yang dinantikan hendaknya harus sampai juga pada masa yang tidak begitu jauh lagi, tetapi pengalaman jemaat-jemaat adalah bahwa tidak terjadi apa-apa, biar bagaimanapun besarnya semangat pengharapannya masanya ternyata berkepanjangan terus. Jemaat-jemaat mengalami apa yang dalam kupasan Eskatologi Perjanjian Baru lajimnya disebut “Penangguhan/Penundaan Parousia Yesus Kristus dimana semakin lama jemaat menunggu, semakin pasti mendapat kesan bahwa terlambatnya kedatangan Tuhan dan penggenapan pengharapan”.
Kesan tersebut tentulah menyebabkan suatu rasa kecewa yang menghinggapi orang Kristen, karena bayangan dan gambaran-gambaran Eskaton dapat diturun temurunkan kepada generasi yang kemudian, sedangkan pengharapan sendiri yang hidup tidak dapat diwariskan. Pengharapan harus timbul langsung dalam pertemuan dengan pokok-pokok yang patut dinantikan penggenapanya pada masa mendatang yang tidak terlalu lama.
Eskatologi dalam Perjanjian Baru ingin menyifatkan hidup orang Kristen untuk menanamkan benih pengharapan dalam hidup mereka yang relevan untuk eksistensi sekarang ini.
2.3.2. Kebangkitan Daging
Pada kedatangan Tuhan Yesus kelak, akan terjadi kebangkitan mereka yang telah mati di dalam Kristus (1Tes 4:16), dalam Perjanjian Lama kebangkitan ini juga sudah dikenal (Yes 25:8, 26:19, dan 12:2) yang mencerminkan kepercayaan akan kebangkitan. Kepercayaan akan kebangkitan ini berakar pada keyakinan bahwa Allah ialah Allah yang hidup. Dalam Filipi 3:20-21 ditekankan dua hal yakni “ tubuh orang-orang percaya akan diubah pada hari kedatangan Tuhan kelak dan dalam keadaan terakhir mereka masih mempunyai tubuh yang serupa dengan tubuh Yesus yang mulia.[17] Dalam 1 Kor 15 Paulus juga menghubungkan kebangkitan Kristus dengan kebangkitan orang-orang percaya. Dimana bagian pertama pada pasal 15 menetapkan sudah terjadinya kebangkitan Kristus dan menunjukan bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah kepercayaan orang Kristen (1 Kor 15:17). Dalam Roma 8:11 bdk II Kor 4:4  dikatakan “ Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh rohNya yang diam didalam kamu ” dalam hal ini juga tampak bahwa akan terjadi pengubahan dalam tubuh kita yang sekarang. Sifat tubuh sorgawi atau rohaniah yang akan diberikan kepada mereka yang telah dibangkitkan melampaui pengalaman yang sekarang tetapi benar-benar suatu tubuh yang merupakan lanjutan tubuh duniawi hanya tidaklah terdiri dari daging atau darah (1 Kor 15:50).  Sedangkan orang  percaya yang masih hidup pada saat kedatangan Kristus akan diubah tanpa menjalani maut ( 1Kor 15:51-52, 1 Tes 4:17 ).
Secara umum dapat di katakan bahwa tubuh kebangkitan bukanlah ciptaan yang samasekali baru. Bila itu suatu ciptaan yang sama sekali baru, maka bukanlah tubuh kita yang sekarang, tetapi tubuh yang lain. Akan tetapi, yang di bangkitkn adalah tubuh yang yang di taburkan (1 Korintus 15:43,44,53,54). Sebaliknya, tubuh kebangkitan itu belum tentu terdiri atas unsur-unsur yang persis sama dengan tubuh kita sekrang ini (1 Korintus 15:37,38). Alkitab hanya mengijinkan kita untuk berkata bahwa hubungan antara tubuh kita saat ini dengan tubuh kebangkitan adalah sama seperti benih gandum yang di tanam serta tanaman gandum yang tumbuh dari benih itu. Seorang dewasa memiliki tubuh yang sama  yang dimilikinya ketika ia dilahirkan, sekalipun tubuh itu telah mengalami perubahan terus-menerus dan tidak terdiri dari  sel-sel yang sama dengan ketika ia lahir. Demikian pulakebangkitan adalah tubuh yang sama, sekalipun susunanya akan berubah.[18]
2.3.3. Penghakiman
            Kata yang di gunakan Paulus dalam menjelaskan akhir zaman adalah Penghakiman. Bagi Paulus penghakiman merupakan aspek yang penting dalam pengajarannya tentang Parousia dan penyempurnaan zaman. Bagi Paulus penghakiman merupakan fungsi utama dari Parousia. Ajaran paulus mengenai pembenaran juga menekankan hal ini. Pembenaran adalah berkaitan dengan akhir zaman maksudnya adalah pembebasan dari hukuman dosa melalui keputusan yang menguntungkan dari pihak  hakim pada hari terakhir. Kendati demikian penghakiman tetap merupakan sesuatu yang akan terjadi pada akhir zaman, bahkan atas orang-orang percaya sekalipun. Keadilan dan kebenaran yang kita harapkan (Gal 5:5) adalah pembebasan pada saat penghakiman terakhir. Kita semua harus menghadap tahkta pengadilan Kristus (2 Kor 5:10).  Dari pengadilan itu dapat diketahui apakah kita mendapat upah atau tidak (Rom 14:10, 1Kor 3:12, 15:2) dengan demikian orang percaya mulai sadar bahwa suatu hari nanti mereka akan tampil dihadapan Allah untuk menerima murka (orge) dengan geram (thumos) dari Ilahi yang kekal (Rom 2:5, 2:1-11)[19] mengapa perlu bagi Allah untuk melaksanakan penghakiman? Tujuan penghakiman akhir bukanlah untuk mamastikan, melainkan untuk menyatakan watak serta penetapan berbagai keadaan lahiriah yang sesuai dengan watak tersebut. Allah sudah mengetahui keadaan semua makluk moral, sehingga akhir zaman hanya akan menyatakan betapa adilnya penghakiman yang dilaksanakan oleh Allah. Ingatan, hati nurani, dan watak kita merupakan persiapan dan bukti untuk penyingkapan yang terakhir itu.[20]

2.3.4. Aplikasi Bagi orang Percaya
Di atas penulis telah memberikan beberapa kata yang sering di gunakan Paulus dalam menjelaskan tentang Eskatologi. Ia percaya bahwa melalui Kristus, kematian telah kehilangan sengatnya, yang Paulus samakan dengan dosa (1Kor 15:55-56). Pandangan ini di dasari atas pandangan bahwa maut masuk dalam dunia karena dosa (Rm 5:12), dan Kristus secara efektif telah memecahkan soal dosa itu. Paulus tidak memandang lagi  kematian sebagai musuh yang perlu di takuti. Tetapi malah sebagai titik transisi menuju semacam kehidupan yang lebih penuh. Pengalamanya sendiri memperlihatkan keyakinanya. Paulus sering di ancam maut (1 Kor 15:31 ; 2 Kor 1:8; 11:23). Ia dapat berdebat dengan kepala dingin tentang apakah hidup atau mati dalam Kristus yang lebih baik.
Jadi sebagai orang Percaya hendaknya bersiap sedia dalam menghadapi akhir zaman. Akhir zaman pastilah ada dan akan datang, jadi hendaknya janganlah membuat akhir zaman sebagai hal yang di takuti tetapi orang percaya harus bersiap sedia.dan dalam akhir zaman tentunya sebagai orang percaya pastinya kita akan di bangkitkan dan menghadapi sebuah penghakiman. Karena kita telah percaya pada Tuhan maka kita sudah dibenarkan oleh Tuhan Yesus.















BAB V
Simpulan

            Setelah mempelajari tulisan-tulisan Paulus mengenai Eskatologis, maka dapat di ambil sebuah Simpulan, Eskatologi Paulus bukan suatu ramalan apokaliptis, melainkan suatu pemahaman Injil. Maka pengharapan Paulus, kendati segala kepastian iman, tetap merupakan pengharapan. Eskatologi tidak hanya merupakan pandangan terhadap sejarah keselamatan, melainkan menentukan seluruh hidup orang Kristen. Keselamatan adalah real sejauh kita berada dalam Kristus, sejauh kita masih dalam keturunan Adam, keselamatan tetap diharapkan. Dan sejauh kita mengharapkan Parousia Yesus Kristus maka yang terutama adalah bagaimana sikap kita terhadap Parousia bukan berapa lama tetapi setiap orang harus menantikan Parousia.





[1] Welly Pandesolang.2004.Eskatologi Biblika (Yogykarta. andi) hlm.1
[2] C. Marvin Pate.2004.Teologi Paulus. (Malang. Penerbit Gandum Mas) hal246
[3] Donald Gutrie, Teologi Perjanjian Baru 3, 1996 (Jakarta; BPK. Gunung Mulia),  hlm. 145
[4] T. Jacob, Paulus Hidup, 1983. karya dan Teologinya, (Jogyakarta; Kanisius & Jakarta; BPK. Gunung Mulia,),  248
[5] Donald Gutrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta; BPK. Gunung Mulia, 2001),  148

[6] Alexander Sonter, 1996. A Pocket Lexicon To The Greek New Testament : ( London Oxford University Press, 1996 ) hlm 98
[7] Gerhard, Kittel ,1976.“Theological Dictionary of the New Testament” Vol VI  (Michigan:   Grand Rapids 1976) hlm 697-698
[8] Douglas, J (edt) 2003“ Ensiklopedia Alkitab Masa Kini” Jilid I  (Jakarta YKBK/OMF ) hlm 286
[9] Lasor, William Sanford “ Old Testament Survey,  ( Michigan Erdmans Publishing Company )
[10] Dr. David L. Baker.2001“ Satu Alkitab Dua Perjanjian ”  ( Jakarta : BPK—GM ) hlm 15-17

[11] R Bultmann,1957 . History and Eschatology, (Bloomsbury Street London )hlm.113
[12] Tom  Jacobs, , Sy. Paulus .1983. Hidup, Karya dan Teologinya ( Kanisius : BPK, Yogyakarta )hlm245
[13] Ulrich, Beyer, “ Garis-garis Besar Eskatologi dalam Perjanjian Baru ” hlm 24 ( Jakarta BPK 1985)
[14] Ibid. hlm. 24
[15] Tom  Jacobs, , Sy. Paulus. 1983 Hidup, Karya dan Teologinya ( Kanisius : BPK, Yogyakarta )hlm.245
[16] V.C.  Pfitzner,  2004.Kesatuan Dalam Kepelbagaian, Tafsiran atas Surat 1 Korintus,  ( Jakarta, BPK-GM,)hlm.325


[17], Donald Guthrie 1996. Teologia Perjanjian Baru III, Jakarta BPK-GM, 1996.
[18] Henry Clarence Thiessen.1992. Teologi Sistematika (Gandum Mas.Malang), hlm. 595
[19] Guthrie, Donald 1996. Teologia Perjanjian Baru III, Jakarta BPK-GM,
[20] Henry Clarence Thiessen.1992. Teologi Sistematika (Gandum Mas.Malang), hlm. 601

Kamis, 14 September 2017

KEILAHIAN YESUS MENURUT KITAB YOHANES

by : martha dea
KEILAHIAN YESUS MENURUT KITAB YOHANES

Bab 1
Pendahuluan

1.1.  Latar Belakang
            Kitab Yohanes membuktikan secara meyakinkan bahwa Yesus adalah anak Allah dan bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya akan memiliki hidup kekal. Kitab Yohanes mencantumkan delapan mukjizat dan enam diantaranya secara khusus. Kitab Yohanes mencantumkan di mana Dia datang dalam rupa manusia ke sebuah tempat di alam semesta yang disebut planet bumi. Di mana, sang pencipta menjadi ciptaan yang dibatasi oleh ruang dan waktu, dan ruang serta rentan terhadap penuaan, penyakit, dan kematian. Tetapi kasih menggerakan-Nya sehingga Dia datang untuk menyelamatkan orang-orang yang terhilang dan memberi mereka anugerah yang hidup kekal. Dialah Firman itu; Dialah Yesus Sang Mesias.
            Kebenaran inilah yang dibawakan oleh Rasul Yohanes bagi orang-orang percaya dalam kitab ini. Injil Yohanes bukanlah kisah tentang kehidupan Kristus; tetapi Injil ini merupakan suatu penjelasan yang kuat tentang inkarnasi, suatu peragaan yang meyakinkan bahwa Yesus, dulu dan sekarang adalah Anak Allah yang telah diutus dari surga dan merupakan satu-satunya sumber hidup yang kekal. Yohanes menyingkapkan identitas Yesus langsung dengan kata pertamanya “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah” (Yoh 1:1-2);
            Dalam setiap pasal kitab Yohanes mencantumkan Yesus sebagai Tuhan. Identitas Yesus ditegaskan melalui nama-nama yang diberikan kepada-Nya – Firman, Anak Tunggal, Anak Domba Allah, Anak Allah, roti hidup, kebangkitan, pokok anggur. Formula yang dipakai dalam kitab Yohanes adalah “Akulah”. Pada waktu Yesus menggunakan ungkapan ini, Ia mempertegas keberadaan-Nya sebelum inkarnasi dan keilahian-Nya kekal. Yesus berkata Akulah roti hidup (Yoh 6:35), Akulah terang dunia (Yoh 8:12; 9:5), Akulah pintu (Yoh 10:7), Akulah gembala yang baik (Yoh 10:11 dan 14), Akulah kebangkitan dan hidup (Yoh 11:25), Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6), dan Akulah pokok anggur yang benar (Yoh 15:1).  Jadi, kitab Yohanes berbicara mengenai keilahian Yesus dimulai dengan pendeklarasian Yesus sebagai Firman dan menjelma menjadi manusia kemudian dilengkapi dengan pelayanan mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus. Selanjutnya penulis akan memaparkan secara singkat paparan kitab Yohanes yang mencakup tentang keilahian Yesus, dan memaparkan secara singkat tentang pelayanan Yesus.

1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka penulis membuat suatu rumusan tentang pokok-pokok permasalahan yang ada dengan tujuan untuk mempermudah pembahasan dan mendapat penguraian yang lebih sistematis. Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1.2.1        Bagaimana paparan yang berbicara mengenai keilahian Yesus menurut kitab Yohanes?
1.2.2        Bagaimana paparan mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus  menurut kitab Yohanes?

1.3.Tujuan Penulisan
Ada pun tujuan penulisan dalam paper ini adalah sebagai berikut:
1.3.1        Agar mengetahui paparan yang berbicara mengenai keilahian Yesus menurut kitab Yohanes.
1.3.2        Agar mengetahui paparan tentang pelayanan dan mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus menurut kitab Yohanes.






















Bab II
Pembahasan

2.1.Keilahian Yesus Menurut Kitab Yohanes
            Yohanes memulai Injilnya dengan memberikan kesaksian tentang keadaan Yesus yang sebenarnya sebagai Firman Allah yang hidup. Sebagai Anak Allah yang kekal, maka Dialah pencipta dan sumber segala kehidupan. Kehidupan Kristus adalah kehiduan rohani. Kehidupan Kristus di dalam kita itulah kehidupan kekal yang menjadi milik kita karena anugerah dan kebenaran-Nya. Setelah memberikan kesaksian tentang ketuhanan Yesus dan maksud-Nya, maka Yohanes mengisahkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada minggu pertama dan paskah pertama di dalam pelayanan Yesus[1]. Yohanes menjabarkan inkarnasi Kristus dengan menujuk pada Yesus sebagai “Putra Allah” atau “Putra”. Yesus menggunakan istilah-istilah itu untuk diri-Nya sendiri. Orang Yahudi yang tidak percaya menangkap signifikasi dari klaim itu, lalu mereka berusaha untuk melempari Dia dengan batu atas dasar penghujatan, di mana Yesus telah menyejajarkan Diri-Nya dengan Allah (Yoh. 5:18). Pada waktu Yesus mengklaim diri-Nya sebagai Anak Allah, Ia sedang mengklaim kesederajatan dengan Allah. Yesus secara jelas mengklaim sebagai Anak Allah (Yoh. 10:36), dan dengan demikian Ia telah memiliki hak keilahian: Ia sederajat dengan Bapa (Yoh. 5:18); Ia memiliki hidup dalam Diri-Nya sendiri (Yoh 5:26); Ia memiliki kuasa untuk membangkitkan orang dari kematian (Yoh. 5:25); Ia memberikan hidup (Yoh. 5:21); Ia membebaskan manusia dari perbudakan dosa (Yoh. 8:36); Ia menerima kemuliaan  sederajat dengan Bapa (Yoh. 5:23); Ia adalah objek dari iman (Yoh. 6:40); Ia adalah objek dari doa (14:13, 14); Ia memiliki kuasa untuk menjawab doa (Yoh. 14:13)[2].
            Yesus mengindikasikan bahwa relasi-Nya dengan Bapa sangat unik. Ketika Ia berada di dalam bait Allah dekat perbendaraan, Yesus menyatakan diriNya sendiri sebagai Terang yang lebih baik dari pada tiang api di padang gurun. Kemudian orang-orang Yahudi menantang Yesus karena menurut pengadilan mereka orang tidak diizinkan memberi kesaksian tentang dirinya sendiri. Akan tetapi Yesus menyatakan bahwa Dia mengetahui asal-usul dan tujuanNya. Dia tidak dibatasi oleh hal-hal yang membatasi kita. Tanpa bantuan ilahi, kita hanya dapat mengadili orang dari hal-hal yang lahiriah saja. Tetapi Yesus tidak mengadili orang dengan cara demikian. Dia memiliki pengetahuan yang dimiliki oleh Bapa. Karenanya kesaksianNya itu dapat dipercaya sama seperti kesaksian Bapa sendiri, dan kesaksian Bapa dan Anak itu memenuhi tuntutan-tuntutan hukum Taurat. Yesus juga menyatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak mengerti hal ini, karena mereka berasal dari dunia dan tidak mengetahui asal usul maupun tujuanNya. Mereka tidak mengenal Allah dan tidak mengerti hal-hal rohani, sehingga mereka tidak dapat memahami kenyataan bahwa kematianNya itu perlu untuk menyelamatkan mereka agar jangan mati dalam dosa mereka. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan hanya oleh Allah telah dilakukan Yesus. Yesus tidak hanya membangkitkan orang mati (Yohanes 5:21, 11: 38-44). Terlebih lagi, Kristus memiliki atribut-atribut yang dapat dimiliki hanya oleh Allah, yaitu: kekal (Yohanes 8:58), mahakuasa (Yohanes 11: 38-44).
            Apa yang Yesus ajarkan dan yang Dia lakukan berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dari jati diri-Nya. Yohanes menunjukan bahwa Yesus sepenuhnya adalah manusia dan sepenuhya Anak Allah. Meskipun Yesus menggunakan wujud kemanusiaan yang lengkap dan hidup sebagai manusia, Dia tidak pernah berhenti sebagai Allah kekal yang selalu ada, Pencipta dan Penopang segala sesuatu, dan sumber kehidupan yang kekal. Inilah kebenaran tentang Yesus dan dasar dari semua kebenaran. Yohanes menulis untuk orang-orang percaya di mana pun, baik Yahudi maupun bukan Yahudi (bangsa-bangsa lain). Sebagai salah satu dari 12 murid Yesus, Yohanes menulis sebagai saksi mata yang memiliki kredibilitas atau perihal yang dapat dipercaya dan detail-detail. Kitab Yohanes bukanlah sebuah biografi (seperti kitab Lukas). Kitab Yohanes berbicara mengenai presentasi tematik atau bersangkutan dengan tema mengenai kehidupan Yesus[3].
            Yesus menyebut Allah sebagai Bapanya sendiri dan secara tak langsung menyatakan bahwa Dia ikut mengerjakan pekerjaan yang sama seperti yang sedang dikerjakan Allah. Yesus juga mengatakan bahwa Dia bebas dari hukum hari sabat, atas dasar yang sama seperti Allah Bapa. Ini berarti Yesus memiliki hak dan kekuasaan yang sama atas taurat seperti yang dimiliki oleh Allah. Jadi, Yesus setara dengan Allah, dan hubungan-Nya dengan Allah Bapa adalah lebih akrab dari pada orang lain. Secara khusus Dia adalah Anak Allah. Selanjutnya Yesus menerangkan bahwa sifat ilahi-Nya itu tidak meniadakan kenyataan sifat manusiawi-Nya yang sejati. Dia adalah Anak Allah dan Anak Manusia. Yesus menyatakan percaya kepada-Nya berarti percaya kepada Allah, kepada kesaksian Allah, dan kesaksian Kitab Suci. Allah telah menjadikan Yesus sebagai pemberi hidup dan hakim. Yesus-lah yang akan membangkitkan orang-orang mati pada hari kebangkitan (Yoh 5:16-19 dan 25-27)[4].
            Keilahian Yesus juga dapat dibuktikan ketika Yesus bangkit (Yohanes 20:1-31 dan 21:1-25) tibalah pagi hari kebangkitan denga teka-teki kubur yang terbuka dan kain kapan yang terletak ditempatnya, kedua-duanya kosong. Kemudian Yesus menampakan diri-Nya dalam keadaan jasmani dan mengakhiri pertentangan antara kepercayaan dan ketidak percayaan yang tergambar di dalam Kitab Yohanes. Thomas seorang murid Yesus yang tidak percaya dan ragu-ragu telah diyakini dan ia telah berseru ya Tuhanku dan Allahku. Selama 40 hari Tuhan mempersiapkan dan mengajar mereka. Yesus mengetahui betapa besarnya penyesalan Petrus karena perkataan penyangkalannya itu. Dia lebih menunjukan perhatian-Nya ketika Yesus menangkap ikan kembali, dan membawa enam murid lainnya[5].        


2.2.Keilahian Yesus dalam pelayananNya Menurut Kitab Yohanes
            Tujuan utama Yohanes menulis Injil Yohanes adalah untuk memenangkan orang-orang yang belum percaya (orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan-Yahudi) kepada iman yang menyelamatkan. Yohanes pasti juga memikirkan peneguhan iman orang-orang pecaya, sehingga jemaat akan memiliki anggota-anggota yang menjadi saksi yang lebih giat. Dalam Yohanes 20:30-31 tujuan Yohanes mencatat “tanda-tanda” yang dibuat Tuhan Yesus dalam Injil ini. Yohanes menyebut mujizat-mujizat  itu “tanda-tanda” karena mujizat-mujizat itu menyatakan kebenaran-kebenaran rohani yang sangat penting[6]. Dari antara penulis-penulis Injil hanya Yohaneslah yang melaporkan awal pelayanan Yesus kepada orang-orang Yudea. Setelah memberikan kesaksian tentang ketuhanan Yesus dan maksud-Nya, maka Yohanes mengisahkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada minggu pertama dan paskah pertama di dalam pelayanan Yesus.
            Kisah ini dimaksudkan untuk menujukkan bagaimana Allah memimpin Yohanes penulis Injil ini, sehingga percaya kepada Yesus. Pertama-tama Allah menggunakan kesaksian Yohanes Pembaptis. Kesaksian itu tidak berdasarkan kabar angin, melainkan berdasarkan nubuat-nubuat Perjanjian Lama dan kenyataan yang dikaruniakan oleh Roh Kudus. Selanjutnya Allah menggunakan cara Yesus menghadapi murid-muridNya yang pertama termasuk Yohanes sendiri, Andreas, Petrus, Filipus, dan Natanael. Ini diikuti dengan mujizat-mujizat atau tanda ajaib yang pertama di dalam fasal 2, penyucian Bait Allah yang pertama kalinya, dan mujizat-mujizat pada Paskah yang pertama[7].
              Tanda yang pertama terjadi pada suatu pesta pernikahan yang kehabisan air anggur. Ibu Yesus memberitahukan hal ini kepada Yesus. yesus menyanggah dengan lembut. Ibunya tidak mengerti maksudNya. Sekalipun demikian, Yesus menyuruh pelayan-pelayan mengisi enam buah tempayan yang disediakan pembasuhan “menurut adat orang Yahudi.” Dengan suatu perbuatan ciptaan yang penuh kuasa, tiap-tiap tempayan yang berisi 408 sampai 613 liter itu tiba-tiba penuh dengan air anggur. Dengan hanya mematuhi perintah Kristus, pelayan-pelayan itu turut melakukan suatu mujizat yang luar biasa[8]. Tanda ajaib berikutnya yang diceritakan di dalam Injil Yohanes terjadi pada hari Sabat di kolam Betesda. Di sana, Yesus melihat seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya menderita sakit. Orang itu berbaring berbaring di dekat kolam itu sambil mengharapkan penyembuhan dari air yang bergoncang itu; meskipun ia tahu bahwa ia tak mempunyai harapan. Yesus datang bertanya “maukah engkau sembuh?.” Kemudian Yesus menyuruh dia mengangkat tilamnya dan berjalan. Bersamaan dengan perintah itu datanglah kuasa. Kemudian, Yesus juga bertindak terhadap dosa orang itu. Dalam peristiwa memberi makan lima ribu orang merupakan salah satu mujizat Kristus yang paling dramatis dan mengagumkan. Mujizat ini terjadi pada puncak ketenaranNya di Galilea dan mengakhiri tahun pelayanan-Nya di sana. Keempat kitab Injil mengakui peristiwa itu sebagai suatu titik perubahan dalam karierNya di dunia, dan inilah satu-satunya mujizat yang terdapat di dunia, dan inilah satu-satunya mujizat yang terdapat di dalam keempat Injil itu. Karena mujizat ini orang-orang Galilea menjadi begitu yakin akan kebesaran dan kuasaNya, sehingga mereka hampir menangkapNya dan mencoba memaksaNya untuk menjadi Raja mereka. Peristiwa memberi makan dengan roti dan ikan itu hanyalah suatu tanda yang menujuk kepada kenyataan bahwa Dia dapat memberi makan kepada mereka dengan roti rohani yang asli dan memberi mereka hidup yang sesungguhnya.
            Semua mujizat dan tanda-tanda di dalam Injil Yohanes menuju kepada mujizat yang terakhir, yaitu kebangkitan Yesus sendiri. Tanda terakhir yang menujuk kepada peristiwa ini adalah kebangkitan Lazarus. Ini merupakan suatu tanda yang penting dengan arti yang menyedihkan. Fasal 1 sampai dengan fasal 10 mengisahkan bagaimana Yesus telah menyatakan diriNya sendiri kepada orang-orang Yahudi dalam segala macam cara yang bisa membangkitkan iman. Ketika Yesus sedang melayani di Parea, di sebelah timur sungai Yordan, ada seorang yang datang memberitahukan bahwa teman-Nya Lazarus, sakit hampir mati. Tetapi Yesus tinggal dua hari lagi di tempat itu. Hal itu dilakukanNya agar supaya Allah akan dimuliakan degan suatu mujizat yang lebih besar, yang tidak mungkin terjadi seandainya Yesus segera berangkat ke Betania.
            Kisah Yesus mengubah air jadi anggur, yaitu mujizat pertama yang dilakukan Tuhan Yesus, rasul Yohanes mengatakan: “Ia telah mengatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya” (Yoh 2:1-25). Hal ini berarti bahwa murid-murid percaya bahwa Yesus adalah Mesias. W. H. Harris mengatakan: “The first sign-miracle had the sama purpose as that of all teh following sign-miracle, namely, to reveal the person of Jesus.” Yesus memberi makan kepada 5.000 orang, Ia mengatakan “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi” (Yoh 6:1-71). Yesus menghimbau agar mereka percaya bahwa Dia adalah Mesias, Roti yang memberi hidup kekal. Yesus menyembuhkan anak pegawai istana (Yoh 4:46-54). Yesus menyembuhkan banyak orang-orang sakit pada hari sabat di kola Betsaida (Yoh 5:1-47). Yesus berjalan di atas air (Yoh 16-20). Yesus menyembuhkan orang buta sejak lahir (Yoh 9:1-41). Pelayanan Yesus selanjutnya Ia membasuh kaki murid-murid-Nya (Yoh 13:1-20). Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya (Yoh 17:26)[9].

2.3.Yesus Memberikan Hidup Kekal
       Berikut 6 adalah sebagian ayat-ayat di dalam injil Yohanes yang mengkonfirmasi pernyataan Yesus ini, yaitu: 1. Yohanes 4:13-14. Yesus berkata kepada perempuan Samaria bahwa Yesus memiliki “air hidup” yang akan menjadi mata air di dalam diri yang menerimanya dan terus-menerus memancar sampai sampai kepada hidup yang kekal. 2. Yohanes 6:27-29. Yesus digambarkan sebagai “roti hidup” yang dapat memberikan kehidupan yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. 3. Yohanes 11:25-26. Yesus adalah kebangkitan dan hidup, barang siapa yang percaya kepada-Nya akan hidup walaupun sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada Yesus tidak akan mati selama-lamanya. Dengan adanya cukup banyak ayat di dalam injil Yohanes yang menjelaskan bahwa Yesus juga memberikan hidup yang kekal bagi setiap orang yang percaya kepadNya, apakah masih perlu diragukan keilahian Yesus Kristus? Orang percaya pasti berkata Tidak! Sebab Dia memang adalah salah satu pribadi Ilahi.

2.4.Yesus membangkitkan orang mati
       Yesus membangkitkan orang mati (Yoh. 5:21) Orang-orang Farisi tentu sangat tahu bahwa pekerjaan untuk menghidupkan orang mati adalah pekerjaan seorang Ilahi (Yehovah). Orang Farisi tentu tidak akan marah jika Yesus mengatakan bahwa Allah sanggup membangkitkan seseorang dari kematian. Tetapi yang menjadi masalah adalah bahwa Yesus sendiri dengan percaya diri mengatakan bahwa Dia sama dengan Allah. “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.” Dengan demikian ayat ini telah membuktikan bahwa Yesus adalah pribadi yang Ilahi.

2.5. Yesus Memiliki Sifat-Sifat Ilahi
2.5.1. Yesus adalah pribadi yang Mahatahu
       Ada cukup banyak ayat di dalam injil Yohanes yang membuktikan bahwa Yesus Mahatahu. Beberapa ayat saja yang dengan sangat jelas menunjukkan ke-Maha Tahuan Yesus.      1. Yohanes 1:47-48. Pada saat Yesus memilih murid-murid yang pertama, adalah Natanael yang langsung tersentak oleh ke-Mahatahuan Yesus, sebab Yesus langsung tahu identitas Natanael dan tempat di mana Natanael ketika Filipus memanggilnya. 2. Yohanes 2:25. Yesus tahu apa yang ada di dalam hati manusia. 3. Yohanes 4:17-18. Seorang perempuan tersentak dengan ke-Mahatahuan. Yesus bahwa dia telah memiliki lima suami, dan yang ada sekarang padanyapun bukanlah suaminya. 4. Yohanes 6:70-71. Yesus telah mengetahui dari semula siapa yang akan menyerahkan Dia, yaitu Yudas Iskariot sebelum peristiwa itu terjadi. Empat peristiwa di atas telah menunjukkan bagi setiap pembaca injil Yohanes bahwa Yesus adalah pribadi yang Mahatahu. Dengan demikian Ia sanggup memenuhi tuntutan sifat ke-Ilahian.


2.5.2. Yesus adalah peribadi yang Mahahadir (Yoh. 3:13)
       Sepertinya tidak pernah ada terjadi suatu peristiwa di mana seseorang bisa hadir di tempat A sekaligus berada di tempat B dengan waktu yang sama. Bagi manusia biasa tentu hal ini adalah sesuatu yang mustahil! Jika seseorang berada di tempat A maka dia tidak akan mungkin berada di tempat B dengan waktu yang sama. Seseorang tersebut hanya boleh hadir di suatu tempat dalam suatu waktu dan jika dia ingin berada di tempat lain haruslah dengan waktu yang lain pula. Namun, jika ada suatu pribadi yang sanggup melakukan hal ini tentulah dia bukan manusia biasa. Di dalam injil Yohanes 3:13 tercatat bahwa Yesus memenuhi syarat ilahi ini, yaitu ke-Mahahadiran.

2.6.Yesus adalah pribadi yang Mahakuasa
       Sifat Mahakuasan ini tentu hanyalah kepunyaan Allah. Sifat Mahakuasa ini tentu tidaklah sama seperti kekuasaan manusia di bumi. Kekuasaan manusia di  bumi memiliki lingkup yang sangat terbatas. Misalnya, seorang raja hanya akan berkuasa sampai batas-batas kerajaannya, dia tentu tidak berkuasa atas kerajaan lain sebab kerajaan yang lainnya juga punya raja yang memiliki kekuasaan atas wilayah kerajaannya. Namun, sifat Mahakuasa yang disebutkan di sini adalah keMahakuasaan terhadap seluruh alam semesta, bahkan maut sekalipun. Berbagai ayat Alkitab dengan terang-terangan menunjukkan ke-Mahakuasaan Allah atas alam semesta, binatang, sakit-penyakit, malaikat, iblis, maut dll
2.6.1.      Berkuasa atas sakit-penyakit
          Di dalam kitab injil Yohanes, dicatat dengan sangat jelas tiga peristiwa bahwa Yesus berkuasa atas sakit penyakit. Peristiwa yang pertama dicatat dalam Yohanes 4:46-54, yaitu tentang seorang anak pegawai istana. Peristiwa penyembuhan atas anak seorang pegawai istana ini sangatlah luar biasa, Yesus hanya mengatakan tiga kata kepadanya yaitu: “Pergilah, anakmu hidup!” dan terbukti bahwa anak tersebut hidup. Jadi hal ini sungguh membuktikan kuasa Yesus atas sakit penyakit.
            Peristiwa yang kedua dicatat dalam Yohanes 9:1-41, yaitu tentang seorang yang buta sejak lahirnya. Yesus menyembuhkan seorang buta hanya dengan mengaduk tanah dan mengoleskannya kepada mata orang tersebut sehingga dia pun melihat. Namun, orang-orang Farisi tidak mau mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Tetapi kesaksian orang buta tersebut telah nyata bagi orang-orang yang hidup sezaman dengan dia dan juga bagi para pembaca injil Yohanes. Yesus memang datang untuk melakukan banyak mujizat dan Dia berkuasa atas sakit penyakit
2.6.2.  Berkuasa atas maut (kematian)
      Seperti yang sudah pernah disinggung bahwa bangsa Yahudi tidak akan merasa terkejut jika dikatakan bahwa Allah dapat menghidupkan orang mati. Mengapa? Karena mereka tahu bahwa Allah sanggup melakukannya. Namun, dalam Yohanes 5:1 dikatakan: “Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkan-nya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.” Ternyata dalam injil Yohanes, Yesus meng-klaim diri-Nya sama dengan Allah Bapa dalam hal kesanggupan menghidupkan orang mati. Dengan demikian maka tanda ini memberitahukan kepada setiap pembaca bahwa Yesus adalah salah satu pribadi Ilahi















Bab III
Penutup

3.1. Kesimpulan
Kitab Yohanes membuktikan secara meyakinkan bahwa Yesus adalah anak Allah dan bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya akan memiliki hidup kekal. Kitab Yohanes mencantumkan delapan mukjizat dan enam diantaranya secara khusus. Kitab Yohanes mencantumkan di mana Dia datang dalam rupa manusia ke sebuah tempat di alam semesta yang disebut planet bumi. Di mana, Sang Pencipta menjadi ciptaan yang dibatasi oleh ruang dan waktu, dan ruang serta rentan terhadap penuaan, penyakit, dan kematian.
Tetapi kasih menggerakan-Nya sehingga Dia datang untuk menyelamatkan orang-orang yang terhilang dan memberi mereka anugerah yang hidup kekal. Dialah Firman itu; Dialah Yesus Sang Mesias. Tujuan utama Yohanes menulis Injil Yohanes adalah untuk memenangkan orang-orang yang belum percaya (orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan-Yahudi) kepada iman yang menyelamatkan. Mujizat-mujizat yang disebut dengan tanda-tanda yang ajaib yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus ini agar orang-orang yang belum mengenal Tuhan bisa percaya lewat mujizat-mujizat yang Tuhan kerjakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan sifat ke-Mahahadiran Yesus Kristus di bumi dan sekaligus juga di Surga, orang-orang percaya tidak memiliki alasan lagi untuk meragukan ke-Ilahian Yesus Kristus.










[1] Stanley M. Harton. 1980. Injil Yohanes. (Gandum Mas: Malang). hlm. 4
[2] Paul Enns. 2012. The Moody Handbook Of Theology. (Literari SAAT: Malang). hlm. 166
[3] Life Application Study Bible. 2014. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. (Kerja Sama Penerbit Gandum Mas dan Lembaga Alkitab Indonesia), hlm. 2147.
[4] Stanley M. Horton.  1980. Injil Yohanes. (Gandum Mas: Malang), hlm. 29.
[5] Stanley M. Horton. Ibid., hlm. 110-111.
[6] Irving L. Jensen. 1970. Yohanes. (Kalam Hidup: Bandung), hlm. 13
[7] Stanley M. Harton. 1980. Injil Yohanes. (Gandum Mas: Malang), hlm. 4-5.
[8] Stanley M. Harton. Ibid., hlm. 11-12.
[9] Dr. David Iman Santoso. 2014. Theologi Yohanes. (Literatur Saat), hlm. 35-36.