Eskatologi dalam
Teologi Paulus
Bab 1
Pendahuluan
1.1. latar
belakang
Dalam
doktrin kekristenan tentunya banyak sekali doktrin. Misalnya saja doktin
tentang akhir zaman. Pada hari-hari ini banyak orang yang berkata jika sudah
termasuk pada akhir zaman. Bahkan ada beberapa hamba Tuhan yang berani
menentukan waktu kiamat. Menurut rasul
Paulus, orang kristen hidup di antara dua masa. Akhir zaman sudah hadir dengan
kematian serta kebangkitan Kristus, namun zaman akhir masih akan datang dengan
kedatangan-Nya yang kedua kali. Aspek esensial doktrin eskatolog ialah fakta
futuristik, yaitu pengungkapan sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa
yang akan datang melalui nubuat pada masa yang lampau. Sebab itu nubuat Alkitab
menjadi fokus dominan dalam penyelidikan dan pembahasan doktrin eskatologi.
Akhir zaman selalu
merupakan bahan spekulasi yang ramai dibicarakan oleh kalangan orang-orang
percaya. Banyak yang terjebak. Dan akan mengatakan jika akhir zaman akan
terjadi pada hari dan tanggal yang sudah di ketahui. Padahal hal itu adalah hal
yang salah. Berbica mengenai tentang akhir zaman memang sebah hal yang belum
terjadi, dan dalam Alkitab sendiri tidak terdapat kapan akan terjadi kiamat itu
sendiri. Tetapi Tuhan dalam Alkitab memberi sebuah tanda-tanda bagaimana akhir
zaman itu akan terjadi. Eskatologi adalah istilah yang sudah tidak asing lagi
bagi kalangan semniari atau dunia akademik teologi Kristen. Bahkan, istilah
tersebut cenderung di pahami secara luas dalam segmen jemaat yang umum. Sebab
pokok itu sudah sering di ajarakan di dalam jemaat di lingkungan gereja-gereja
tertentu[1]. Dan penulis dalam karya
ini akan meneliti bagaimana akhir zaman yang dijelaskan oleh Paulus di beberapa
surat yang di tulis oleh Paulus.
Paulus berfokus pada
diri dan peristiwa yang melingkupi kehidupan Yesus. Jadi, suatu eskatologi yang
bersifat Kristologis. Dengan konsep utama pada peristiwa kematian dan
kebangkitan Yesus, maka Paulus tampil sebagai teolog yang membangun teologi
yang Kristosentris. Dan setelah ditetapkan bahwa eskatologi adalah pokok dari
pikiran Paulus yang subur, para cendekiawan melajutkan dalam dua jurusan.
Beberapa cendekiawan memegang pendapat bahwa eskatologi tetap konsisten dalam
tulisan-tulisanya. Berpendapat bahwa dalam satu atau lain cara, tumpang tindih
dari dua zaman itu dari pikiran Paulus.[2]
Berdasarkan semua
pemikiran itu, Paulus menyatakan bahwa melalui kematian dan kebangkitan Yesus,
keselamatan dan Kerajaan Allah sudah dialami oleh orang percaya. Hal ini
memberi keyakinan kepada orang percaya bahwa tidak ada satupun masalah yang
menakutkan mereka. Bahkan kematianpun bukan lagi sebagai sesuatu yang
menakutkan karena tidak ada satupun
kuasa yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan. Banyak persoalan yang timbul
sehubungan dengan keterangan-keterangan Paulus mengenai kedatangan Yesus yang
kedua kali, tetapi tidak dapat di ragukan bahwa ia mengharapkan tibanya
peristiwa yang penting itu.[3]
Teologi
Paulus secara hakiki bersifat eskatologis, sebab titik pangkal teologi
Paulus adalah kebangkitan Kristus. Sifat eskatologis kebangkitan Kristus,
khususnya berhubungan dengan iman orang kristiani, yang ditegaskan Paulus di
dalam Roma 3:21-26. kebangkitan Kristus mempunyai arti keselamatan (Roma 4:25).
Maka dengan tegas Paulus dapat berkata bahwa kita hidup pada waktu, di
mana zaman terakhir telah tiba (1 Kor. 10:11). Kendati segala
realitas, diterima dengan iman, Paulus selalu menekankan juga pengharapan. Ia
berani berbicara mengenai Allah pengharapan (Roma 15:13). Roh Kudus
diberikan dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan (2
Kor. 1:22), oleh Roh, dan oleh karena iman, kita menantikan kebenaran
yang kita harapankan (Gal. 5:5), kita menantikan pernyataan
Tuhan kita Yesus Kristus. Pengarapan di sediakan di sorga (Kol. 1:5). Sebab
Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan (Kol. 1:27). Dalam Roma 8:25, Paulus
menjelaskan pengharapan itu: jika kita mengharapkan apa yang tidak kita
lihat, kita menantikan dengan tekun (bnd. 15:4). Dari teologi Paulus
ialah bahwa dalam zaman ini sudah terlaksana zaman yang akan datang, karena kebangkitan
Kristus[4].
Paulus
menerima pandangan tentang kedatangan Kristus kedua kali sebagai peristiwa yang
sudah dekat yang akan terjadi melalui beberapa peristiwa yang mendahului
kedatangan Kristus. Dalam surat kiriman 1 Tes. 4:13 dst, tanda-tanda yang disebutkan
menyertai kedatangan Kristus yang kedua kali dan tanda-tanda yang menyertai
mempunyai bentuk apokaliptis yang jelas: suara yang keras, seruan penghulu
malaikat, bunyi sangkakala dan awan-awan. Dalam Roma 11:25 dst, ia memandang ke
depan pada apa yang disebut masuknya jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain
yang merupakan batu loncatan yang menentukan keselamatan Israel[5]
Seperti yang akan kita amati berulang kali dalam karya ini, pandangan
eskatologis seperti itu tentang keberadaan Kristen yang muncul terus dalam
Paulus, kususnya paradoks ”yang sudah/belum”
1.2. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana Eskatologi di dalam
Teologi Paulus ?
2. Bagaimana Aplikasi bagi orang
percaya masa kini ?
1.3. Tujuan
Penulisan.
Dengan menulis
karya ilmiah yang berjudul “Eskatologi dalam Teologi Paulus” Tujuan dari
penulisan ini adalah penulis berharap setiap orang percaya dapat mengerti
tentang bagaimana akhir zaman yang di kemukakan oleh rasul Paulus. Dan orang
percaya dapat memahami doktrin dari akhir zaman tersebut.
Bab II
Pembahasan
2.1. Pengertian
Eskatologi
Ajaran
Alkitab tentang eskatologi (ajaran tentang Akhir Zaman) tidak hanya
mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tapi juga sejarah manusia.
Menurut Alkitab, Allah tidak hanya menyatakan diri-Nya melalui orang-orang yang
mendapat ilham, tapi juga dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang
membebaskan umat-Nya, dan peristiwa yang terpenting dari semuanya ialah
kedatangan Anak-Nya Yesus Kristus. Selanjutnya, isi dari penyataan ini tidak terbatas
pada kebenaran-kebenaran mengenai sifat dan tujuan Allah, tapi mencakup juga
tindakan-tindakan pelepasan umat-Nya dan firman yang diilhamkan yang
menafsirkan makna tindakan-tindakan tersebut. Karena Allah ialah Tuhan atas
segala peristiwa sejarah, maka penggenapan dari karya pelepasan oleh Allah
mencakup juga pelepasan manusia dari sejarah, artinya, perubahan tata tertib
dunia ini menjadi suatu dunia yang baru. Pengertian Eskatologi
Kata
Eskatologi berasal dari bahasa Yunani : eskhatos yang berarti akhir zaman, yang
hampir sama dengan bahasa Inggris "escalate" (terangkat ) dan
digunakan dalam istilah Theologi untuk menunjuk masa"pengangkatan orang
kudus" pada akhir jaman. Dalam konteks ini, "eschatos" menunjuk
pada saat KedatanganNya Kedua kali ke dunia. "... pada waktu bunyi nafiri
yang terakhir ... orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tak
dapat binasa dan kita semua akan diubah" (1 Kor 15:52). "Maka Tuhan
sendiri akan turun dari Sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu
bangkit" (1 Tes 4:16). Dalam konteks yang lebih luas, berarti
"hari-hari terakhir" dimulai pada saat Pentakosta pada tahun 33
Masehi. Banyak orang yakin bahwa "hari-hari terakhir" akan berakhir
saat Yesus datang kembali ke dunia. Jadi Eskatologi adalah ilmu teologi yang
berbicara tentang hal-hal yang bertalian dengan akhir zaman.
2.2.Eskatologi
dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
2.2.1. Eskatologi
Dalam Perjanjian Lama
Pada
dasarnya Perjanjian Lama tidak sedikit memperbincangkan hubungannya dengan iman
yang akan datang. Salah satu aspek Perjanjian Lama yang paling penting adalah
pengharapan terhadap masa yang akan datang (eskaton). Eskaton dipahami sebagai
hal yang terakhir, sudah terdapat dalam Perjanjian Lama sebelum kitab Perjanjian
Baru muncul. Dalam terjemahan Septuaginta disebut τελος yang berarti akhir,
penghabisan, kesudahan, kesimpulan. Dalam bahasa latin Finem, bahasa Inggris Finish[6] dan
dalam bahasa Ibrani בּאחוית היּמים yang sering diartikan dengan hari Tuhan (Yoom
Yahweh) dan Paulus menyebutnya “Hari Kristus”. Istilah ini berkembang dalam
pemberitaan Perjanjian Lama yang propetis yaitu dengan pola nubuatan dan
pemenuhan [7].
Eskaton dipahami
sebagai hari Tuhan yang merupakan otoritas-Nya sepenuhnya. Hari itu dapat
dilihat sebagai berkat, hukuman ataupun peringatan, (Mzm73:24,49:16, Ayub
19:25-27, Yes 26:19). Hari Tuhan dengan ungkapan lain pada hari itu mengartikan
kepedulian Allah dan lebih, menekankan sifat kejadian itu daripada waktunya dan
mengungkapkan kepeduliaan Allah yang sudah terjadi dalam sejarah maupun
kepedulian terakhir pada akhir zaman (Yoel 3:14, 18, Zef 3:11,16, Za1 4:9) dan
pada hari-hari yang terakhir Allah akan datang mendirikan kerajaan-Nya (Yes
2:2-4; Hos 3:5)[8].
Konsep Eskaton dalam Perjanjian Lama juga dipahami sebagai akhir zaman ( Yes
65:17, 66:23 ) dan adanya suatu langit dan bumi yang baru (Yes 65:17, 66:23).
Pada umumnya pengaharapan di Perjanjian Lama merupakan pandangan yang optimis
tentang masa depan yang mengharapkan berkat jasmani dan rohani
serta perubahan dalam kehidupan politik, dan adanya harapan bahwa
akan terjadi suatu perubahan yang radikal yang dilakukan oleh Allah kelak yang
didasari oleh keyakinan “ bahwa sejarah bergerak dengan tujuan tertentu yang
ditentukan oleh Allah dan Allah berkarya dalam sejarah untuk memastikan tujuan
tersebut, ide seperti ini sering dipahami sebagai hal Eskatologi[9]. Harapan Eskatologi dalam
Perjanjian Lama di dasarkan pada :
Sejak awal zaman para
nabi terdapat keyakinan akan ada waktu atau hari ketika Tuhan Allah akan campur
tangan dalam sejarah Israel (Ams 5:18-20) keyakinan ini nyata dalam ungkapan
Hari Tuhan (Yes 13:6,9, Yeh 13:5, Yoel 1:15,2:1,11,35, Obj 15, Zef 1:7,14, Zak
14:1). Akhirnya konsep umat Israel memandang kedepan, dimana mereka
kadang-kadang memusatkan perhatian kepada seorang “ tokoh ” yang akan diutus
Allah (Mesias : Masyiakh) tokoh anak manusia (Dan 7) dan gambaran tentang
kebangkitan orang mati (Yes 26:19). [10]
2.2.2. Eskatologi
dalam Perjanjian Baru
Secara umum daam
perjanjian baru Eskaton dipahami sebagai kesudahan akhir zaman yaitu kedatangan
Yesus Kristus kedua kali dengan kemuliaaNya (Rom 8:19). Yesus sendiri bersabda
akan kedatanganNya yang kedua kali (Mat 16:27, 23:19, 24:27, Yoh 14:3, 14:28).
Rasul Paulus juga menyebutnya sebagai kedatangan Yesus yang kedua kali ( 1 Kor
1:17, 15:23, Kol 3:4, 1 Tes 1:10). Dalam Eskaton dipahami bahwa Yesus akan
datang untuk menghakimi semua orang yang hidup maupun yang mati. Jaman akan
berakhir dan adanya suatu jaman yang baru yang kekal selamanya. Dalam inkarnasi
Yesus Kristus Perjanjian Baru melihat sebagian pengharapan Perjanjian Lama
telah digenapi, dan dalam kedatanganNya yang kedua kali kelak penggenapanNya
seutuhnya pengharapan itu. Hidup, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus
memulai penggenapan zaman Mesias, walaupun dalam bentuk yang belum pernah
diharapkan. Menurut Ibr 1:2 “ Zaman Akhir sudah di sini sekarang, yaitu
hari-hari yang akan melihat berdirinya Kerajaan Allah. Tetapi zaman yang akan
datang masih tetap dianggap sebagai saat menerima hidup yang kekal. Umat Allah
pada zaman ini bersifat umat akhir zaman, yang telah mengalami suatu kuasa yang
mengubah dan berdasarkan itu mereka tidak lagi dalam kekuasaan dunia ini (Rom
12:2).
2.3. Eskatologi
dalam Teologi Paulus
Dalam pemahamannya
tentang Eskatologi, Paulus mendasarkan pemahamannya terhadap kebangkitan
Kristus, yang dianggapnya sebagai permulaan zaman akhir dan hal ini merupkan
ciri khas iman kristiani. Kristus telah mati di Golgata dan bangkit
pada hari yang ketiga, peristiwa-peristiwa ini dijadikan oleh Paulus sebagai
pemberitaan Eskatologinya. Kematian dan kebangkitan Kristus dianggap dan
dimaklumi sebagai peristiwa yang paling besar peranannya dalam proses
Eskatologi yang menurut Paulus sedang berlangsung (1 Kor 15:3-4).[11] Kebangkitan
Kristus tidak dilihat sebagai suatu peristiwa yang partikular untuk Yesus
sendiri, melainkan tindakan penyelamatan Allah yang berarti permulan
keselamatan yang defenitif. Hubungan antara kebangkitan Kristus dan keselamatan
manusia secara khusus diuraikan oleh Paulus dalam 1Kor15:12-18 “ Kalau tidak
ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan dan andaikata
Kristus tidak dibangkitkan maka… sia-sialah kepercayaan kamu”. Dan iman akan
kebangkitan Kristus berarti pembebasan dari dosa. Paulus yakin bahwa Kristus
akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang
mulia ( Flp3:21; Lih 1 Kor 15:48-49). Apa yang terjadi dengan Yesus pada hari
Jumat Agung dan pada hari Paskah merupakan kejadian pokok yang menyatakan
kegiatan Allah pada zaman akhir ini, karena Yesus sudah menyatakan kedatangan
Kerajaan Allah melalui pemberitaan dan perbuatanNya. Dan dalam 1 Kor 15:23
Paulus memperlihatkan dengan jelas bahwa kebangkitan Kristus merupakan
permulaan dari kebangkitan umum (bdk Rom 4:17) dimana Allah disebut “ Allah
yang menghidupkan orang mati” (Lih 2 Kor1:9). Sifat Eskatologi kebangkitan
Kristus khususnya berhubungan dengan iman orang kristiani (Rom 3:21,26).
Kebangkitan Kristus mempunyai arti keselamatan (Rom4:245), maka dengan
tegas paulus dapat mengatakan bahwa kita “ hidup pada waktu dimana zaman
terakhir telah tiba ( Kor 10:11), sejarah keselamatan telah mencapai
tujuannya dalam Kristus ( Gal 4:4)”.Waktu ini adalah waktu perkenaan; hari ini
adalah hari penyelamatan (2 Kor6:2) rahasia yang sebelum dunia
dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita” sekarang terlakasana
(1Kor2:7, Rom16:26, Kol 1:26).[12]
Paulus sebagai orang
Yahudi percaya bahwa sejarah mempunyai satu Tuhan, suatu tujuan dan suatu
kesudahan. Inti pengharapan Kristen bagi Paulus adalah untuk diam bersama-sama
dengan Kristus (Flp 1:23) “Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah
meninggal (1Kor 15:20)”. Apa yang terjadi pada Kristus akan terjadi pada
milikNya oleh karena itu demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama
dengan Tuhan (1Tes 4:17) pengharapan akan “ diam bersama-sama
bersama-sama dengan Kristus” tergantung terhadap pengharapan kita yang hidup
dalam Kristus tidak dalam daging.
Pemberitaan Eskatologi
menurut Paulus haruslah menyifatkan eksistensi orang Kristen yang berada
semacam dalam ketegangan. Pada satu pihak keselamatan sudah terwujud,
dan pada pihak lain kedudukan orang Kristen yang sebenarnya sebagai anak-anak
Allah belum kelihatan dalam dunia. Orang Kristen berada di
tengah jalan diantara kedua pola waktu tersebut.[13] Kita hidup dalam
Kristus dan Kristus dalam hidup kita, tetapi Paulus tidak pernah
mengungkapkan bahwa kita sudah bangkit bersama dengan Kristus dan juga hidup
bersama dengan Tuhan. Kebangkitan manusia tetap menjadi satu pokok pengharapan
yang masih dinantikan pada masa depan karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus
telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah
meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia (1 Tes
4:14 bdk 2 Kor 4:14). Dari satu pihak Paulus berkata bahwa “rahasia yang
didiamkan berabad-abad lamanya, sekarang telah dinyatakan dalam Yesus Kristus
(Rom 16:26)”, tetapi sama jelas adalah pernyataan bahwa kita mengeluh dalam
hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh
kita, sebab kita diselamatkan dalam pengharapan (Rom 8:23-24). Paulus juga
menyatakan bahwa “ Zaman Akhir telah tiba” (1Kor 10:11), namun dari lain pihak
dia juga berbicara mengenai dunia yang sekarang ini jahat (Gal 1:4), zaman ini
adalah jahat (2 Kor 4:4). Paulus bukanlah seolah-olah telah memperoleh hal ini
(kebangkitan) atau telah sempurna, “ melainkan aku mengejarNya, kalau-kalau aku
dapat juga menangkapNya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus
”.
kendati segala
realitas keselamatan, diterima dalam iman, Paulus juga selalu menekankan pengharapan dan
dalam suratnya dia mengatakan Allah, Allah Pengharapan (Rom15:13) dan
oleh Roh karena Iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan (Gal 5:5),
kita menantikan pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus, pengharapan disediakan di
surga ( Kol 1:5) sebab Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan ( Kol 1:27)
dan itulah yang menjadi kekhasan iman kristiani (1Tes 4:13). Dan kekhasan
teologi Paulus adalah bahwa dalam jaman ini “sudah terlaksana zaman yang akan
datang” karena kebangkitan Kristus.
2.3.1. Parousia
Jika kita
memperhatikan, Suatu kata yang khas untuk Eskatologi Paulus adalah kata
“Parousia; παρουσια”. Dalam
Perjanjian Lama kata ini dipahami sebagai Kedatangan Allah dalam sejarah
kehidupan manusia dan Kedatangan Allah sebagai Raja Dunia.[14] Kata Parousia
sebetulnya berarti “ Kehadiran/ ketibaan (1 Kor 17:2, 2 Kor 7 :7 )
”. Kata parousia mendapat arti teologis dari konteks Eskatologi. Dalam istilah
Yunani Parousia dipakai untuk kunjungan seorang pejabat tinggi, sedangkan dalam
apokaliptik Yahudi dipakai untuk kedatangan Allah atau mesiasNya. Arti ini
diambil alih oleh Paulus dan ada pemahaman bahwa Pauluslah yang mengintrodusir
kata “Parousia ” untuk kedatangan Kristus sebagai Tuhan yang mulia.[15] Parousia berarti
kedatangan Kristus pada akhir zaman. Dalam teologi Paulus realitas parousia
juga diungkapkan dengan cara lain “ Pernyataan Tuhan kita Yesus Kristus ”,
apabila Kristus menyatakan diri kelak disebut hari Tuhan.
Bagi Paulus, Parousia
bukan sesuatu yang semata-mata akan datang pada akhir zaman, melainkan sekarang
sudah mulai pengaruhnya sesuai dengan seluruh pandangan Eskatologi Paulus (1
Tes 4:13, 5:23) dan Parousia sangat erat hubungannya dengan kebangkitan
Kristus, oleh karena itu Paulus menekankan sifat pengharapan dalam menantikan
Parousia. Bagi Paulus seharusnya Akhir Zaman sudah tiba, Kristus telah mati dan
bangkit, memulai zaman baru yaitu zaman roh. Masa depan dalam arti riel sudah
dikinikan dan orang-orang Kristen sedang menikmati berkat-berkat masa akhir.
Karena masa kini mempunyai kualifikasi sebagai masa Eskatologi, maka manusia
yang dalam Kristus sudah merupakan ciptaan baru, tidak menentukan, apakah waktu
tibanya “ Hari itu” (1 Tes 5:4) sudah dekat. Sungguhpun demkian Paulus dan
jemaat mula-mula menantikan kedatanganNya dengan segera “ Hari sudah jauh
malam, telah hampir siang (Rom 13:12), Tuhan sudah dekat (Flp 4:5).
Jemaat Paulus di kota
Korintus mengucapkan kerinduannya akan kedatangan Tuhan dengan menaikkan Doa
“ Maranata ” datanglah ya Tuhan (1Kor 16:22) bahkan Paulus
yakin bahwa ia juga masih sempat mengalami Parousia Kristus pada masa hidupnya
( 1 Tes 4:15; 1 Kor 15:51). Dalam hal ini Paulus mulai menyimpulkan
peristiwa-peristiwa pada akhir zaman, dimana Paulus mengarahkan perhatian pada
pentingnya penyataan yang akan segera disampaikan. Rahasia yang akan
disampaikannya adalah bagian dari kebenaran-kebenaran yang telah di rahasiakan
Allah dimasa lampau, tetapi kini telah disingkapkannya dengan kedatangan
Kristus (Rom 11:2, 16:26, Ef 3:3-5, Kol 1:26,27).[16] Penggenapan
kehendak Allah yang misterius dimasa lampau menunjuk kepada penggenapan dimasa
depan, iman masa kini tidak mungkin ada tanpa pengharapan di masa mendatang.
Pada tahap ini Paulus masih mengharapkan bahwa dia dan sebagian orang di
Korintus tidak akan mati sebelum kedatangan Kristus kembali tetapi di bagian
lain suratnya Paulus memperhitungkan kematiannya terhadap kedatangan Parousia
Kristus (2 Kor 5:8, Flp 1:23, 3:11). Karena akhir zaman telah dimulai maka
Parousia sudah pasti. Dalam surat-suratnya (Tessalonika) mula-mula Paulus
mengharapkan hari itu datang segera, tetapi entah segera atau lambat kedatangan
itu adalah merupakan kekalahan yang menentukan bagi kejahatan dan kemenangan
sepenuhnya rencana Allah di dalam Kristus. Inti pengharapan Krisen bagi Paulus
adalah diam bersama-sama Kristus (Flp 1:23). Dalam surat Tesalonika
serta 1 Korintus 15 Paulus mengharapkannya pada hari Kristus, dalam 2 korintus
5:1-10, pemikirannya akan Parousia berubah karena diantara 1 dan 2 Korintus
Paulus telah diperhadapkan dengan maut, jadi dalam 2 Korintus dia mengharapkan
bila ia mati, juga dalam Filipi 1:23 Paulus berbicara tentang “ Pergi dan diam
bersama-sama dengan Kristus”.
Pegertian dan paparan
Paulus tentang Eskatologi tidak dapat diselesaikan begitu saja dikemudian hari.
Pengharapan jemaat-jemaat berada dalam satu krisis, sebab semakin hari semakin
nyata bahwa Parousia Yesus Kristus belum terjadi. Memang, menurut Paulus, masa
kini orang Kristen terisi penuh secara rohani, dan kepercayaan mereka mempunyai
dasar yang teguh. Namun demikian, ada hidup pengharapan yang rindu meyambut
hari penggenapan yang tidak jauh lagi.
Masa transisi tidak
bisa abadi, apa yang dinantikan hendaknya harus sampai juga pada masa yang
tidak begitu jauh lagi, tetapi pengalaman jemaat-jemaat adalah bahwa tidak
terjadi apa-apa, biar bagaimanapun besarnya semangat pengharapannya masanya
ternyata berkepanjangan terus. Jemaat-jemaat mengalami apa yang dalam kupasan
Eskatologi Perjanjian Baru lajimnya disebut “Penangguhan/Penundaan Parousia
Yesus Kristus dimana semakin lama jemaat menunggu, semakin pasti mendapat kesan
bahwa terlambatnya kedatangan Tuhan dan penggenapan pengharapan”.
Kesan tersebut
tentulah menyebabkan suatu rasa kecewa yang menghinggapi orang Kristen, karena
bayangan dan gambaran-gambaran Eskaton dapat diturun temurunkan kepada generasi
yang kemudian, sedangkan pengharapan sendiri yang hidup tidak dapat diwariskan.
Pengharapan harus timbul langsung dalam pertemuan dengan pokok-pokok yang patut
dinantikan penggenapanya pada masa mendatang yang tidak terlalu lama.
Eskatologi dalam
Perjanjian Baru ingin menyifatkan hidup orang Kristen untuk menanamkan benih
pengharapan dalam hidup mereka yang relevan untuk eksistensi sekarang ini.
2.3.2. Kebangkitan
Daging
Pada kedatangan Tuhan
Yesus kelak, akan terjadi kebangkitan mereka yang telah mati di dalam Kristus
(1Tes 4:16), dalam Perjanjian Lama kebangkitan ini juga sudah dikenal (Yes
25:8, 26:19, dan 12:2) yang mencerminkan kepercayaan akan kebangkitan.
Kepercayaan akan kebangkitan ini berakar pada keyakinan bahwa Allah ialah Allah
yang hidup. Dalam Filipi 3:20-21 ditekankan dua hal yakni “ tubuh orang-orang
percaya akan diubah pada hari kedatangan Tuhan kelak dan dalam keadaan terakhir
mereka masih mempunyai tubuh yang serupa dengan tubuh Yesus yang mulia.[17] Dalam 1 Kor 15
Paulus juga menghubungkan kebangkitan Kristus dengan kebangkitan orang-orang
percaya. Dimana bagian pertama pada pasal 15 menetapkan sudah terjadinya
kebangkitan Kristus dan menunjukan bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan maka
sia-sialah kepercayaan orang Kristen (1 Kor 15:17). Dalam Roma 8:11 bdk II Kor
4:4 dikatakan “ Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari
antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh rohNya
yang diam didalam kamu ” dalam hal ini juga tampak bahwa akan terjadi
pengubahan dalam tubuh kita yang sekarang. Sifat tubuh sorgawi atau rohaniah
yang akan diberikan kepada mereka yang telah dibangkitkan melampaui pengalaman
yang sekarang tetapi benar-benar suatu tubuh yang merupakan lanjutan tubuh
duniawi hanya tidaklah terdiri dari daging atau darah (1 Kor
15:50). Sedangkan orang percaya yang masih hidup pada
saat kedatangan Kristus akan diubah tanpa menjalani maut ( 1Kor 15:51-52, 1 Tes
4:17 ).
Secara umum dapat di
katakan bahwa tubuh kebangkitan bukanlah ciptaan yang samasekali baru. Bila itu
suatu ciptaan yang sama sekali baru, maka bukanlah tubuh kita yang sekarang,
tetapi tubuh yang lain. Akan tetapi, yang di bangkitkn adalah tubuh yang yang
di taburkan (1 Korintus 15:43,44,53,54). Sebaliknya, tubuh kebangkitan itu
belum tentu terdiri atas unsur-unsur yang persis sama dengan tubuh kita sekrang
ini (1 Korintus 15:37,38). Alkitab hanya mengijinkan kita untuk berkata bahwa
hubungan antara tubuh kita saat ini dengan tubuh kebangkitan adalah sama
seperti benih gandum yang di tanam serta tanaman gandum yang tumbuh dari benih
itu. Seorang dewasa memiliki tubuh yang sama
yang dimilikinya ketika ia dilahirkan, sekalipun tubuh itu telah
mengalami perubahan terus-menerus dan tidak terdiri dari sel-sel yang sama dengan ketika ia lahir.
Demikian pulakebangkitan adalah tubuh yang sama, sekalipun susunanya akan
berubah.[18]
2.3.3. Penghakiman
Kata
yang di gunakan Paulus dalam menjelaskan akhir zaman adalah Penghakiman. Bagi
Paulus penghakiman merupakan aspek yang penting dalam pengajarannya tentang
Parousia dan penyempurnaan zaman. Bagi Paulus penghakiman merupakan fungsi
utama dari Parousia. Ajaran paulus mengenai pembenaran juga menekankan hal ini.
Pembenaran adalah berkaitan dengan akhir zaman maksudnya adalah pembebasan dari
hukuman dosa melalui keputusan yang menguntungkan dari pihak hakim
pada hari terakhir. Kendati demikian penghakiman tetap merupakan sesuatu yang
akan terjadi pada akhir zaman, bahkan atas orang-orang percaya sekalipun.
Keadilan dan kebenaran yang kita harapkan (Gal 5:5) adalah pembebasan pada saat
penghakiman terakhir. Kita semua harus menghadap tahkta pengadilan Kristus (2
Kor 5:10). Dari pengadilan itu dapat diketahui apakah kita mendapat
upah atau tidak (Rom 14:10, 1Kor 3:12, 15:2) dengan demikian orang percaya
mulai sadar bahwa suatu hari nanti mereka akan tampil dihadapan Allah untuk
menerima murka (orge) dengan geram (thumos) dari Ilahi yang kekal
(Rom 2:5, 2:1-11)[19] mengapa perlu bagi Allah
untuk melaksanakan penghakiman? Tujuan penghakiman akhir bukanlah untuk
mamastikan, melainkan untuk menyatakan watak serta penetapan berbagai keadaan
lahiriah yang sesuai dengan watak tersebut. Allah sudah mengetahui keadaan
semua makluk moral, sehingga akhir zaman hanya akan menyatakan betapa adilnya
penghakiman yang dilaksanakan oleh Allah. Ingatan, hati nurani, dan watak kita
merupakan persiapan dan bukti untuk penyingkapan yang terakhir itu.[20]
2.3.4. Aplikasi Bagi orang Percaya
Di atas penulis telah
memberikan beberapa kata yang sering di gunakan Paulus dalam menjelaskan
tentang Eskatologi. Ia percaya bahwa melalui Kristus, kematian telah kehilangan
sengatnya, yang Paulus samakan dengan dosa (1Kor 15:55-56). Pandangan ini di
dasari atas pandangan bahwa maut masuk dalam dunia karena dosa (Rm 5:12), dan
Kristus secara efektif telah memecahkan soal dosa itu. Paulus tidak memandang
lagi kematian sebagai musuh yang perlu
di takuti. Tetapi malah sebagai titik transisi menuju semacam kehidupan yang
lebih penuh. Pengalamanya sendiri memperlihatkan keyakinanya. Paulus sering di
ancam maut (1 Kor 15:31 ; 2 Kor 1:8; 11:23). Ia dapat berdebat dengan kepala
dingin tentang apakah hidup atau mati dalam Kristus yang lebih baik.
Jadi sebagai orang
Percaya hendaknya bersiap sedia dalam menghadapi akhir zaman. Akhir zaman
pastilah ada dan akan datang, jadi hendaknya janganlah membuat akhir zaman
sebagai hal yang di takuti tetapi orang percaya harus bersiap sedia.dan dalam
akhir zaman tentunya sebagai orang percaya pastinya kita akan di bangkitkan dan
menghadapi sebuah penghakiman. Karena kita telah percaya pada Tuhan maka kita
sudah dibenarkan oleh Tuhan Yesus.
BAB V
Simpulan
Setelah
mempelajari tulisan-tulisan Paulus mengenai Eskatologis, maka dapat di ambil
sebuah Simpulan, Eskatologi Paulus bukan suatu ramalan apokaliptis, melainkan
suatu pemahaman Injil. Maka pengharapan Paulus, kendati segala kepastian iman,
tetap merupakan pengharapan. Eskatologi tidak hanya merupakan pandangan
terhadap sejarah keselamatan, melainkan menentukan seluruh hidup orang Kristen.
Keselamatan adalah real sejauh kita berada dalam Kristus, sejauh kita masih
dalam keturunan Adam, keselamatan tetap diharapkan. Dan sejauh kita
mengharapkan Parousia Yesus Kristus maka yang terutama adalah bagaimana sikap
kita terhadap Parousia bukan berapa lama tetapi setiap orang harus menantikan
Parousia.
[1] Welly
Pandesolang.2004.Eskatologi Biblika (Yogykarta.
andi) hlm.1
[2] C. Marvin Pate.2004.Teologi Paulus. (Malang. Penerbit Gandum Mas)
hal246
[3] Donald Gutrie, Teologi
Perjanjian Baru 3, 1996 (Jakarta; BPK. Gunung Mulia), hlm. 145
[4] T. Jacob, Paulus Hidup,
1983. karya dan Teologinya,
(Jogyakarta; Kanisius & Jakarta; BPK. Gunung Mulia,), 248
[5] Donald
Gutrie, Teologi Perjanjian Baru 1, (Jakarta; BPK. Gunung Mulia,
2001), 148
[6] Alexander
Sonter, 1996. A Pocket Lexicon
To The Greek New Testament :
( London Oxford University Press, 1996 ) hlm 98
[7] Gerhard, Kittel ,1976.“Theological Dictionary of the New Testament” Vol
VI (Michigan: Grand
Rapids 1976) hlm 697-698
[9]
Lasor, William Sanford “ Old
Testament Survey, ( Michigan Erdmans Publishing Company )
[10]
Dr. David L. Baker.2001“ Satu
Alkitab Dua Perjanjian ” (
Jakarta : BPK—GM ) hlm 15-17
[12] Tom Jacobs, , Sy. Paulus .1983. Hidup,
Karya dan Teologinya ( Kanisius : BPK, Yogyakarta )hlm245
[13] Ulrich,
Beyer, “ Garis-garis Besar
Eskatologi dalam
Perjanjian Baru ” hlm 24 ( Jakarta BPK 1985)
[15] Tom Jacobs, , Sy. Paulus. 1983 Hidup,
Karya dan Teologinya ( Kanisius : BPK, Yogyakarta )hlm.245
[16] V.C. Pfitzner, 2004.Kesatuan Dalam Kepelbagaian, Tafsiran atas
Surat 1 Korintus, ( Jakarta,
BPK-GM,)hlm.325
[18]
Henry Clarence Thiessen.1992. Teologi Sistematika (Gandum Mas.Malang), hlm. 595
[20]
Henry Clarence Thiessen.1992. Teologi Sistematika (Gandum Mas.Malang), hlm. 601